Archive | April 2010

Pengumuman 15 Siswa IC Diterima di ITB


Lima belas siswa MAN Insan Cendekia Serpong berhasil diterima di Institut Teknologi Bandung melalui jalur PMBP 2010.
Berikut adalah daftar nama-nama siswa tersebut beserta pilihan fakultas/sekolah-nya.

1. Affina Musliha (Sekolah Farmasi)
2. Ahsana Nadia (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati)
3. Aliffia Arrahman (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika)
4. Annisa Anindita (Sekolah Teknik Sipil dan Lingkungan)
5. Aprima Dheo Denisiano (Fakultas Teknologi Industri)
6. Diina Qiyaman Mushoddiqoh (Fakultas Teknologi Industri)
7. Elza Surya Athory (Sekolah Teknik Sipil dan Lingkungan)
8. Garda Yulada Asyuhur (Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan)
9. Hafidz Alhaq Fatih (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika)
10. Hilfy Amri (Sekolah Teknik Sipil dan Lingkungan)
11. Luthfi Nur’Afifah (Fakultas Teknologi Industri)
12. Muhammad Agil Saelan (Fakultas MIPA)
13. Nadya Maraya Putri (Fakultas Teknologi Industri)
14. Sa’ad Abdurrahman (Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian)
15. Tia Utami (Sekolah Farmasi)

33 Siswa IC Diterima di UGM


Tiga puluh tiga siswa MAN Insan Cendekia Serpong diterima di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melalui jalur Ujian Tulis – Ujian Masuk (UTUL-UM) UGM.
Berikut adalah daftar nama-nama siswa tersebut beserta pilihan program studi-nya.


1. AMINUL FIKRI – Teknik Elektro
2. MUHAMMAD LUQMAN NUR ROUF A – Teknik Nuklir
3. BASTIAN ARIF WICAKSANA – Teknik Mesin
4. ZAIM ISYRAQIZH ZHAFARI – Pend. Dokter Gigi
5. IMROATUL MUKHLISHOH – T. Industri Pertanian
6. HAPPY NUR AFNI ROUDHIYAH – Ilmu Hama dan Peny. Tumbuhan
7. SITI NUR AINI – Fisika Teknik
8. MUHAMMAD AFNAAN SUBHI – Teknik Industri
9. RIZAL FRIANSYAH – Fisika Teknik
10. MUTIARA AZHARA NURWANTI – Gizi Kesehatan
11. DIMAS JALALUDDIN AHMAD – Teknik Elektro
12. CECEP UMAR FAROUQ – Teknik mesin
13. HASSAN HADI – Kimia
14. SHABRINA TAMIMI – Arsitektur
15. MOH. DARUS SALAM – Gizi Kesehatan
16. FEBI YUSNIYANTI – Kimia
17. ARIF SUDIONO – Ilmu Komputer
18. JAZILUL ATHOYA – Ilmu Komputer
19. ISMAIL ABDUS SHOBAR – Teknik Mesin
20. IRSYAD RAHMANUDIN – Farmasi
21. MIFTAHURROHIM – Teknik Kimia
22. FIRDAUS IBNU ROMADHON – Teknik Elektro
23. MIRZA MUHAMMAD HANIF – Teknik Elektro
24. FATHATI RIZKIANI MIGWA – Teknologi Pangan
25. MAR’ATUSH SHOLIHAH – Teknologi Informasi
26. ANNISA RATNA NURILLAH – Kehutanan
27. M. FAHMI BAHAR – Psikologi
28. M. DIBA AZMI SYARIF – Teknik Industri
29. HALIMATU SYADIAH – Sosiologi
30. AHMAD MURSAD – Ilmu Sosiatri
31. TAUFIK – Administrasi Negara
32. FIRMAN IMADUDDIN – Hubungan Internasional
33. SOFFAN ARDIKA – Manajemen

Jagalah Ia


Ya ALLAH,….

Jagalah saudaraku di kala penjagaanku tak sampai padanya,

sayangi ia di kala rasa sayangku tak mampu merangkulnya dalam dekapan yang nyata,

karuniakan kepadanya kesabaran dan kekuatan,

muliakan ia di kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja,


karena Engkau punya segala yang ku tak punya

dan karena ku ingin dia selalu menjadi saudaraku di dunia dan mengharap bertemu dengannya di surga..

Amin


Aku minta pada Allah setangkai bunga segar,

Ia beri aku kaktus berduri ….


Aku minta pada Allah hewan mungil,

Ia beri aku ulat berbulu ….

Aku sedih, protes, dan kecewa.

Betapa tidak adilnya ini.

Namun kemudian, kaktus itu berbunga indah Bahkan sangat indah,

Dan ulat pun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang amat cantik.


