Siapa yang mengggantungkan loncengnya?


Sekumpulan tikus berkongres. Tema sentral: Bahaya kucing yang mengancam kelestarian bangsa tikus. Banyak usulan cemerlang, tatapi semuanya termentahkan. Dari usulan mengkarantina anak-anak, sampi penodaan yang kontinyu.

Akhirnya, seekor tikus junior mengajukan usulan “jenius” yang mencengangkan, “Leher setiap kucing diberi lonceng yang nyaring bunyinya agar anak-anak kita bisa segera masuk ke dalam lubang perlindungan saat kucing mulai mendekat.”

Usulan ini disambut dengan antusias sebagai usulan yang jenius. Ketika semua merasa puas, seekor tikus senior berujar, “Ar-ra’yu shahih, wa lakin man yualliqul jaras?” (Usulannya benar, tetapi siapa gerangan yang akan menggantungkan lonceng itu?”.

Semua tertegun kembai dngan putus asa. Fabel amsal ini memang rekaan, taetapi mencerminkan banyak hal; kearifan dan pada saat yang bersamaan keputusasaan. Juga kecerdasan berbayang-bayang egosentris. Dalam implementasi, terkadang kelompok pesimistik mematahkan optimisme rekannya dengan amsal ini.

-merenungkan kembali makna hammasatusy syabab wa hikmatusy syuyukh. Semangat yang dimiliki memang harus tinggi, namun bijkasana adalah sikap yang cerdas dalam mengambil keputusan.

(Pilar-pilar asasi – Warisan Sang Murabbi)

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: