Pusat energi kita
Dalam setiap kota terdapat pusat pembangkit listrik, kemudian para teknisi, insinyur menancapkan tiang-tiang yang terhubung kabel untuk merancang sebuah aliran listrik yang mengalir melalui kabel tersebut. Dari kabel tersebut, aliran listrik kemudian mengalir ke rumah-rumah, pabrik, perkantoran, hotel sampai pemukiman-pemukiman kecil di sudut kota. Namun, apa jadinya bila pusat pembangkit tenaga listrik itu dimatikan? Aliran terhenti. Tak ada listrik yang mengalir ke rumah dan pabrik-pabrik. Aktifitas kehidupan menjadi terhambat, meskipun pada dasaranya energi listrik itu masih ada namun dimatikan dan tidka digunakan di pusat pembangkit tenaga listrik itu.
Begitulah analogi kehidupan kita, dimana pusat energi yang mensuplai aliran keimanan kita adalah Al-qur’an. Saat ini banyak terjadi kesemrawutan disegala lini, krisis moral dan ekonomi serta lemahnya penegakan hukum yang adil di negeri ini. Jawabannya adalah arena umat Islam Indonesia telah menyingkirkan Al-qur’an dari hati mereka, perlahan-lahan.
Untuk kefakiran kukenakan pakaian kebesaran
Untuk kesabaran kupilin tali yang panjang
Aku bersabar kerana tekad, bukan kerelaan
Dan kubangun dakwahku, generasi demi generasi
Komentar Terbaru