Archive | April 2009

Menikmati Kebosanan…


ANDA SEDANG mengalami kebosanan, jenuh dan “bete” karenanya? Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan. Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu :”Sebenarnya apa itu perasaan ‘bosan’, pak tua?”

Pak Tua :”Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan,mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu.”

Tamu :”Kenapa kita merasa bosan?”

Pak Tua :”Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki.”

Tamu :”Bagaimana menghilangkan kebosanan?”

Pak Tua :”Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya.”

Tamu :”Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?”

Pak Tua:”Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?”

Tamu :”Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua.”

Pak Tua :”Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang.”

Tamu: “Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?”

Pak Tua :”Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya.”

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu :”Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?”

Pak Tua :”Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan.”

Tamu :”Contohnya?”

Pak Tua :”Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu.”

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu :”Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?”

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: “Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria.Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria.”

Hari ini…


Ada sebuah ungkapan yang patut untuk kita renungkan bersama, bahwa ada dua hari dalam hidup ini yang sama sekali tak perlu anda khawatirkan.

Yang pertama: hari kemarin. Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan; dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja.

Yang kedua: hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, anda tak tahu apa yang akan terjadi. Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja. Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup; pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah
apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini; hari ini yang abadi.

Manfaatkanlah hari ini dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan waktu kita ternodai oleh maksiat karena setiap detik nafas yang Allah berikan kepada kita ada kewajiban bagi kita untuk mensyukurinya yaitu dengan ibadah.

3 Makna Istiqomah


Ketika membicarakan apa itu istiqomah, akan banyak sekali interpretasi yang muncul berkaitan dengan maknanya. Satu kata ini memang memiliki makna yang sangat dalam sehingga ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah. “Ya Rasulullah, ajarilah aku tentang islam yang aku tidak akan menyakan ini lagi kepadamu?”. Maka Rasul pun menjawab “Berislamlah, berbuat baiklah lalu istiqomah”. Karena amalan yang paling disukai oleh Allah bukanlah amalan yang besar semata. Tapi Allah akan menyukai amalan yang dijalankan secara kontinyu meskipun hanya merupakan amalan yang nilainya kecil.
Beberapa makna Istiqomah yang bisa kita ambil hikmahnya adalah, Konsisten, Persisten, dan Konsekuen. Ketiga unsur makna ini adalah bentuk dari perwujudan sebuah makna keistiqomahan dalam berjuang dengan idealisme dakwah yang tinggi., yang akan tetap memperjuangkan dakwah dengan keistiqomahan idelaisme hingga syahid menjai penutup akhir hidup seorang mujahid dakwah.
1. Konsisten
Idealaisme tak dibatasi oleh waktu. Ia tak hanya berumur 4 atau 5 tahun dan bersemayam di jiwa hanya ketika berada di kampus. Idealisme harus dibentuk dengan penuh pemahaman bahwa apa yang selama ini diperjuangkan dan diyakini adalah memang sebuah kebenaran. Bukan hanya sekedar taklid, mengikut tanpa tahu maksud. Idealisme tidak akan bertahan lama bila dibangun diatas fondasi pemahaman yang rapuh. serta tidak ditegakkan secara konsisten. Karena hanya orang-orang beridealisme tinggilah yang mampu menhadapi berbagai gelombang ujian kehidupan. Konsisten berarti apa yang dikatakannya hari ini adalah juga merupakan perkataannya hari esok.
2. Persisten
Ketika sebuah usaha mengalami kegagalan atau menemui berbagai macam benturan kepentingan yang saling melemahkan, maka persistensi seseorang yang memiliki idealisme tinggi harus menjadi senjata ampuh untuk bisa menjadi tameng dalam menghadapi beratnya cobaan itu. Ketika terjatuh, ia harus kembali bangkit. Bukan sekedar menyesali kesalahannnya. Introspeksi memang penting, tapi jauh lebih penting lagi bila kita tak hanya menyesali kesalahan, kita harus mampu mencari solusi untuk bangkit dari kegagalan. Karena orang yang kuat bukan hanya yang mampu melewati terpaan ujian semata, tapi mampu kembali mendongakkan wajah saat raganya mulai tersungkur dan mampu mengepalkan kembali semangat juang dari keterjatuhan. Persisten harus dibangun dalam diri setiap mujahid-mujahid dakwah karena akan banyak sekali tenaga yang dibutuhkan dalam memperjuangkan nilai-nilai syari’at dan kemenangan dakwah di muka bumi.
3. Konsekuen
Hal yang menjadi penting bagi seseorang yang memiliki idealisme adalah ia harus konsekuen dengan apapun yang ia perbuat. Ia harus mampu berada di garis terdepan ketika banyak orang yang mencela. Bukan sembunyi dibalik ketakutan yang menghantui. Apapun yang telah kita perjuangkan pasti ada konsekuensinya. Memperjuangkan dakwah berarti kita harus siap dengan segala macam hambatan dan musuh-musuh dakwah yang pasti akan selalu mencari celah untuk menghancurkan kita. Memperjuangkan dakwah berarti kita harus rela mengorbankan segala potensi yang kita miliki, selama itu masih bisa kita lakukan. Harta, waktu, tenaga bahkan juiwa adalah potensi-potensi itu. Dakwah ini membutuhkan orang-orang yang tetap tegar memperjuangkan dakwah sehingga ia mampu menjadi seorang pejuang yang tak kenal lelah. Karena kelelahan hanya akan membuat kita semakin terperdaya untuk meminimalisir waktu perjuangan yanga ada. Kelelahan hanya akan membuat produktifitas dakwah ini menurun. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sekali energi pembaharu semangat dakwah yang akan menjadi obat bagi kelelahan menyusuri jalan Perjuangan ini.