Itulah jalan Allah Indah pada waktunya Allah tidak memberi apa yang kita harapkan, Tapi ia memberi apa yang kita butuhkan Kadang kita sedih, kecewa, terluka, Tapi jauh di atas segalanya, Dia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan hamba-Nya! Met berjuang! Semangat!

Mengapa tak ditinggalkan saja?



Ketika yang dilihat..

Ketika yang dibaca..

Ketika yang dibicarakan..

Ketika yang didengar..

Ketika yang dilakukan..

ketikaketika tak(lagi) membuat semakin dekat kepada-Nya..Mengapa tak ditinggalkan saja?

 

Siapa yang mengggantungkan loncengnya?


Sekumpulan tikus berkongres. Tema sentral: Bahaya kucing yang mengancam kelestarian bangsa tikus. Banyak usulan cemerlang, tatapi semuanya termentahkan. Dari usulan mengkarantina anak-anak, sampi penodaan yang kontinyu.

Akhirnya, seekor tikus junior mengajukan usulan “jenius” yang mencengangkan, “Leher setiap kucing diberi lonceng yang nyaring bunyinya agar anak-anak kita bisa segera masuk ke dalam lubang perlindungan saat kucing mulai mendekat.”

Usulan ini disambut dengan antusias sebagai usulan yang jenius. Ketika semua merasa puas, seekor tikus senior berujar, “Ar-ra’yu shahih, wa lakin man yualliqul jaras?” (Usulannya benar, tetapi siapa gerangan yang akan menggantungkan lonceng itu?”.

Semua tertegun kembai dngan putus asa. Fabel amsal ini memang rekaan, taetapi mencerminkan banyak hal; kearifan dan pada saat yang bersamaan keputusasaan. Juga kecerdasan berbayang-bayang egosentris. Dalam implementasi, terkadang kelompok pesimistik mematahkan optimisme rekannya dengan amsal ini.

-merenungkan kembali makna hammasatusy syabab wa hikmatusy syuyukh. Semangat yang dimiliki memang harus tinggi, namun bijkasana adalah sikap yang cerdas dalam mengambil keputusan.

(Pilar-pilar asasi – Warisan Sang Murabbi)

Para Pemain Picisan


Ada lakon baru di pentas negeri ini.

Sandiwara, bualan dan kebohongan kembali dipertontonkan.

Menyihir mata para penonton yang menyaksikan.

Sudah berbulan bahkan bertahun mereka ditipu para pemain picisan.

Puluhan, ratusan sampai milyaran.

Raib ditelan kesenangan.

Para pemain picisan.

Sudah tak ada lagi malu, takut atau kasihan.

Lihatlah bagaimana rakyat menderita kelaparan.

Karena uang ‘sewa’ tanah mereka diselewengkan.

Yang harusnya untuk kesejahteraan tetapi masuk kantong para pemain picisan.

Sudah tak ada lagi nurani, harga diri bahkan hatinya telah mati. Mempermainkan rakyat dengan memperkaya diri.

Dengan uang hasil mencuri.

Ah, negeri ni.

Semakin banyak saja orang yang salah orientasi.

Maunya senang sendiri.

Bawa anak istri ke luar negeri.

Lari. ….

Bersembunyi. ….

Tapi, toh jarak antar negeri tadi hanya sejengkal jari.

Tinggal mengutus orang untuk mencari, melobi, lalu berharap bisa kembali dengan si pencuri.

Dan akhirnya si pencuri masuk bui.

Belum selesai sampai disana, drama kebohongan kembali dubuka.

Kali ini ada yang angkat bicara.

Sang jenderal bintang tiga.

Yang baru saja dicopot dari jabatannya.

Entah kenapa.

Sang jenderal berkata.: Pencurinya tak hanya si dia, ada satu-dua-tiga pencuri yang lebih berbahaya.

Mengambil uang rakyat dengan memanipulasi data.

Uang terkumpul bukan untuk negara.

Tapi diambil untuk menumpuk harta.

Hingga beli rumah mewah barang satu-dua.

Harganyapun tak dinyana.

Beratus bahkan bermilyar harganya.

Begitulah babak terbaru lakon sandiwara, di negeri yang sudah bosan dengan para durja.

Yang seenaknya merampas hak-hak saudara mereka.

Kasihan negeri ini.

Tapi cerita takkan berhenti.

Tunggu saja aneka drama yang mencengangkan dan membuat bibir bergetar geram dengan tingkah polah para pemain picisan.

Ya, tunggu kelanjutan kisah dalam episode mendatang.

Para Pemain Picisan.

