Ospek Ramadhan
Bulan yang dinanti telah tiba… Segala asa, harap dan roja’ menjadi teman penantian yang menegangkan selama sebelas bulan yang lalu. Betapa tidak, sebuah bulan yang istimewa kita nanti-nanti kedatangannya dengan tanpa kepastian apakah kita dapat menemuinya kembali.
Ialah Ramadhan, tamu agung yang dinanti Jutaan penduduk bumi. Tamu Istimewa yang juga akan disambut dengan istimewa. Kalau kata seorang teman saya mengatakan,” untuk menyembut Presiden saja penyambutannya luar biasa, apalagi untuk menyambut tamu agung yang hanya datang sebulan sekali dalam setahun.” Penyambutannya harus lebih dimaksimalkan. Karena ia akan terus berjalan mengikuti waktu, maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk dapat memanfaatkan kedatangan ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Lalu mengapa judul tulisan ini adalah “Ospek Ramadhan”. Apa hubungannnya ospek dengan ramadhan?. Bukankah ospek identik dengan kekerasan dan perploncoan (Eitss… itu dulu. Sekarang udah gak zaman lagi). Ya, memang tahun ini kita mendengar kata “ospek” dengan frekuensi yang terbatas. Kata itu mulai sedikit kurang akrab di telinga karena istilahnya diganti dengan PPSMB (Pelatihan Pembelajaran Mahasiswa Baru). Apapun itu, saat ini kita tidak terlalu mempermasalahkan istilah tersebut, karena toh, masa ospek sebentar lagi berakhir. Ada yang lebih penting lagi yang harus kita maknai lebih dalam, yaitu makna Ramadhan.
Seiring dengan berakhirnya ospek, sinar merah saga mulai menyambut kedatangan Ramadhan yang jatuh esok hari. Riuh rendah penyambutan ramadhan mulai terasa tidak hanya di kota-kota besar dengan atribut spanduk dan baliho namun semarak ramadhan juga terasa sampai pelosok-pelosok desa.
Allah telah mewajibkan ibadah puasa kepada kita pada bulan Ramadhan. Tidak mungkin Allah mewajibkannya pada bulan tersebut, kecuali mengandung rahasia-rahasia yang luar biasa, hikmah yang tinggi, ada yang sudah kita ketahui dan ada yang belum kita ketahui yang sebagian dari hikmah dan rahasia tersebut telah diketahui oleh paraanb an ilmuwan sejalan dengan kemajuan zaman (Dr. Yusuf al-Qaradhawi)
Target akhir dari penggemblengan diri bernama Shaum adalah Taqwa. Sebuah derajat tertinggi yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain. Yang membedakan manusia bukan berdasarkan warna kulit, atau tingkat kekayaannya. Bukan pula berdasarkan ketampanan atau kecantikannya. Akan tetapi Taqwa lah yang mampu membedakan derajat dan kedudukan manusia itu.
“….Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah islah orang yang paling bertakwa….” (Q.S. Al-Hujurat:13)
Ramadhan adalah bulan penggemblengan diri, bulan pengkondisian hati dan bulan peningkatan kondisi ruhani. Bulan yang seharusnya kita –sebagai umat muslim- jadikan sebagai momen untuk perbaikan amal ibadah dan perbekalan untuk menjalani kehidupan di 11 bulan berikutnya. Ibarat ospek yang hanya 3 hari dan menjadi titik tolak yang penting bagi maba untuk menjalani kehidupan kampus selanjutnya, begitupulalah ramadhan ini yang harus memberi bekas bagi kita.
Ketika kita menjalankan puasa, di saat berwudhu sebenarnya kita bisa saja korupsi air wudhu; kita telan sedikit ketika kumur-kumur. Rasanya, orang yang berada di samping kita pun tidak akan tahu bahwa kita sedang “korupsi”. Tapi kenapa tidak pernah kita lakukan? Karena kita merasa bahwa ada yang mengontrol kita; Allah yang Maha Tahu. Inilah sala satu value dari puasa tadi yang sangat urgen untuk dimiliki dan tidak kita dapatkan di dalam ritual ibadah lainnya. Karena ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat private; yang tidak dapat orang lain mengetahui dan menilainya. Puasa adalah urusan antara Allah dan si pelaku dan Allah sendiri yang bakal menilainya (HR. Ibnu Khuzaimah).
Diantara keutamaan Ramadhan itu adalah pelipatgandaan amal ibadah seorang muslim dari yang hanya berpahala sunnah di hari-hari biasa menjadi amalan berpahala wajib ketika ramadhan. Dalam sebuah hadis qudsiy Rasulullah saw. bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, bau mulut orang berpuasa benar-benar lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi. Dia meninggalkan makanannya, minumannya, syahwatnya semata-mata karena Aku. Puasa itu adalah bagiKu. Dan Aku sendirilah yang akan memberikan pahalanya. Dan kebajikan (pada bulan Ramadhan) diberi pahala dengan sepuluh kali lipat kebajikan yang semisalnya. (HR Bukhari dari Abu Hurayrah)
Ramadhan adalah masa kepompong kita, setelahnya jadilah kupu-kupu yang menghiasi dunia.
Jadilah insan-insan yang mampu menjadi umat teladan dan menebarkan benih-benih kasih sayang kepada seluruh umat dan juga kepada seluruh alam. Karena kita adalah umat terbaik yang Allah turunkan agar menjadi rahmatan lil ‘alaamin.
Bulan ini adalah masa-masa ‘ospek’ bagi kita sebagai umat islam. Karena kita harus mulai berlatih bangun lebih pagi, kita harus melatih perubahan pola makan, melatih menata emosi serta banyak ‘tugas-tugas’ yang harus kita kerjakan yang pada akhirnya bermuara pada kemenangan ramadhan yang akan kita peroleh nanti.
Komentar Terbaru