Archive | Desember 2009

Jalan Cinta Para Kandidat


Jalan Cinta Para Kandidat

Untukmu Para Kandidat Sejati………

kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.
-M. Anis Matta-

Pemira (Pemilihan Raya Mahasiswa) UGM telah berlalu. Ada banyak kisah yang ingin diceritakan disini. Namun tak perlulah dituliskan semua. Biarkan kisah itu mengalir bersama putaran waktu yang akan melewati rangkaian kisah perjalanan kami. Tentang suka, tentang duka, tentang senyum canda dan tangis luka. Tentang bagaimana fitnah begitu deras mengalir menghantam arus perjuangan para kandidat. Tentang bagaimana baliho-baliho kami dibakar tanpa perasaan. Tentang spanduk-spanduk kami yang kalian cabut dan dibuang entah kemana. Tentang bagaimana cela tak henti-hentinya dilontarkan untuk membuat langkah kami terhenti. Terhenti dari perjuangan ini.Yang akan membuat kalian tertawa lebar ketika kami takut menghadapi semua fitnah itu. Tapi semua itu salah kawan, tak ada baliho-baliho yang kalian bakar melainkan dalam setiap kobaran apinya justru semakin membuat semangat kami berkobar untuk terus memenangkan perjuangan ini. Ketika spanduk-spanduk kami kalian cabut, tak terlintas sedikitpun rasa takut di dada kami. Justru rasa takut itu akan tercabut dari dada kami yang akan tergantikan dengan keberanian untuk tetap berada dalam arus kebenaran. Menapaki setiap langkah dengan pasti. Tak ada kata untuk menyerah meski kaki ini harus tertatih tertusuk duri, meski dahaga menyurutkan semangat untuk bertahan, tetapi semua letih dan payah itu pasti akan tergantikan dengan sebuah momen indah. Entah itu diakhirnya ataukah indah yang akan kita rasakan selama perjalanan panjang ini.

Tahun ini, ada tujuh partai peserta Pemira. Sesuai nomor urut, partai-partai tersebut ialah Partai Srikandi, Partai Boulevard, Partai Kampus Biru, Partai Bunderan, Partai Balairung, Partai Sayang Mama, dan Partai Macan Kampus. Dari ketujuh partai tersebut, ada tiga partai yang mengajukan calon Presiden BEM KM UGM. Partai Kampus Biru mengajukan Andryan Wikrawardana (Planologi), Partai Bunderan mengajukan Aza El Munadiyan (MIPA), dan Partai Boulevard mengajukan Yuri Ashari (Ilmu Pemerintahan). Selain ketiga calon perwakilan partai tersebut, ada satu calon independen yaitu Ikhsan Ahmad Barokah (D3 Teknik Elektro).

Kontestasi pemilihan Capresma dan DPM telah dimulai sejak dibukanya masa kampanye pada 3 Desember lalu. Atribut kampanye turut menyemarakkan konstelasi politik di UGM yang terjadi setahun sekali ini. Baliho-baliho besar menjadi pemandangan biasa di sekitar kampus, bahkan jumlahnya melebihi baliho-baliho kegiatan kampus. Sampai-sampai baliho acara Dies Natalis UGM pun tersaingi oleh baliho para kandidat.

Secara kultur politik, UGM memang menjadi pioneer bagi perkembangan partai Mahasiswa. Sebut saja partai Bunderan, yang merupakan partai mahasiswa pertama yang didirikan di Indonesia, Bahkan ia menjadi partai pertama yang muncul setelah 3 kekuatan partai besar masa orde baru menguasai Indonesia yaitu PPP, PDI dan Golkar. Partai ini senantiasa mengusung isu perbaikan kampus dalam bingkai keebragaaman. Bersama elemen kampus lainnya melakukan pengelolaan lembaga mahasiswa yang profesional, jujur, komitmen pada perbaikan, kritis, dan berani mengatakan kebenaran di depan penguasa. Kritis dan konstruktif, inilah jargon yang terus dipegang dalam upaya membangun peradaban bangsa dari kampus.

Dan akhirnya, jalan cinta itu berakhir indah. Para kandidat telah melepas semua penatnya memikirkan pemira yang melelahkan. Tak ada yang lebih indah selain menjalani proses menuju kemenangan itu dengan perjuangan yang ikhlas dan dan dengan cara yang bersih. Itulah, jalan cinta para kandidat, yang akan tetap memberikan cintanya pada kampus ini, bangsa, dan ummat. Yang akan tegar dalam pengorbanan cinta untuk mewujudkan UGM yang lebih baik meski halang rintang akan selalu menghadang selama langkah ini diayunkan. Cinta kepada almamater untuk terus berkarya dan berkontribusi demi kondusifitas ekspansi nilai-nilai kebaikan. Cinta yang tak mudah dimiliki oleh mahasiswa-mahasiwa lain, yang tak peduli dan tak mau peduli akan besarnya potensi kampus yang belum sempat dimaksimalkan. Cinta yang juga menjadi bukti bahwa di pundak-pundak kita (baca: mahasiswa) ada banyak titipan-titipan pesan dari rakyat Indonesia yanga memimpikan negeri ini kembali berjaya seperti zaman nenek moyang mereka.

