Mengejar Hikmah
Selayaknya kita harus belajar untuk mengetahui apa-apa yang tersembunyi dabalik iradahNya. Kadang manis terasa pahit. Pun begitu juga hambar serasa memeliki kekuatan kecapan di lidah. Ah, terkadang manusia harus berjalan lebih cepat untuk bisa mengejar berlarinya hikamh yang tak kunjung diperhatikan. Ada banyak hikmah –sebenarnya- yang terangkum dalam setiaop episode kehidupan kita. Ia merangkai serak-serak mozaik yang terpisah dan menyusunnya menjadi ukiran perjalana hidup yang kadang terlihat indah, kadang pula terlihat justru menyebalkan.
Ya, penglihatan manusia memang terbatas. Kadang hikmah tak mampu untuk dipetiknya, padahal kan Allah sudah menebarkanberjuta hikmah di pohon-pohon takdirnya di muka bumi ini. Mengejar hikmah, berarti kita harus cepat-cepat untuk bisa menemukannya. Segera mendapatkannya adalah keberuntungan yang besar. Karena bisa jadi, bila hikmah itu tidak dikejar maka ia akan mengalir tak berbekas dan menghempas tak terasa. Ia sambil lalu melewati drama kehidupan manusia karena manusianya itu yang tak memiliki bashirah bahwa ada hikmah yang sedang menunggu untuk di jemputnya. Karena Hikmah adalah barang hilang orang beriman, dia mengambilnya jika menemuinya.
Terkadang, apa yang sulit bagi kita untuk melepasnya karena sudah terlampau jauh sesuatu itu merasuk ke dalam jiwa kita, Allah memberikan cara lain agar kita bisa melapasnya. Ketika berat rasanya untuk mengikhlaskan, Allah memberikan cara lain agar kita belajar untuk ikhlas. Ketika terasa sulit untuk bersabar, Allah menunjukkkan jalan kesabaran yang lebih indah. Namun semua itu lagi-lagi tergantung pada seberapa besar dan bersih hati kita untuk menjemput jalan-jalan Allah tersebut.
Saat apa yang kita cintai harus dikembalikan kepadaNya, maka bukanlah sedih dan murung duka yang harusnya tertampak dalam raut wajah kita. Dia sebenarnya hanya mengambil apa-apa yang tidak kita butuhkan dan apa-apa yang menjadi penghalang bagi manusia untuk lebih ikhlas dalam beribadah kepadanya. Menjadi hambaNya yang benar-benar Ikhlas adalah salah satu kunci untuk mendapatkan bashirah atas setiap takdir indahNya yang ditiupkan dalam alam raya ini. Manusi, sesosok jiwa yang memiliki kemampuan interpretasi yang lebih baik dengan makhluk lainnya di muka bumi ini, setidaknya harus lebih paham atas setiap interpretasi takdir kehidupan yang mengiringinya.
Bahwa akan ada suatu hikmah yang tersembunyi yang seharusnyaa kita dapatkan dari setiap peristiwa-peristiwa dalam rangkaian perjalanan hidup ini. Akan ada sejumput kasih sayang yang sama sekali belum pernah kita dapatkan dari seseorangpun di dunia ini. Kasih sayang yang bahkan langitpun merindi kasihsayang itu tiap pagi dan petang. Kasih sayang yang didamba seluruh makhluk di muka bumi. Kasih sayang yang akan membangkitkan energi bagi kehidupa. Itulah kasih sayang Allah.
Setiap hikmah yang terserak di bumi ini adalah bentuk kasih sayang Allah. Tinggal bagaimana manusia itu yang harus serius untuk mencari dan menjemput hikmah tersebut, meski harus berlari, berlarilah untuk mengejar hikmah. Karena disitulah kita akan semakin merasakan betapa besarnya kasih sayang Allah pada hambaNya.
Yogyakarta-Ebiet G. Ade
Seperti debu
Tajam menerpa mata
Aku tersentak dari lamunan
Ketika ku buka tirai jendela
Seperti angin
Lembut menyusup jiwa
Aku terpejam ku hirup nafas dalam
Di gerbang kotaku Yogyakarta
Hari ini aku pulang
Hari ini aku datang
Bawa rindu bawa haru
Bawa harap-harap cemas
Masihkah debu jalanan
Menyapa akrab langkahku
Masihkah suara cemara
Mengiringi nyanyianku
Seperti bintang
Diam menunggu fajar
Aku berfikir untuk membangunkanmu
Bergumul dengan gelora nafasmu
Di sini aku ditempa
Di sini aku dibesarkan
Semangatku keyakinanku
Keberadaanku pun terbentuk
Masih aku pelihara
Kerinduanku yang dalam
Setiap sudutmu menyimpan
Derapku Yogyakarta
Setiap sudutmu menyimpan
Langkahku Yogyakarta.
Michi wa Nippon Ni-2
O-ikutsu desu ka (umurnya berapa?)
Ungkapan ini digunakan ketika anda ingin menanyakan umur seseorang. Cara lain untuk menanyakan umur adalah “nan-sai desu ka”. Perbedaan antara ke-2 ungkapan tersebt adalah “o-ikutsu desu ka” lebih sopan daripada “nan-sai desu ka”.
A: O-ikutsu desu ka. おいくつですか。 |
Umurnya berapa? |
B: 23 desu. 23です。 |
23. |
A: Mada wakai desu ne. まだわかいですね。 |
Masih muda ya.. |
Versi Kanji | |
A: お幾つですか。 | Umurnya berapa? |
B: 二十三です。 | 23. |
A: まだ若いですね。 | Masih muda ya.. |
Lelaki Paruh Baya
Jangan pernah menunda untuk mengucapkan terimakasih atau menunda untuk silaturahmi, karena kita takkan pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk melakukannya.
Kemarin malam, tepatnya setelah sholat isya di masjid Al-Inayah, tiba-tiba ban motor yang saya naiki bocor. Padahal ba’da isya nya ada kajian bahasa arab di Asrama. Setelah menuntun motor itu, 15 menit kemudian akhirnya saya bisa menemui tempat tambal ban. Sesampainya disana ternyata juga udah banyak motor-motor yang antri untuk ditambal bannya. mungkin karena letaknya cukup strategis di samping GOR UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) ditambah lagi mungkin karena para pengguna motor itu lagi bernasib sama seperti saya, akhirnya saya harus antri cukup lama.
Setelah ditunggu dan ditunggu, ternyata cukup lama juga antriannya. Sekejap mata saya melirik sebuah warung sate yang terletak di sebelah barat tukang tambal ban itu. Insting ‘kelaparan’ saya pun muncul apalagi setelah mendorong motor cukup jauh he2… Langsung, tanpa menunggu lama, saya segera menuju warung sate tersebut.
“Pesen satu mas.”
“Pake lontong atau nasi”
“hmm.. Lontong aja”
sayapun segera mengambil tempat duduk. Entah mengapa saya mengambil posisi duduk di samping seorang bapak-bapak paruh baya padahal masih banyak meja dan kursi yang kosong di sebelahnya.
“kuliah dimana mas?” tanya bapak itu.
mungkin wajah saya yang masih kelihatan mahasiswa, makanya bapak itu langsung men-judge bahwa saya adalah mahasiswa.
“Di Teknik UGM pak”.
“Jurusan?”
“Teknik Fisika.”
“Udah semester berapa?”
“Semester 7”.
Belum sempat saya balik nanya, macam-macam pertanyaanpun ia lontarkan.
“Asli mana mas?”
“Bogor Pak.”
“Bogornya dimana?” (tuh kan, si bapaknya nanya terus)
“Di Parung.”
“Ooooo…”
“Kenapa pak? pernah kesana?”
“nggak….” (Gubrak)
Kirain si bapaknya itu tahu. Sambil ditanya ini-itu saya pun segera memakan sate yag sudah dari tadi tersedia. Belum lama saya makan, si bapak itu berdiri dan membereskan mejanya.
“Saya duluan ya mas.”
“oh,, iya pak.”
