Indonesia: Negara Paling Murah Senyum
INILAH.COM, Stockholm – Indonesia memang dikenal sebagai negara yang ramah oleh dunia. Bahkan, sebuah jajak pendapat di Swedia menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling murah senyum di urutan pertama. Wow!
Mengutip laporan The Smiling Report 2009, yang digelar salah satu provider Misteri Belanja di Swedia menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tersenyum. Kategori ini sebagai hasil dari pelanggan layanan data dari evaluasi yang dilakukan di seluruh spektrum dan pameran oleh AB Bisnis di seluruh dunia, di Swedia.
Indonesia terpilih sebagai negara yang menempati urutan nomor satu dalam hal tersenyum (98%). Bahkan, negara kita juga menjadi dengan ucapan salam yang paling tinggi (98%).
Ironisnya, Swedia yang mengadakan jajak pendapat justru Cuma berada di urutan ke-24 pada kategori senyum (77%), dan urutan 31 untuk ucapan salam (81%). Jajak pendapat yang dilakukan 2008 ini berisi lebih dari 2,5 juta pertanyaan mengenai senyum (smile) dan salam (add-greeting) pada penjualan di 66 negara.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Satu KBRI Stockholm, Swedia Dody Kusumonegoro, Senin (18/5). Industri yang banyak senyum adalah di bidang kesehatan dan kecantikan perawatan, serta transportasi (86%) dan nilai terendah berada di layanan bisnis B2B (52%).
Dalam jajak pendapat itu disebutkan bahwa ucapan salam pada 2008 dan 2007 tercatat 81% dibandingkan dengan 88% pada 2004. Ucapan salam tertinggi selain Indonesia juga menempatkan Hongkong (98%). Sementara yang terendah adalah Maroko (48%). [nuz]
Menyikapi Kesuksesan & Kegagalan….
Bukit-bukit kesuksesan itu akan bisa dicapai dengan pendakian yang melelahkan…..Sedangkan jurang kegagalan sangat mudah dicapai tanpa usaha yang berarti, hanya terjun bebas, setelah itu menghilang dalam kedalaman….
Kesuksesan dan kegagalan harus dimaknai sebagai sebuah proses kehidupan yang pasti akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam rangkaian kisah perjuangan kita. Sudah sejauh manakah kerja-kerja yang telah kita lakukan itu menjadi kontrbusi yang besar dan bermanfaat untuk orang lain, ataukah selama ini usaha yang telah kita lakukan hanya menjadi buih-buih kecil yang tampaknya banyak, tetapi sesungguhnya hanya menjadi uap setelah itu menghilang.
Parameter kesuksesan dan kegagalan itu perlu. Karena setiap kita harus menilai apakah kerja-kerja yang dilakukan selama ini gagal atau sukses. Mejadi suatu hal yang penting bila kita mengetahui apakah parameter itu.
Sukseskah atau gagalkah usaha dan kerja-kerja dakwah kita selama ini…??
Atau jangan-jangan kita tidak tahu bahwa usaha yang selam ini ita anggap sebagai sebuah kesuksean ternyata hanyalah kegagalan yang terselimuti oleh permakluman… “Maklumlah, namanya juga manusia…”. “Maklumlah, masih dalam tahap belajar”.. dan maklum-maklum yang lain yang sejatinya hanya akan menutupi kegagalan sebenarnya.
Ketika fisik terlalu lelah dengan berbagai aktifitas yang menyita waktu, sadarlah kawan bahwa raga ini juga butuh energi baru untuk lebih survive melakukan agenda-agenda lainnya yang telah menanti. Masih banyak tumpukkan amanah yang telah menanti. Pun ketika jiwa ini sudah gundah dengan kepenatan dan penurunan semangat, maka yang dibutuhkan ketika jiwa dan raga ini sedang futur adalah sebuah charging iman, motivasi dan peningkatan kalitas amalan yaumiyah kita.
Ketika sebuah kegagalan atau kekalahan menimpa diri seorang mukmin, maka sejatinya ia sedang diberi sebuah pembelajaran berharga dari Sang Maha Penyayang. Karena bisa jadi, kegagalan itu menjadi bukti kasih sayang-Nya pada hamba-hambaNya agar dikemudian hari mereka bisa belajar untuk bisa mencari sebuah metode baru dalam mencapai kesuksesannya itu. Menyikapi kegagalan ataupun kesuksesan menjadi hal yang penting untuk dipelajari, karena betapa banyak orang sukses, namun ia gagal dalam memaknai kesuksesan yang diraihnya itu…Atau ada fenomena lain dimana seorang yang gagal secara teknis, tapi justru ia suksea menata emosi dan kejiwaanya serta tetap bisa bengkit dalam kegagalannya itu. Intinya, jangalha berlebihan dalam menyikapi kesuksesan ataupun kegagalan yang Allah berikan pada kita , karena semua pembelajaran yang ia berikan mengandung hikmah yang sangat besar yang bisa jdi kita belum mapu untuk mengetahuimnya.
“…Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. Al-Hadiid: 23)
Komentar Terbaru