Dari data sementara yang ada, Pemira UGM tahun ini dimenangkan oleh Partai Bunderan dengan rincian:

1. Partai Bunderan: 3329 suara

2. Partai Boulevard: 2405 suara

3. Partai Kampus Biru: 1389 suara

4. Partai Sayang Mama: 884 suara

5. Partai Macan Kampus: 778 suara

6. Partai Srikandi: 753 suara

7. Partai Balairung: 506 suara

Sedangkan untuk Pemilihan Presiden Mahasiswa UGM, Update terakhir per 18 Desember 2009 Pukul 21. 50 adalah:

1. Ikhsan Ahmad Barokah (Capres Independen): 1976 suara

2. Andryan Wikrawardana (Partai Kampus Biru): 1639 suara

3. Aza El Munadiyan (Partai Bunderan): 4273 suara

4. Yuri Ashari (Partai Boulevard): 2404 suara

5. Abstain: 541 suara

6. Tidak sah: 288 suara

Menang bukanlah tujuan akhir, ia hanya permulaan untuk tetap memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Menang bukanlah untuk dibanggakan lalu terlena dengan kemenangan yang diraih, akan tetapi ada banyak kepala-kepala, ada banyak hati-hati juga jiwa-jiwa yang merindukan adanya perubahan UGM ke arah yang lebih baik lagi, pun juga Indonesia. Karena apalah artinya kemenangan, bila hati kita kalah dengan nafsu, yang membuat orang lain kecewa dengan kemenangan yang dirah. Kini, saatnya untuk membuktikan bahwa kemenangan yang baru saja diraih, adalah kemenangan kita bersama.

-Kemenangan ini juga kami persembahkan untuk saudara-saudara kami di UI, jangan patah semangat, karena yang Allah kehendaki tahun ini, itulah yang terbaik. Karena fase kepemimpinan itu pasti akan dipergilirkan.

Ketika harus berpisah…


Sudah setahun lalu ya???….waktu yang dalam kalkulasi matematis bisa terbilang lama, bisa juga terbilang sangat singkat.

aku merasa waktu pertemuan dengannya baru setahun yang lalu. Di satu sisi, terasa begitu cepat, tapi bila ku mengingat kebersamaan kami, rasanya sudah banyak momen-momen yang aku dan teman-teman lalui bersama dengannya.

Diawali dari pertemuan perdana di Masjid Kampus UGM, waktu itu aku masih ingat pada awal-awal ramadahan 1429 H.malam ketika setelah tarawih bersama di maskam kami dipertemukan. Aku kembali merasakan kehangatan itu, yang sudah 3 tahun tidak kurasakan selama di MAN Insan Cendekia Serpong. Dari berbagai jurusan, fakultas, bahkan angkatan, kami merasakan adanya benih-benih ukhuwah yang siap tumbuh subur kedepannya. Teringat ketika kita bersama menelurusi Jogja-Purworejo dalam semalam, ‘hanya’ untuk sekedar saling berbagi nasehat. ketika pagi-pagi buta harus siap sedia menerima berangkat ke Cangkringan dengan setumpuk lembaran dan stiker-stiker.  Ketika tengah malam harus menggelandang di jalan menggotong bambu-bambu dari Sadion Mandala Krida melewati kantor walikota. Betapa susahnya kala itu menancapkan sebatang bambu yang terikat dengan selembar kain putih emas panjang. Ah..tapi semua itu tak terasa melelahkan. bahkan sampai lewat tengah malam pun, mata ini masih tetap terjaga. Ketika perjalanan menuju Gunung Kidul, daerah paling selatan DIY, melewati bukit-bukit terjal, hutan belantara di malam hari sambil di sentuh rintik air hujan. Ketika harus begadang menemani ribuan surat suara agar tetap aman sampai ke tempat tujuan.

Ketika semua memori indah perjalanan setahun bersamanya kini harus berhenti…..tergantikan dengan lembaran baru sejarah perjalananku di bumi ngayogyakarta ini.

Malam ini, malam terakhir kami bersamanya, sebuah fase hidup seorang mukmin untuk menggenapkan separuh dien nya telah mengakhiri satu tahun tak terlupakan itu. Satu tahun yang telah kembali menceburkan aku ke dalam lautan hikmah yang sangat dalam. Satu tahun yang sangat berjasa membentukku hingga saat ini….



Teruntuk sang Murabbiku yang sebentar lagi menggenapkan separuh dien nya,,,,,

Ada “piala bergilir” yang akan kami persembahkan untukmu di hari istimewamu nanti. Engkau yang pertama,

dan suatu saat aku akan menyusul mengukir “piala bergilir itu”


Jogja, 14 Desember 2009, Pukul 23.10

-Setelah ditraktir sang MR di Waroeng Steak-

REDD untuk selamatkan Hutan Indonesia


Setiap tahun ada sekitar 1,1 juta hektare lahan hutan yang rusak akibat penebangan hutan yang tidak terkontrol, sementara kemampuan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi hanya 500 ribu hektare per tahun.


Hutan di Indonesia kini sudah tidak hijau lagi. Laju penebangan hutan yang terus meningkat dari tahun ke tahun telah mengikis habis hutan kita. Penebangan hutan yang tidak terkontrol semakin marak terjadi sehingga berdampak pada rusaknya ekosistem hutan yang pada akhirnya akan berpengaruh juga bagi iklim dunia. Berdasarkan data yang ada, laju kerusakan hutan Indonesia mencapai 1,1 juta hektare per tahun. Artinya, setiap tahun ada sekitar 1,1 juta hektare lahan hutan yang rusak akibat penebangan hutan yang tidak terkontrol, sementara kemampuan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi hanya 500 ribu hektare per tahun. Tentunya fenomena ini menjadi sebuah ironi yang sangat menghawatirkan bagi kelangsungan ekosistem hutan Indonesia. Hutan disepanjang zamrud khatulisiwa yang pernah menjadi paru-paru dunia kini semakin lama semakin terkikis habis, bahkan hutan-hutan yang tersisa di Sumatera dan Kalimantan hanya tinggal 20 % dari luas hutan yang semestinya. Padahal, hutan seharusnya menjadi penyerap karbon dan emisi lainnya agar tidak menganggu ekosistem yang ada di permukaan bumi. Di sisi lain, negara-negara ‘produsen karbon’ semakin tidak terkontrol lagi pembuangan emisi karbonnya. Jumlah karbon yang dikeluarkan dari tahun ke tahunpun semakin meningkat. Terutama negara-negara maju yang perekonomiannya bersandar pada industri. Menanggapi permasalahan di atas, timbul sebuah ide untuk mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak antara negara tropis yang mempunyai hutan lebat dengan negara maju penghasil karbon. Karena bila tidak di atasi secepatnya, maka emisi karbon yang berada di atmosfer bumi tidak akan terserap oleh pohon-pohon karena hutan yang semakin sempit. Yang menjadi masalahnya sekarang adalah bagaimana menghargai nilai karbon itu. Inilah ide dibalik skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).

Indonesia termasuk salah satu negara yang mendukunng skema REDD, karena skema ini tidak hanya melakukan perlindungan terhadap hutan-hutan yang ada dari kerusakan, akan tetapi skma ini juga mengakomodir perbaikan hutan-hutan yang telah terdegradasi. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan bulat antara negara-negara maju dengan negara ‘penyerap emisi’ tersebut. Sebut saja Amerika, yang masih enggan untuk menyepakati skema tersebut, karena mereka menyadari bahwa mereka merupakan negara penghasil emisi terbesar di dunia. Itu berarti Amerika punya andil besar dalam pelepasan emisi karbon. Dengan begitu, kewajiban yang dibebankan kepada Amerika semakin besar dan tentunya akan lebih besar lagi biaya yang harus dikeluarkannya untuk dibayarkan kepada negara ‘penyerap emisi’. Sebuah badan di bawah PBB yaitu United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) bertugas untuk mempersiapkan regulasi yang sistematis mengenai skema REDD ini. Badan ini muncul ketika pencegahan deforestasi (avoided deforestation) menjadi bahasan penting dalam upaya mengurangi pemanasan global akibat meningkatnya jumlah emisi karbon di udara. Sehingga pada Conferences of the Parties (COP) ke-11 di Montreal tahun 2005 lalu dibentuklah badan ini.

UNFCCC diharapkan akan menghasilkan kesepakatan baru yang mengurangi emisi karbon. Mekanisme REDD diharapkan menjadi salah satu bagian dari kesepakatan yang akan dihasilkan dalam konferensi internasional yang akan diadakan akhir tahun 2009 ini. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa mekanisme REDD ini bukanlah satu-satunya solusi untuk menjadi keseimbangan atmosfer udara dan kelestarian hutan. Perlu adanya sebuah usaha bersama untuk menggiatkan pengurangan penebangan hutan komersil yang hanya untuk meraup keuntungan pribadi ataupun segolongan orang. Disamping itu, harus ada penelitian lebih lanjut dari pemerintah Indonesia bila nantinya skema REDD ini benar-benar akan disepakati, apakah benar-benar akan bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem hutan Indonesia ataukah REDD ini hanya menjadi sebuah transaksi uang yang entah aliran dananya belum jelas pengalokasiannya. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk terus menjaga kelestarian hutan, karena peran strategis hutan sangat dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya pemanasan global akibat buangan gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi yang tidak terserap hutan akibat semakin menipisnya lahan hutan.

Oleh: Jupri Supriadi