Seperti biasa, setelah satenya habis, si bapak langsung ke kasir untuk membayar satenya. Sambil makan, saya memperhatikan bapak itu. Kok ada yang aneh ya. Dia nunjuk-nunjuk saya dihadapan kasir itu.
“satenya sudah saya bayarin mas.”
ujar bapak itu sambil berseloroh pergi meninggalkan warung sate itu.
Jleb…kenapa rasanya saya diam saja tak bergerak??? Seketik saya langsung mengejar bapak itu. (Cepet banget jalannya si bapak)…
“Pak..tunggu..”
akhirnya bapak itu menghentikan langkahnya.
“biar saya aja yang bayar pak, berapa tadi?”
“gak usah buat mas aja.”
“nama bapak siapa?”
“Muttaqin” jawabnya dengan terburu buru.
“Kalau begitu, terimakasih pak,, boleh minta nomor hpnya?”
Disebutkanlah nomor hpnya itu sambil memberi tahu bahwa ia adalah orang asli Solo yang tinggal di Aceh.. (hmm..Bingung.. Kok ada di Jogja???)
Setelah saya ketik nomornya, bapak itu segera pergi.
“saya duluan ya,, wassalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam.. makasih pak”
Setelah bapak itu pergi dengan berjalan kaki, saya kembali ke warung untuk menghabiskan sate itu yang sempat tertunda.
Keesokan harinya,saya berniat untuk menghubungi bapak itu lewat nomor hp yang kemarin beliau berikan. Namun sayangnya, belum sempat saya hubungi, siang tadi hp saya terlindas oleh keganasan mobil-mobil dan motor di Jalan Kaliurang. hikss…. Sewaktu pulang dari kampus, hp itu jatuh terseloroh dari tas saya dan jadilah ia mangsa kendaraan-kendaraan itu hingga tak berbentuk lagi.
Satu hal yang bisa saya ambil pelajaran diantar banyak hikmah yang Allah berikan lewat tekdirnya itu adalah, jangan pernah menunda untuk mengucapkan terimakasih atau menunda untuk silaturahmi, karena kita takkan pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk melakukannya.
Ya, benar sekali. Rencananya saya sekaligus mau mengucapkan terimakasih ke bapak itu meskipun kemarin sudah sempat terucap, tapi mungkin kemarin ibarat angin lalu karena bapak itu terburu-buru pergi. Siapapun dia, semoga Allah membalas kebaikannya entah di dunia ataupun di akhirat. Dan semoga suatu saat nanti, saya bisa menghubungi beliau kembali, entah lewat apa, karena semua kontak yag ada di hp itu sudah hilang.
Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Alloh akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Alloh akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Alloh akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Alloh akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Alloh untuk membaca Kitabulloh dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Alloh akan menyelimuti mereka, dan Alloh memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.”
Sleman, 29 Oktober 2010, sambil menunggu pemberangkatan ke Posko BEM di Muntilan
Michi wa Nippon ni-1
~ ga hoshii (Ingin ~)
Dalam bahasa Jepang, ada 2 cara untuk mengungkapkan rasa keinginan. Yaitu:
1. ~ ga hoshii desu (saya ingin ~), digunakan untuk menyatakan keinginan untuk memiliki sesuatu. Misalnya: Saya ingin mobil, saya ingin kamera dst.
2. K.kerja (stem) tai desu, digunakan untuk menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, saya ingin membeli mobil, saya ingin pergi ke Bali dst.
Pada bagian ini saya hanya akan menjelaskan point ke-1, yaitu keinginan untuk memiliki sesuatu.
Pola Kalimat | |
• ~ ga hoshii desu | Saya ingin ~ |
• Kaban | Tas |
• Kaban ga hoshii desu | Saya ingin tas |
• Kaban ga hoshikunai desu | Saya tidak ingin tas. |
Note: Untuk membuat bentuk negatif, anda tinggal menghilangkan i dan kemudian tambahkan kunai.
Pola Kalimat | ||
1. | Atarashii kamera ga hoshii desu. あたらしいカメラがほしいです。 |
Saya ingin kamera |
2. | A: Nani ga hoshii desu ka. なにがほしいですか。 |
A: Mau apa? |
B: Kuruma ga hoshii desu. くるまがほしいです。 |
B: Saya ingin mobil. | |
3. | Nani mo hoshikunai desu. なにもほしくないです。 |
Saya tidak mau apa-apa. |
Selamat Jalan Mbah..
Berbulan-bulan gunung itu menahan beban. Berbulan-bulan bergolak, akhirnya Gunung Merapi meletus. Melepaskan gemuruh perutnya untuk mengurangi lava yang dikandungnya. Gunung teraktif di dunia ini muntah. Muntahan itu yang membawa korban jiwa, termasuk Mbah Maridjan.
Sosok yang dengan pengabdiannya bertahun-tahun ‘menjaga’ merapi telah dikultuskan oleh sebagian orang, juga di’selebritis’kan melalui iklan salag satu produk jamu.
Ya, sosok fenomenal ini telah pergi. Terlihat bagaimana rasa simpati masyarakat, tidak hanya masyarakat jogja yang mengenalnya, tapi juga Indonesia bahkan dunia. Iring-iringan jenazah beliaupun tadi pagi berderet memanjang dari Rumah Sakit Sardjito melewati fakultas teknik UGM dan sampai memanjang di jalan Kaliurang. Banyak orang yang telah kehilanga, tapi yang tetap harus diingat bukanlah sosoknya, tapi ingatah pengabdiannya pada masyarakat Jogja selama 20 tahun terakhir ini.
Selamat Jalan mbah…
si pembajak
sebuah pesan singkat masuk.
“Assalamu’alaykum,,, jup, antum tlg segera ganti password email antum. tadi ane dpt email dari antum yang isinya link ke situs-situs yang gak bener. dan itu dikirim ke semua alamat temen-temen antum. Sepertinya ada yang membajak. ”
sontak saja saya membuka email itu dan meminta kepada teman yang memberikan informasi tadi untuk memforward link yang katanya berasal dari email saya itu.
Dan ternyata benar, si pengirim menggunakan email saya untuk mengirim link situs tersebut ke seluruh teman yang ada di friendlist saya. Sempat berpikir, kok bisa seperti itu? Jangan-jangan sudah banyak tema saya yang terpengaruh untuk percaya bahwa link tersebut adalah saya yang mengirimkan.. semoga saja itu tidak benar.
Dunia maya memang membuat seseorang harus berhati-hati dengan masalah privsinya. Karena akhir-akhir ini banya cyber crime yang terjadi dan sanga merugikan pengguna dan peselancar dunia maya. terutama mereka yang sering terhubung dengan akun jejaring sosial.
segera setelah mendapat sms itu, langsung saya ganti password email dan akun-akun yang lain. Semoga tak ada lagi yang iseng-iseng menyalahgunakan akun saya untuk hal-hal yang tidak baik. Kalau kata pak Tifatul berinternetlah yang sehatjangan gunakan untuk hal-hal yang bisa merugikan orang lain.
Getaran Kerinduan
“Aku bermimpi melihat saudaraku, Ahmad Hathibah sedang bermain bola. Lalu aku melihat kakinya terluka. Aku segera terbangun dan merasa cemas mengingat meimpi yang baru saja kualami. Istriku yang pada saat itu juga terbangun menyarankan agar aku menulis surat kepadanya, menanyakan tentang kesehatannya dan mendoakan agar dia dalam keadaan sehat wal afiat.” Ungkap Abbas As sisi dalam Fii Qafilah Ikhwan.
Mendengar saran dari istrinya tersebut, Abbas As Sisi segera menulis surat kepada Ahmad Hathibah. Ia telah mengenal Ahmad hathibah sejak mereka berdua berada dlam penjara rezim pemerintah Mesir pada tahun 1949. Pertama kali, ia melihatnya di pintu penjara Armeidan Mesir. Setelah beberapa kali bertemu dan berinteraksi, ikatan ukhuwah diantara mereka mulai terjalin. Saat itu penjara-penjara Mesir memang menjadi ruang tamasya jiwa bagi para anggota Ikhwanul Muslimin. Di sanalah jiwa mereka diuji dan diistirahatkan sejenak untuk mendaki lagi keterjalan dan liku jalan dakwah.