Antara Pejuang dan Pemberontak…


Musashi memillih jalan pedang bagi kehormatan dan harga diri
Ia jadi legenda dan orang berdecak kagum, dulu
dan sekarang saat membawa pedang dikeramaian
hanya mengundang keheranan dan kegelian

Pilihan lebih mencengangkan ialah ‘Jalan panah Antarah bin Syaddad’.
Satu dari tujuh pemilik pusisi panjang yang terpampang di pasar Uqazh, Mekkah ini, bertahun-tahun berjuang sendirian untuk mendapatkan kekasihnya Anlah dan selalu dihalangi.
Akhirnya setelah berhasil mengambil 100 unta paling mahal dari suku paling ganas dan ahli perang, sebagai syarat yang diajukan wali Ablah ia menggapai impiannya.

Pitung, jampang, Lagoa, Robin Hood dan kawan-kawan dengan semua kebesaran itu, mungkin juga menuai kutukan bahkan sesalan.
Paling tidak dari penjajah yang mereka repotkan.
Semua punya prinsip dan punya rasa sayang pada sesama.

Muhammad Toha bukan kekecualian, Bujang Bandung ini sirna bersama gudang mesiu kolonial Belanda yang diledakkannya.
Tetapi tak seorangpun diantara anak bangsa ini yang menggerutui Toha.

Diseberang sana, para penjajah juga membanggakan orang uang paling dikutuki bangsa jajahan. Van Mook, Daendels, atau Westerling di sini, atau Magelhan di Maharlika.
Mereka, pahlawan dari pihak penjajah dan bangsa jajahan -jadi simpul dua kekuatan saling tarung dan meilhat dari dua sudut berseberangan.

“Ekstrimis, teroris!” Kata yang merasa diganggu.
“Pahlawan!”. Kata yang merasa dibelas atau bernasib sama, sama-sama dijajah, dizalimi, dipinggirkan.
Dibenci atau disanjung, kedua belah pihak punya tujuan dan menjadikan jalan pedang, jalan panah, jalan bom sebagai bahasa paling fasih yang dapat mereka bunyikan.

Apakah mereka semacam bangsa Palestina yang telah lebih dari setengah abad dijajah Zionis ISrael tak lebih berhak untuk itu?

Bush, Blair, Sharon, Hawk juga menggunakannya, dengan pretensi mereka yang berhak, yang lain tidak.
Mereka masyarakat berada, yang lain biadab,
mereka moralis, yang lain teroris.
Yahudi bangsa pilihan Tuhan dan Palestina bangsa kutukan-Nya.
Merekapun dikucilkan, divonis sebagai bangsa teroris
serta dijajah saat kolonialisme menjadi barang kuno yang sangat tercela.

(Ust.Rahmat Abdullah, Warisan Sang Murabbi Pilar-pilar Asasi)

Pohon Dakwah…


Jika dakwah ibarat pohon, ada saja daun-daun yang berguguran. Namun pohon dakwah takkan pernah kehabisan cara untul menumbuhkan tunas-tunas barunya. sedang dan yang berguguran itu tak lebih hanya menjadi bagian dari puing-puing sejarah. Namun ingatlah tak selamanya daun-daun itu berguguran -atau ingin menggugurkan diri- adakalanya daun itu rela untuk digugurkan untuk kelangsungan tumbuh dan berkembangnya pohon. seperti jati yang bertahan hidup dengan ‘pengorbanan’ daun. atau seperti angsana yang melepas berhelai dedaunnya di musim kemarau. Semua ada masanya, tak mungkin pucuk selamanya harus bertunas, juga tak selamanya biji akan menjadi buah.



Ketika ada yang mengatakan. “Dakwah ini tidak butuh antum, justru antumlah yang butuh dakwah ini. Ada atau tidak adanya antum Dakwah ini akan tetap berjalan.” Cobalah cek kembali lisan yang mengucap dan hati yang menggerakkan ucapan itu, adakah terlintas dalam hatinya kesombongan, keangkuhan untuk merasa dirinyalah yang lebih berhak berada dalam barisan dakwah. apakah pertanyaan di atas murni sebagai nasihat, atau justru wujud keangkuhan yang termanipulasi oleh kata-kata. padahal dalam hatinya berkata. “Dakwah ini tidak butuh antum, justru antumlah yang butuh dakwah ini.Dakwah ini akan tetap berjalan CUKUP DENGAN SAYA.”


Astaghfirullah, bisa jadi mereka yang merasa sakit hati ini, lama-lama akan menjauh dari komunitas, merasa tidak lagi dibutuhkan, merasa kehadirannya dianggap sebagai beban dakwah, merasa dirinya hna karena ada orang lain yang merasa diri lebih mulia. pada akhirnya, yang mulai kecewa dengan sikap individu dalam komunitas itu, semakin terkecewakan dengan nasihat yang tidak disampaikan dengan benar. wallahu a’lam