Ketika banyak yang terlewatkan…


Ketika waktu paling mustajab di sepertiga malam terakhir terlewatkan begitu saja….
Ketika dinginnya waktu subuh semakin menebalkan selimut dibadan….
Ketika hangatnya waktu dhuha terabaikan dengan rutinitas berkepanjangan….
Ketika teriknya zhuhur tak mampu disejukkan dengan kucuran air wudhu….
Ketika lelahnya fisik diwaktu ashar membuat raga ini enggan bersujud….
Ketika tenggelamnya matahari diwaktu maghrib membuat semangat ini juga tenggelam….
Juga ketika rasa kantuk menghantui waktu-waktu isya…..

Ingatlah kembali betapa Dia sangat menyayangimu. Begitu banyak sudah kepunyaan-Nya yang engkau pakai. Telah lama pula engkau diberi waktu untuk merasakan keindahan dunia. Dan telah sering pula kau melihat keajaiban cipaan-Nya. Namun, jiwa manusia yang telah terutupi oleh pekatnya noda hitam dosa membuat ia tak mampu lagi merasakan bahwa segala yang ia nikmati adalah pemberian dari Sang Maha Kaya. Pemilik alam semesta.
Manusia telah banyak lalai akan perannya di dunia. telah tersibukkan dengan aktifitas tak berguna. Manusia telah banyak yang menaburi wajahnya denga bedak-bedak kemunafikan, mewarnai bibirnya dengan lipstik kebohongan dan menutupi tubuhnya dengan jubah kesombongan.
Akankah kita menjadi manusia seperti itu? Sebuah pertanyaan yang sudah pasti akan kita jawab dengan kata TIDAK juga diikuti geleng kepala. Lantas apa upaya kita supaya tidak dikategorikan seperti dalam surat al-ashr bahwa sesunggunya manusia berada dalam kerugian. Tidak ada jalan lain kecuali kita mengisi setiap relung-relung waktu dan setiap hentakan detik yang berdetak dengan sebuah amalan yang istimewa. Bukan sekedar amalan biasa yang dilakukan oleh orang-orang biasa. Tapi seharusnya ketika kita ingin menjadi hambanya yang istimewa, maka lakukanlah amalan yang istimewa itu dengan penuh kesadaran. Sehingga tak ada hari-hari yang kita lewati tanpa disertai dhuha dipagi hari, tahajjud di malam-malam penuh barokah dan sholat fardhu diawal waktu.