Setelah Abbas As Sisi keluar dari penjara, demikian pula Ahmad Hathibah, mereka tetap berinteraksi melalui surat. Ahmad Hathibah juga mengirimi Abbas As Sisi foto-foto Ikhwan yang dipenjara pada kasus yang sama dengannya. Saat itu Abbas As Sisi tinggal di Asiyuth. Sementara Ahmad Hathibah tinggal di Kairo. Jarak yang cukup jauh dari keduanya. Namun, jarak yang memisahkan itu tak menyurutkan Abbas As Sisi untuk sesekali datang berkunjung ke kediaman Ahmad Hathibah. Ini berlangsung hingga Ahmad Hathibah melanjutkan studinya di fakultas kelautan.
Mendapat surat dari Abbas As Sisi, Air mata Ahmad Hathibah tak dapat tertahankan. Derai airmata mengalir membasahi wajahnya saat ia membaca keseluruhan isi surat itu. Pasalnya Ahmad Hathibah menerima surat itu saat berada di rumah sakit Angkatan Laut di Iskandariyah. Ia pun memperlihatkan surat yang diterimanya itu kepada kepada kawan-kawan yang menjenguknya. Mereka pun sangat terkejut serta kagum akan ukhuwah yang terjalin di antara dua ikhwan ini. Dua hati saling menyatu karena cinta kepada Allah.
Jiwa atau ruh itu, yang kata Rasulullah, adalah sebagian dari tentara-tentara Allah akan menyatu dan menguatkan barisan dalam medan perjuangan. Namun bila diantara kedua jiwa itu tidak saling mengenal dan memahami, maka yang terjadi adalah perpecahan dan saling ketersinggungan. Adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh dari Abbas As Sisi tatkala mampu merasakan kondisi yang diaami oleh saudaranya di belahan bumi lain.
Terpisah jarak bukan berarti getaran jiwa tak mampu menembus keterbatasan itu. Ia sudah membuktikan, bahwa jiwa yang terikat oleh ikatan ukhuwah tak akan terpisah oleh jarak. Bahwa hati-hati yang telah menyatu karena Allah akan merasakan manisnya sebuah persaudaraan.
Bahkan, seringkali segumpal kerinduan itu meradang sangat kuat ketika dua orang sahabat yang terpisah jarak dan bertahun-tahun tak pernah bertemu. Bukan karena tak ada getar jiwa di dalam hatinya, akan tetapi ada sinyal yang selalu terkirimkan kepada sahabatnya itu. Sinyal itu bernama kerinduan. Rindu yang teramat sangat, akan membangkitkan kembali getaran jiwa seseorang, sehingga bila dua orang sahabat mampu merasakan getaran kerinduan dalam jarak yang cukup jauh, mereka memiliki tangkapan frekuensi yang sama. Dua hatinya memancarkan getaran dan menerimanya dengan fase gelombang yang sama. Seorang dosen saya pernah mengatakan bahwa gelombang itu akan mengalami interferensi atau penguatan bila ia bertemu dalam fase yang sama.
Seseorang bisa memancarkan getar kerinduan bila ada sesuatu yang mengalami perubahan kondisi dibandingkan kondisi biasanya. Kondisi itu bisa berupa sakit,sedih, suka,duka, harap dan cinta. Dan yang bisa merasakan getaran kerinduan itu adalah mereka-mereka yang memiliki sinyal frekuensi kerinduan yang sama.
Getar kerinduan, sebuah rasa yang merupakan anugerah dariNya. Mampu merasakan, menginterpretasi dan menyikapi sebuah kondisi dalam sebuah perasaan yang hanya bisa dirasakan dan diketahui antara dua insan dan RabbNya. Jiwa-jiwa yang saling mencinta dan merindu karena Allah akan tetap merasakan bahwa ternyata jarak takkan mampu menjadi penghalang untuk tersampaikannya sinyal dan getar kerinduan itu. Ia meyakini bahwa biarpun tanpa ada kata yang terucap mengalir dari bibirnya, getar kerinduan itu akan tetap tersampaikan kepada hati yang lain nun jauh disana. Dan yakinlah, bahwa Allah telah menjadikan getar kerinduan itu sebagai anugerah sekaligus uujian bagi manusia agar mampu menjaganya dalam wilayah penghambaan kepadaNya. Bahwa suatu saat rindu itu tak harus selalu bergetar, karena akan ada suatu masa dimana rindu itu telah terobati dengan pertemuan yang sudah Allah gariksan.
“dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Anfal: 63)
Sesungguhnya engkau tahu, bahwa hati ini t’lah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu.
Bertemu dalam ketaatan, bersatu daam perjuangan
Menegakkan syari’at dalam kehidupan.
Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Terangilah dengan cahayaMu yang tiada pernah padam.
Ya Rabbi bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman.
Dan indahnya tawakkal padaMu.
Hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalanMu.
Ya Rabbi,,, bimbinglah kami.
Sleman, 26 Oktober 2010
Di sebuah sudut asrama peradaban, LPI Yogyakarta
Saat iringan sirine ambulans evakuasi korban Merapi terus melintasi gendang telinga ini.
Merapi
Keringat meluncur deras membasahi setiap kerutan wajahnya. Dengan setumpuk ranting-ranting kering terselampir di atas kepala dan samping kanan pundaknya ia berjalan tertaih menuruni batu-bebatuan terjal. Tak bisa dibayangkan betapa lelahnya ia menjalani rutinitas seperti itu.
Di sudut lain, deretan truk-truk pengangkut pasir menelusuri sepanjang tepi aliran sungai. mengeruk pasir yang merupakan berkah tersembunyi dibalik bencana.
teringat bayangan-bayangan itu. menggelayuti malam dingin ini, sambil mendengar hiruk pikuk sirine ambulans yang melewati jalan kaliurang.
Merapi, semoga batukmu memberi berjuta hikmah…
Sleman, 26 Oktober 2010
Tentang Cila
“Cila..pengen sembuh-sembuhin temen Cila yang sakit. Biar…Bisa maen sama-sama lagi.”
(Kutipan narasi dalam sebuah iklan susu yang membuatku tersentak)
Kadang aku bertanya, apa dulu aku seperti cila? Di usia balitanya, ia punya sebuah cita-cita. Cita-cita yang bukan hanya unttuk dirinya, tapi juga untuk orang lain. Di usia yang belum mampu membedakan secara utuh mana yang baik dan buruk, ia sudah berpikir untuk memberi. Sempat juga aku bertanya, akankah anak-anakku nanti seperti Cila? Meski masih terbata-bata, namun keyakinan akan cita-citanya jauh dari terbata-bata,,, dan akupun kembali bertanya APA CITA-CITAKU, apa manfaat cita-citaku BAGI ORANG LAIN???
Ketika hidup ini sudah diberi makna, maka yang ada adalah sebuah perjuangan cita-cita menuju pengejewantahan cita-cita itu dengan tulus. Denagn tanpa beban dan dengan penuh keyakinan bahwa kebermanfaatan bagi orang lain adalah sebuah sarana bagi kita untuk menjadi hambanNya yang terbaik.
“Khairunnaas anfa’uhum linnaas”
menggelandang di kantor DPD
Aduh gimana sih kantor DPD ini? Baru jam 21.30 udah sepi blas…. hening, gelap disekelilingnya.
Rencananya, saya dan andhi akan menegmbalikan mobil DPD sebuah partai tertentu malam ini. Selama beberapa hari kemarin mobil itu dipinjam untuk mengantar para peserta pertemuan pen erima beasiswa KSE yang dilaksanakann di jogja beberapa hari yang lalu. Sesampainya di kantor DPD, ternyata sepi banget. Kanan dan kiri pintu gerbang sudah dikunci, bahkan di gembok dobe. Hadeuh,, padahal masih jam segini pak, kok udah ditutup aja. Gimana nanti kalau ada umat yang mau mengadu tentang permasalahnnya?. Gimana nanti kalau ada umat yang ingin berkonsultasi dengan para pemimpinnya?(halah,,,, berat)
Dan jadilah saya beserta Andhi harus menggelandang di depan gerbang kantor itu sambil menunggu orang yang akan dititipkan kunci mobil. Saat menulis daily report ini pun andhi masih terkapar tepar di depan gerbang yang beralas lantai semen. Dan daripada menganggur gak jelas, lebih baik saya nulis dulu ah (meskipun pada akhirnya gak jelas juga ^^).
*ziiingggg* setengah jam pun telah berlalu, tapi tak nampak ada tanda-tanda kedatangan si empunya hajat yang ingin kami titipkan kunci mobil…… dan orang-orang yang lalu lalang di depan kantor DPD pun, melihat dengan penuh keanehan. Ada dua sosok manusia yang gak jelas ngapain terdampar di depan kantor malem-malem gini. hingga tibalah pukul setengah sebelas malem,, orang yang ditunggu tunggu sudah tiba.. Grrrr…
*dipinggir sawah depan kantor DPD P**
pukul 22.30 WIB
mimpi
sebuah mimpi telah tertorehkan tadi sore….
mimpi bersama yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya.
dan aku yakin bahwa dari mimpi itu, ada sebuah harapan besar.
karena harapan itu telah tertuang, terwacanakan dan menjadi azzam kita bersama sore ini.
di sudut masjid pergerakan yang tak pernah sepi dari syuro.
di tengah rintik hujan yang sejak siang tadi tak kunjung reda.
tak ada jalan lain, kecuali terus maju untuk melangkah, meujudkan mimpi besar itu.
karena harapan adalah khayalan bila tanpa perjuangan, tapi harapan bisa jadi kenyataan bila diiringi dengan kesungguhan, tekad dan semangat yang kuat.
semoga……
*Nurul Barokah, 23 Oktober 2010
Kekuatan Hati…
Riuh rendah kerumunan penghuni KPFT membayangi keheningan pagi ini. Selasar utara maupun selatan sudah ramai dengan aktifitas mahasiswa. Satu persatu kursi-kursi kosong mulai terisi, entah sekedar membaca koran langganan atau sambil mengerjakan tugas dan PR kelompok.
Pagi itu juga, ada sekeompok mahasiswa berbondong-bondong mengangkat tikar dan meja dari mustek (Mushola Teknologi), untuk kemudian diletakkan di sayap barat KPFT. Mereka tak lain adalah panitia open recruitment Keluarga Muslim Teknik UGM. Semangat untuk menyambut pejuang-pejuang baru yang akan membersamainya kini mulai terlihat di wajah mereka yang penuh semangat pagi ini.
“saya sebenarnya angkatan 2009 mas, tapi baru daftar sekarang.” Ujar salah seorang peserta wawancara.
“Lho, kenapa nggak dari tahun kemaren aja dek daftarnya.” Kata salah seorang pewawancara menimpalinya. “memangnya apa yang membuat antum tertarik untuk bergabung ke KMT?.”
“Saya tertarik dengan keteladanan angggota KMT yang ada di jurusan saya mas.” Ungkapnya
“Mereka benar-benar telah menjadi penyemangat saya untuk bisa menjadi lebih baik lagi, dan memiliki akhlak yang seharusnya dimiliki oleh seorang Muslim. Maaf saja, di jurusan kami kan terkenal dengan jurusan yang paling keras di antara jurusan lain di teknik ini. Sehingga ada nuansa yang berbeda saat saya berteman dengan anggota KMT yang ada di jurusan saya itu.”
Dakwah, ia akan selalu menemukan cara untuk bisa menyentuh hati-hati manusia. Menyentuh ruang terdalam yang sangat sensitif dari nurani mereka. Menjadikan ssetiap laku sebagai inspirassi dan perkataan sebagai motivasi. Dakwah takkan pernah kehabisan caranya untuk bisa bertahan dan melanjutkan pproyek besar peradaban. Peradaban yang dimulai dari tarbiyah ‘pendidikan’ karakter individu masing-masing.
Menjadi sosok penyeru bukanlah perkara mudah, karena disitulah pembuktian dan aplikasi dari surat ash-shaf ayat 3 di realisasikan.
“Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Kekuatan hati dan keteladanan dalam diri para da’i menjadi kunci apakah dakwah itu bisa berjalan efektif untuk membangun sebuah komunitas sosial berbasis religiusitas. Berbagai wacana, konsepsi dan pemikiran bisa saja terlontar dari lisan seorang da’i, tapi itu tidak sepenuhnya menjamin mampu menggerakkan mereka-mereka yang menjadi objek dakwahnya. Melalui kekuatan hatilah dakwah itu bisa menyelusup masuk ke dalam relung hati manusia. Hati –yang kata aa gym- hanya bisa disentuh dengan hati.
Setidaknya itulah yang saat ini sedang menjadi renungan bagi perkembangan dakwah di teknik. Bahwa bukan dengan banyaknya kita bertutur lalu bisa menggerakkan orang lain untuk ikut aktif kajian, bukan dengan banyaknya poster dan selebaran undangan yang membuat mahasiswa teknik datang aktif ke acara-acara SKI. Bukan sekedar itu, tapi hatiah yang seharusnya kita kuattkan untuk terus memperluas dan menyebarkan syiar Islam di bumi teknik ini. Dakwah yang kita cita-citakan akan lahirnya sebuah generasi Rabbani untuk Tekniik yang Islami. Allahu Akbar…..
Inspirasi pagi ini…
Pagi ini kami kajian rutin asrama diisi oleh tamu istimewa dari Jakarta. Beliau adalah ust. Ahmad Michdan, salah satu anggota TPM (Tim Pengacara Muslim) yang juga sekaligus inisiator terbentuknya tim tersebut pada tahun 1999 pasca tragedi Ambon. Sebenarnya beliau sudah datang dari hari Rabu kemarin, namun baru sempat untuk memberikan kuliah pada kami –santri LPI Jogja- ba’da shalat subuh tadi.
Kata-katanya begitu mengena sejak awal beliau memulai kuliah. Di awal, sebuah kata-kata meluncur begitu perkasanya dari mulut beliau saat menggambarkan bagaimana kondisi umat Islam Indonesia yang terjajah secara moral di negerinya sendiri. Umat islam Indonesia selalu menjadi kambing hitam yang berbuntut pada stigmatisasi teroris oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ironisnya, tak sedikit dari kalangan umat islam sendiri yang turut memperkeruh stigma tersebut.
Penampilan beliau sangat sederhana dengan baju koko dan sarung serba putih serta peci yang turut menggambarkan bahwa ia bukan sembarang advokat, dimana saat ini mungkin sebagian besar kalangan advokat sangat rentan sekali dengan manipulasi dan gesekan berbagai kepentingan pihiak-pihak yang berkuasa. Beliau bercerita bahwa, sejak kelas 2 SMP, ia sudah memikul tanggung jawab layaknya seorang ayah, menafkahi keenam adiknya yang masih kecil-kecil serta berjuang untuk melanjutkan sekolah.
“7000-an umat Islam dibantai di Ambon, tapi tak banyak yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Bahkan terkesan kasus tersebut hanya konflik kecil antarsuku yang bisa dengan mudah diselesaikan. Duniapun tak bergeming. Tapi coba bandingkan dengan 250-an nyawa yang hilang pada kasus bom bali, atau 15 nyawa terenggut di J.W Marriot, Dunia gempar… Pemerintahpun langsung mengambil sikap, merespon peristiwa tersebut dan dinyatakan sebagai ancaman bagi keamanan nasional.”
Sesaat kata-katanya terdengar bergetar saat menyampaikan fakta-fakta di atas. Fakta yang selama ini tidak banyak ter expose oleh media, sehingga hanya menjadi angin lalu semata. Getar suaranya membuat pagi itu mata kami menjadi basah. Mendengar beberapa pengalaman beliau yang begitu istiqomah dalam membela hak-hak umat Isam yang terzhalimi.
“Hukum Islam adalah hukum yang terbaik, tarikh Islam adalah sumber inspirasi yang akan menambah wawasan dan pola pikir kalian, dan kalianlah yang harus melanjutkan perjuangan ini.”
Begitulah kata penutup yang beliau sampaikan kepada kami semua selaku santri asrama Lembaga Pendidikan Insani Yogyakarta. Waktu satu jam terasa begitu sangat singkat, padahal masih banyak yang ingin kami ketahui tentang kiprah dari Tim Pengacara Muslim, pun begitu juga yang beliau rasakan, sebenarnya masih sangat ingin berbagi lebih panjang lebar lagi kepada kami. Namun, mengingat hari ini, jadwal kuliah mahasiswa di fakultas masing-masing sangat padat ditambah lagi ada beberapa yang sedang Ujian Tengah Semester, maka kajian ba’da subuhpun diselesaikan.
Singkat memang, namun begitu membekas di hati kami, bahwa sebagai apapun kita, mahasiswa fakutas apapun, dengan diisiplin ilmu apapun, harus menjadikkan ilmunya bermanfaat. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, akan tetapi juga harus mampu mengangkat martabat bangsa dan izzah umat Islam dan menyebarkan dakwah Islam sebagai Rahmatan lil ‘aalamin.
Ruang Kelas asrama LPI Jogja
Kamis, 21 Oktober 2010
mendadak….
melewati masa-masa pengambilan keputusan,,,
dengan berbagai benturan kepentingan.
meresahkan banyak pikiran,,,
yang tak luput dari cemoohan.
adakah yang tersirat dari yang tersurat,,,
tentang apapun yang diputuskan. olehnya, oleh mereka.
tentang kepala negara yang mendadak batal pergi ke negeri para menir.
tentang seorang bintang dua yang mendadak naik menjadi bintang empat.
tentang perubahan isu yang begitu cepat berubah.
dan… akupun juga mengalami hal itu.
MENDADAK.
dengan deadline yang terus berubah. bukan karena tanpa persiapan, tapi karena perubahan si empunya kekuasaan. yah,, semoga yang MENDADAK ini tak membuat hati berlemah iman dan pikiran berfutur keresahan. karena ada hikmah dibalik kata MENDADAK…..
NGAPAIN JUGA SIH GUE NGAJI … !!!
Saat hening menggelayuti pojok-pojok ruangan kelas, Terciptalah sebuah percakapan antara dua orang soulmate di kampus. Sebut saja namanya PAHLEVI dan IDRUS (*anggap saja bukan nama sebenarnya)
Idrus : Cuy, gue pinjem Quran Lu dunk.. duh seharian gw Belum ngaji sama skalii inii .. Gw lupa bawa mushaf pas berangkat ke rumah lu tadi…
Pahlevi : Yah rus, Quran gw ilaang dari kapan tauuuu
Idrus : Ilang ? sejak kapan ?
Pahlevi : Beeeehhh, udah lama banget, sejak gw lulus SMA
Idrus : Eh busseettt, udah 4 taun lu kgak punya Quran ?Jangan bilang udah 4 taun juga Lu kgak pernah ngaji ..
Pahlevi : Yaaa iyyyaaa laaahhh .. Dodol amet, Lu gimana sih, jelas-jelas gw kga punya! Udah ah, GAK PENTING tau ngaji.. mana ntu hurup KRIWIL-KRIWIL gak jelas, Liak-Liuk bisa bikin mata gw MINUS..
Idrus : Ih Elu… kok gtu siih … Tapi Lu masih bisa ngaji kaaann ?
Pahlevi : Bisa dooonggg, kan kita dulu sama-sama di SD Islam entu tuh, diajarin cara ngaji sama Pak Budi .. Masa Elu Lupa…!! Pla’un Lu Ah… Udah kaya kakek gw pelupa mulu ampe BETE gw kalo ngobrol ama die
Idrus : Lha trus trus, kalo Lu masih bisa ngaji knapa Lu kgak ngaji ??
Pahlevi : Gw belum dapet hidayah Rus…
Idrus : Idiiih, masa Lu harus nunggu dapet hidayah ?? Lahhhh, kalo ampe Lu mati Lu kagak dapet hidayah, gmana ntu ?
Pahlevi : Ya biarin aja
Idrus : sembarangan Lu ngomong…!!!
Pahlevi : Ya elaaahh Rus, yg penting kan gw gak lupain sholat 5 waktu … !! Lha kan amalan pertama yg ditanya ntar sholatnya !! kalo sholatnya bae, ya kesono-sononya juga bae… Lu gak denger apa kata pak Haji pas ceramah kemaren !! Lagi-lagi Lu lupa deh.. !
Idrus : I….iiiya siiih, tapi kaaann ………..
Pahlevi : Hayooo mau ngomong apa Lu ???? kalah kan Lu ama gw !!! hahaha
Idrus : Pahleviii…, apa Lu gak bangga sebagai muslim ?
Pahlevi : Ya jelas bangga dong meeenn… buktinya gw masih solat.. taraweh di masjid gw pake Koko… rapiihh, ampe tetangga kita yang bening ntu naksir ma gw .. ahaha
Idrus : Trus Lu bangga gak dengan pedoman hidup Lu ??
Pahlevi : maksud Lu Quran ??
Idrus : ya iya laaaahhh. Masa komik One Peace .. !
Pahlevi : Jelas bangga dong boy .. kan Quran itu nunjukin ke arah kebaikan
Idrus : Trus knpa Lu kgak baca ???!!!
Pahlevi : nah ntu dia Rus, BELUM DAPET HIDAYAH !!!!
Idrus : Vi, apa Lu pikir hidayah itu harus ditunggu ?
Pahlevi : Ya iya lah Rus …
Idrus : tanpa ada usaha ??
Pahlevi : Yooooiii,, mamen…
Idrus : Skarang gini deh, Lu ada program Quran digital gak d laptop Lu ?
Pahlevi : ada
Idrus : Coba Lu buka deh
Pahlevi : Udeh.. Lu mau apa sii ? mau nyuruh gw baca Quran lewat monitor laptop ? Ogah ah, kgak enak tau baca dari monitor.. Tar mata gw JURING
Idrus : gw gak nyuruh lu untuk itu kok, coba deh di program ntu, Lu masuk fasilitas SEARCH, trus Lu ketik kata lautan.. trus enter
Pahlevi : Udeh boy
Idrus : coba deh Lu itung tuh, kata lautan ada berapa di Quran?
Pahlevi : Idih, ogah banget deh gw dsuruh ngitung!! emank gw BABU Lu!
Idrus : gw kasih wafer satu bungkus deh, ni udah gw siapin khusus buat Lu..
Pahlevi : bener yeee … awas Lu boong … mmm .. atu, dua ….. ada 32 kali cuy
Idrus : sekarang coba Lu ketik daratan, ada berapa ntu kata di Quran ?
Pahlevi : atu… dua … tiga …….. …… lebih banyak cuy, ada 45 ..!! Ntar dulu deh, maksud Lu nyuruh gw ngitung-ngitung kyak anak SD gini buat apa siii ? gak jelas banget kayaknya…
Idrus : Udeh deh, Lu ikutin aja … itu angka Lu simpen dulu di otak Lu ye.. skarang gw mau Tanya, jumlah lautan ama daratan di bumi ini banyakan mana si luasnya ??
Pahlevi : ya lautan lah boyy, Lu gmana sih .. Wong lautan aja ampe kurang lebih 70% dari luas permukaan bumi .. kalo gak salah tepatnya 71,111 %
Idrus : Pinter Lu ??
Pahlevi : Ya elah, itu kan pelajaran geografi SMP, masih dasar jadinya gue ingett
Idrus : Ok.. masih inget tadi Allah nyebutin kata lautan dan daratan berapa ?
Pahlevi : 32 ama 45
Idrus : coba Lu bagi 32 dengan 45 .. nih pake kalkulator gw
Pahlevi : mmm…. Hasilnya ….. 0,711111111111
Idrus : itu kan baru bilangan desimalnya .. kalo dalam skala 100 % ????
Pahlevi : yaaa… berarti jadi 71,111111 % ….
Idrus : gmana menurut Lu ?
Pahlevi : gimana apanya ?
Idrus : ya itu tuuu .. ituuuhhh, angka 71,11111 % .. kata Lu jumlah lautan kisarannya ada 71,1111 % dari luas permukaan bumi
Pahlevi : Iya Rus ye, sama banget sama perhitungan gw ini
Idrus : Itu baru satu contoh keajaiban Quran bro … masih banyak prediksi Quran yang di kemudian hari bener!!
Pahlevi : keren juga ya… btw, kok Lu bisa pinter Rus ? perasaan Lu dulu rada-rada bandel deh
Idrus : Ya itu karna gw sering ikut pengajian ko, makanya gw tau .. di samping ngaji gw juga baca-baca buku agama.. jadinya tau deh.. Nih ada pertanyaan lagi, Lu kan jago kimia dasar, pasti tau dunk.. nomor massa besi berapa ?
Pahlevi : ada yang 56, 57, ama 58 gr/mol …Cuma yang stabil ntu 57 gr/mol
Idrus : Coba Lu liat surat ke 57 di Quran digial Lu ntu. Itu surat apa ?
Pahlevi : Surat Al-Hadiid..
Idrus : Artinya ??
Pahlevi : artinya Besi …
Idrus : Tuh kan klop! 57 …. !! Gak mungkin ini suatu kebetulan, Penyusunan Al-Quran itu udah hampir 14 abad yang lalu.. Orang dulu mana tau nomor massa besi yang terstabil 57 gr/mol .. !! Ini emang udah Alloh rancang supaya kita bisa ngambil hikmah kalo Quran ini bener dari Alloh datangnya, luar biasa, supaya kita gak segan-segan untuk ngebacanya..
Pahlevi : Iya Rus, Quran keren yaa… Gw… gw baru tau … Parah banget gw kgak pernah baca kitab gw sendiri, padahal di dalemnya isinya luar biasa dahsyat … Gw ngerasa ilmu agama gw cetek banget …. Gw males banget Cuma baca Quran .. Gw … gw … (tertunduk lesu)
Idrus : Nih Vi, gue mau kasih tau ke Lu .. hidayah itu gak akan bisa dateng kalo kita Cuma nunggu sambil males-malesan.. sampe MATI juga bisa-bisa ntu hidayah untuk ngaji gak kan dateng… Lu tau Salman Al-Farishi kan?? Sahabat Nabi yang terkenal di perang Khandaq pas kaum muslimin udah dikepung di dalem kota.Tapi dia ngusulin bkin parit di sepanjang lingkar kota yang gak ketutupan bukit. Alhasil, kaum muslimin menang!!
Pahlevi : maksud Lu ?
Idrus : itu Cuma selingan.. balik lagi ke yang tadi .. hidayah itu bisa dateng kalo disertai usaha juga! Orang mau berhenti mabok, tapi kalo masih temenan ama yang mabok-mabok, masih ke diskotik, ya pasti ujung-ujungnya kena juga .. Sama aja kayak Salman ini.. dia ntu dulu lahir d tanah Persia, terlahir sebagai penyembah Api, agamanya Majusi.. Tapi, suatu ketika ia sadar cara beribadahnya salah.. Ia keluar dari agamanya, tapi yang ia dapet kakinya malah dirantai sama bokapnya …
Akhirnya ia ketemu sama pemuka agama yang lewat depan rumah. Atas ijin Alloh lepaslah tu rantai dan dia ikut belajar sama pemuka agama ntu. Sekian lama belajar, eh ntu guru udah tua dan gak bisa lagi ngajarin Salman. Akhirnya ia disuruh ke pemuka agama yang lain atas rekomendasi gurunya ntu. Akhirnya pindahlah ia ke daerah Mosui. Setelah beajar di sana, si guru yang baru juga udah tua, sakit-sakitan, dan nyuruh salman pergi ke guru yang lain di Amuria. Itu di daerah Romawi boy, Lu bayangin aja pindah sejauh itu… !
Akhirnya pindah lagi deh die. Sesampainya di sana, ketemulah ia sama ntu guru. Ia belajar sekian lama, sampai suatu waktu ntu guru juga udah gak sanggup dan minta Salman pergi.. Si Guru berpesan ke Salman kalo sekarang udah ada nabi terakhir yang turun, lokasinya di daerah yang ditumbuhi pohon kurma dan datarannya gersang berpasir. Ntu guru minta salman supaya nemui tuh orang, karna dia nabi terakhir dan ada cap kenabiannya.
Dengan berbagai upaya yang panjang, ia ketemu sama kafilah yang juga menuju ke tanah Arab, Salman ikut dan singkat cerita ia ketemu dengan Rasulullah Muhammad SAW trus menyatakan diri keislamannya!! Hmm, sebenernya ceritanya panjang banget boy, ini gue singkat-singkat aja .. kalo Lu baca shironya Salman yang mencari Tuhan, Gw yakin Lu nangis bacanya
Pahlevi : (menitikkan air mata)
Idrus : Ya udah Vi, ga pa pa … gw Cuma pengen sohib gue tau aja.. Kan kita wajib saling nasihat-menasihati dalam kebaikan bukan ??
Pahlevi : Rus, makasi ya, Lu emang sohib gue .. Gw nyesel banget gak pernah baca Quran .. Rus anterin gw ke toko buku ya sekarang
Idrus : mau ngapain ?
Pahlevi : Ya beli Quran lah Rus, Kan gw gak punya Quran …..
Idrus : pasti gw anterin … hayuu
===============================================================
setelah peristiwa itu, Pahlevi menjadi rajin mengaji. Setiap setelah maghrib dan shubuh, ia selalu menyempatkan membaca 2-5 lembar Al-Qur’an. Setiap bulan Ramadhan, ia punya target minimal sekali khatam. Subhanalloh. Kita pun bisa seperti Pahlevi, selama kita memiliki usaha untuk menjemput hidayah yang kita inginkan juga mempertahankan hidayah ini habis-habisan.
Wassalam
*dari note Hifdzi Ua,,dengan beberapa perubahan
Kita, Prasangka dan Mereka
Kita hidup di tengah-tengah khalayak yang selalu baik sangka…
alangkah berbahayanya terlalu percaya pada baik sangka mereka
membuat kita tak lagi jujur pada diriatau menginsyafi,
bahwa kita tak seindah prasangka itu
Tapi keinsayafan membuat kadang terfikir
bersediakah mereka tetap jadi saudara
saat tahu siapa kita sebenarnya
kadang terasa, bersediakah dia tetap menjadi sahabat
saat tau hati kita tak tulus, penuh noda dan karat
dan…
bersediakah dia tetap mendampingi kita dalam dekapan ukhuwah
ketika tahu bahwa iman kita berlubang-lubang
inilah bedanya kita dengan Sang Nabi
dia percaya, karena dia dikenal sebagai al-Amin, orang yang terpercaya
sementara kita dipercaya, justru karena mereka semua tidak mengenal kita
yang ada hanya baik sangka…
maka mari kita hargai dan jaga semua baik sangka itudengan berbuat sebaik-baiknyaatau sekurangnya dengan doa yang diajarkan Abu Bakarlelaki yang penuh baik sangka terhadap diri dan sesamanya
” Ya Allah, kadikan aku lebih baik daripada semua yang mereka sangkadan ampuni aku atas aib-aib yang tak mereka tahu…”
atau do’a seorang tabi’in yang mulia:”Ya Allah, jadikan aku dalam pandanganku sendiri sebagai seburuk-buruk makhluk dalam pandangan manusia sebagai yang tengah-tengahdan dalam pandanganMu sebagai yang paling mulia.”
Salim A Fillah
Hanung, Kau Keterlaluan: Pesantren dan Kiyai Begitu Kau Burukkan…….
Wawancara dengan tokoh sastrawan Taufik Ismail.
Tampaknya bangsa ini tidak kapok-kapok dengan sepak terjang kaum Komunis yang telah membunuh 100 juta manusia di 76 negara seluruh dunia selama 74 tahun kekuasaannya (1917-1991), atau 1,350 juta orang pertahun atau 3.702 orang perhari, sebagaimana disebutkan Taufiq Ismail dalam bukunya “Katastrofi Mendunia, Marxisma, Leninisma, Stalinisma, Maoisma dan Narkoba”.
Sementara di Indonesia kaum Komunis telah dua kali menggerakkan kudeta (1948 dan 1965) yang akhirnya gagal total.
Meski tindakannya selalu brutal dan menghalalkan segala cara, ternyata masih ada manusia Indonesia yang menjadi pengagum Komunisme bahkan berusaha memperjuangkannya melalui film-film yang selama ini dibuatnya, seperti yang dilakukan sutradara muda, Hanung Bramantyo, suami aktris Zaskia Adya Mecca, yang merupakan istri keduanya setelah ribut di Pengadilan Agama dengan istri pertama. Adapun film garapan Hanung yang sangat kental bau Komunisnya sekaligus Sepilis (Sekularis, Pluralis dan Liberalis) serta menghina Islam adalah Perempuan Berkalung Sorban (PBS). Saking kagumnya dengan Komunis, sampai-sampai ringtone hand phone Hanung bernada lagu khas Gerwani PKI, Genjer-Genjer. Hanung juga pernah membuat film yang sangat kental bau komunisnya, Lentera Merah, kalau diplesetkan menjadi Tentara Merah.
Film yang dibintangi aktris Revalina S Temat (Annisa) tersebut diambil dari Novel PBS karya Abidah El Khaleqy. Novel PBS sebelumnya mendapat penghargaan dari The Ford Foundation, sebuah NGO yang memperjuangkan faham Sepilis dan dikendalikan kaum Zionis Yahudi AS. Film tersebut mengisahkan kebobrokan pesantren dan kiyainya. Pesantren dan kiyainya dicitrakan kotor, sumber penyakit, sangat bengis, mudah main pukul, mengekang perempuan, mengekang hak berpendapat, menempatkan perempuan pada martabat yang rendah, suka main bakar buku-buku komunisme, suka main hukuman rajam secara serampangan dan sebagainya.
Dikisahkan, seorang santriwati yang juga putri kiyai pesantren, Annisa, dan tinggal di kompleks pesantren, frustasi karena ulah suaminya yang juga anak seorang kiyai yang sering melakukan kekerasan, akhirnya memutuskan untuk kembali dalam pelukan mantan pacarnya, Khudori, seorang alumnus sebuah perguruan tinggi di Kairo, Mesir. Bahkan Annisa yang sudah kebelet, mengajak Khudori untuk melakukan adegan ranjang di sebuah kandang kuda di pesantren tersebut, padahal kandang itu penuh dengan kotoran kuda. “Zinahi aku…Zinahi aku…!”, desak Annisa kepada Khudori sambil melepaskan jilbab dan pakaiannya satu persatu.
Ketika kedua insan lain jenis dan bukan suami istri tersebut sedang melakukan perzinahan, akhirnya datang rombongan santri dan suami Annisa mengerebeknya. Lalu keduanya mendapat hukuman rajam dengan dilempari batu oleh para santri. Lemparan batu baru berhenti setelah ibu Annisa berteriak sambil mengatakan, “ yang boleh melempar batu hanya orang yang tidak pernah melakukan dosa!”, padahal tidak ada orang yang tidak pernah melakukan dosa. Kata-kata dari ibu Annisa ini jelas mengutip dari cerita Kristen dari Kitab Injil, dimana dikisahkan seorang pelacur, Magdalena, dihukum rajam dengan dilempari batu. Kemudian datang Nabi Isa (Yesus) untuk menyelamatkannya dengan mengatakan, “yang boleh merajam hanya yang tidak punya dosa”. Jadi selain berbau Sepilis dan Komunis, film PBS juga beraroma Kristiani dan berusaha menghancurkan Islam lewat pintu budaya melalui film.
Jelas dengan menampilkan hukuman rajam yang sebenarnya tidak ada dalam novel aslinya, Karl “Hanung” Mark ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk membenci syariat Islam dan pesantren, sebab sejak dulu pesantren merupakan basis terkemuka dalam melawan gerakan PKI di Indonesia. Padahal itu hanya utopia dirinya sendiri, sebab selama ini belum pernah ada satupun pesantren di Indonesia yang melakukan hukuman rajam kepada santrinya yang melakukan perzinahan. Seolah-olah pesantren merupakan negara dalam negara dengan menegakkan hukumnya sendiri. Jelas ini merupakan distorsi terhadap hukum Islam dan upaya mengadu domba umat Islam dengan pemerintah. Dengan membuat film PBS, sesungguhnya Karl “Hanung” Mark telah melakukan anarkhisme psikis, yakni melakukan penyerangan secara psikis terhadap umat Islam dan pesantren sebagai salah satu simbol Islam di Indonesia. Karena dendam terhadap pesantren yang telah berjasa menghancurkan PKI, maka Hanung menyalurkan perlawanannya lewat film PBS. Hanung dengan sengaja telah menebar virus ganas Sepilis dalam film, tujuannya untuk menimbulkan citra buruk terhadap Islam dan umatnya sambil menebalkan kantong koceknya.
Sebagaimana dalam film Lentera Merah, dalam film PBS Karl “Hanung” Mark all-out mendukung Komunisme alias PKI isme. Terbukti dalam film PBS ada adegan pembakaran buku-buku karya Karl Mark dan sastrawan kiri Pramoedya Ananta Toer seperti Bumi Manusia, oleh para santri di lingkungan pesantren. Padahal dalam novel aslinya, jalan cerita tersebut tidak ada sama sekali. Bahkan buku-buku karangan Pramoedya seperti Bumi Manusia dan Anak Segala Bangsa sepertinya dijadikan bacaan wajib bagi Annisa dan para santri lainnya. Hal ini menunjukkan Hanung selain pengagum Karl Mark juga pengagum Pramoedya. Padahal banyak sastrawan sekaliber Pramoedya dan karya-karyanya malah lebih bermutu seperti Buya Hamka. Mengapa Hanung tidak menjadikan buku-buku Buya Hamba sebagai bacaan wajib bagi Annisa dan para santri lainnya, justru buku sastrawan yang pernah menghuni penjara di Pulau Buru itu dijadikan bacaan wajib.
Dengan demikian, sudah sangat jelas dalam film PBS terdapat motif ideologi Komunis yang dimaksudkan untuk memperjuangkan kembali tegaknya Komunisme di Indonesia meski dalam bentuk lain. Hanung mafhum betul bahwa satu-satunya jalan untuk mengembalikan ajaran Komunisme di Indonesia adalah mendiskreditkan ajaran Islam dan umatnya, dimana sasaran pertamanya adalah pondok pesantren yang selama ini menjadi basis kaum Nahdhiyyin dengan memojokkan para kiyai NU.
Adapun sasaran berikutnya adalah mendiskreditkan para pemimpin Islam di Muhammadiyah. Sebab kedua Ormas Islam ini mempunyai pengikut terbesar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika Hanung akan meluncurkan film KH Ahmad Dahlan “Sang Pencerah” tepat pada pelaksaan Muktamar Muhammadiyah ke 46 di Jogjakarta 2-8 Juli ini. Namun anehnya justru para pemimpin Muhammadiyah tidak curiga sama sekali akan sepak terjang Hanung selama ini yang selalu mendiskreditkan Islam dan para pemimpin Islam seperti dalam film PBS. Sekarang sudah terbukti, pemeran utama sebagai KH Ahmad Dahlan dalam film “Sang Pencerah” adalah Lukman Sardi, putra seorang komponis muslim dan pemain biola kawakan Idris Sardi namun sekarang telah murtad dari Islam dan menjadi Kristen. Bayangkan, seorang ulama besar pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan kok diperankan oleh seorang murtad, jelas ini suatu penghinaan terang-terangan terhadap Islam dan Muhammadiyah itu sendiri. Apa Ketua Umum dan 12 Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang terpilih dalam Muktamar nanti tidak malu ketika melihat pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dilecehkan dan direndahkan pribadi dan martabatnya oleh Karl “Hanung” Mark ?
Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan sastrawan, budayawan dan penyair kawakan yang telah melahirkan banyak karya lagu Islami dari Bimbo serta putra seorang ulama besar dari Pekalongan KH Ghofar Ismail, Taufiq Ismail, seputar film Perempuan Berkalung Sorban (PBS).
Pak Taufiq, anda sudah menonton film Perempuan Berkalung Sorban ?
Saya sudah nonton PBS.
Bagaimana kesan Pak Taufiq ?
Belum pernah selama saya ini menonton film, berapa puluh tahun lamanya, berapa ratus judul banyaknya, kalau dihitung-hitung sejak masa kanak-kanak dulu, berapa ya, sejak 63, 64 tahun lebih yang silam, belum pernah saya merasa dihina dan dilecehkan seperti sesudah menonton film Hanung ini.
Lho, kok sampai begitu, ya Pak ? Dihina ?
Ya ! Di dalam film itu, semua pesantren dan semua Kiyai jelek. Situasi pesantren kumuh, Kiyai-kiyai dengan keluarga digambarkan buruk. Kelakuan tak terpuji. Terasa fikiran utama yang mendasari pembuat film ini adalah spirit mencari cacat, membuka noda, memberi tahu penonton, ini lho yang reyot-reyot, yang sakit-sakit, yang pincang-pincang dari ummat Islam, tontonlah. Begitu.
Apakah ini film pertama yang Pak Taufiq tonton, yang terkesan menghina Islam ?
Tentu saja bukan yang pertama. Banyak film yang melecehkan ummat Islam, langsung tidak langsung, kentara dan tidak kentara. Tapi film-film itu dibuat di negeri lain, oleh orang-orang bukan Islam, dan memang dengan niat culas. Nah, PBS ini dibuat di dalam negeri, oleh sutradara bangsa sendiri. Ternyata niatnya sama juga. Culas.
Bagaimana kita bisa tahu bahwa niatnya culas ?
Kalau niat Hanung baik, misalkan terhadap yang buruk-buruk itu dia mau mengeritik secara konstruktif, maka dia akan berikan perbandingan pesantren yang rapi indah, tidak kumuh dan dia tonjolkan tokoh Kiyai yang berwibawa, yang memancarkan sinar seperti lambang Muhammadiyah. Itu tak dilakukannya.
Pak Taufiq, bagaimana jalan cerita film Perempuan Berkalung Sorban itu, yang novel aslinya ditulis Abidah El Khaliqy ?
Wah, saya tidak mau jadi petugas humas Hanung itu, menjelas-jelaskan jalan cerita filmnya untuk pembaca. Buat apa? Itu bukan kerja saya. Anda sebagai wartawan, tuliskan sendiri ringkasan ceritanya. Itu tugas anda. Mengingatnya saja sudah muak saya.
Sudah sedemikian tidak nyamannya perasaan Pak Taufiq ?
Bukan saja tak nyaman. Muak. Mual. Anak muda ini mau menunjukkan dirinya kreatif, super-liberal, berfikiran luas, tapi dengan mendedahkan kekurangan-kekurangan dan cacat-cela ummat, yang dilakukannya dengan senang hati. Bahkan mengarang-ngarang hal yang tidak ada.
Misalnya bagaimana ?
Misalnya diada-adakannya adegan rajam. Di pesantren tidak ada hukuman rajam terhadap pelaku zina seperti fantasi dalam kepala Hanung itu. Kemudian tokoh Nyai, isteri Kiyai lewat dialog memberi komentar tentang hal itu dengan mengutip Injil tentang Maria Magdalena. Apa hubungannya itu? Kenapa harus diambil dari khazanah Kristen? Pengambilan khazanah Kristen bisa saja, tapi baru masuk akal kalau sebelumnya ada pendahuluan reasoning, ada pemaparan logikanya. Ini tidak ada. Mendadak saja, ujug-ujug, kata orang Pekalongan. Kentara betul Hanung mau tampak hebat, memperagakan luas horison pandangannya. Sok betul. Sombong.
Apakah di novel aslinya ada adegan rajam itu ?
Mboten wonten, Mas. Tidak ada. Di sini terjadi improvisasi sutradara. Dan ini improvisasi yang kurang ajar. Maaf keras betul kalimat saya. Maaf. Di bagian ini Hanung tidak minta permisi pada novelis Abidah El Khaliqy, tidak amit-amit. Dia main terjang saja. Dia tidak kenal etik.
Apakah penambahan jalan cerita atau improvisasi harus izin novelisnya ?
Tidak harus begitu. Tergantung bentuk kontrak juga. Tapi sebagai sesama seniman dalam kreasi karya bersama begini, paling tidak harus ada diskusi. Diskusi tersebut dalam hal ini tidak ada.
Tidak ada ? Bagaimana Pak Taufiq tahu ?
Saya pernah tanya Abidah. Mereka pernah ada diskusi tentang esensi cerita, mengenai feminisme, tentang kehidupan pesantren, tetapi mengenai rajam tidak ada. Lalu…
Lalu bagaimana, Pak Taufiq ?
Lalu dia tabrak saja, jebret, bikin adegan rajam. Lantas fantasi dusta berikutnya yang menyolok adalah adegan pembakaran buku di pesantren itu. Di novel Abidah tak ada adegan pembakaran buku. Abidah lebih logis dan tidak sok seperti Hanung.
Seingat saya pembakaran buku pengarang-pengarang anti komunis dilakukan PKI dan ormas-ormasnya di tahun 1964 atau 1965, betul Pak ?
Betul sekali. Nah, di pesantren itu, di kelompok santri, ada diskusi buku. Dibicarakan tentang pengarang yang tertindas, ditahan tanpa diadili, tapi tetap kreatif, tetap menulis buku. Yang dimaksud adalah Pramudya Ananta Tur. Diperlihatkan kulit buku novel Bumi Manusia, yang dilemparkan ke dalam unggun. Adegan ini dibikin-bikin, dan bodoh betul.
Maksudnya ?
Pertama, adegan ini dalam novel tak ada. Jadi ini keluar dari otak Hanung sendiri, tanpa permisi novelisnya. Kedua, kalau dia betul-betul anak Muhammadiyah, maka pengarang yang tertindas, ditahan tanpa diadili 2,5 tahun, tapi tetap kreatif, menulis buku, maka pengarang itu adalah Buya Hamka. Bukan Pramudya. Yang wajib disebut adalah Buya Hamka. Hanung ini, yang mengaku-ngaku anak Muhammadiyah, ternyata buta sejarah perjuangan tokoh besar Muhammadiyah ini. Karya luar biasa Buya Hamka tersebut adalah Tafsir Al Qur’an Al-Azhar, yang dirampungkannya dalam tahanan, selesai 30 juz, dikagumi seluruh dunia Islam.
Kalau begitu Hanung keliru besar, menokohkan Pram dalam hal ini ?
Sangat keliru ! Tapi memang pada dasarnya dia kekiri-kirian, mode anak muda zaman kini, tidak sadar mengangkat diri sendiri jadi agen muda Palu Arit. Lagi-lagi Hanung rabun sastra: Pramudya tahun 50-an 60-an dalam karya-karyanya sinis terhadap orang sholat, benci kepada haji. Tokoh-tokoh haji dalam novel-novelnya buruk semua: mindring, kaya, bakhil, membungakan uang. Tapi di luar ini semua, menjelang meninggalnya, tanda-tanda menunjukkan Pramudya khusnul khatimah. Alhamdulillah. Mudah-mudahanlah Pram beroleh hidayah. Allah berbuat sekehendak-Nya.
Kembali kepada rasa tidak nyaman Pak Taufiq tadi…
Lebih dari tidak nyaman. Muak. Mual.
Silakan kalimat penutup, Pak.
Saya merasa dihina dan dilecehkan oleh film Perempuan Berkalung Sorban, disutradarai Hanung Bramantyo, yang menistakan lembaga pesantren dan tokoh Kyai, waratsatul anbiya, berlindung di balik topeng kebebasan kreasi dengan sejumlah improvisasi yang bodoh dalam semangat super-liberal. Para aktivis seni Marxis-Leninis-Stalinis-Maois saja di tahun 50-an 60-an tidak ada yang bisa membuat film pelecehan pesantren dan Kiyai seperti yang dilakukan Hanung di abad 21 ini. Kalau dia sudah beredar lima dasawarsa yang lalu, maka Hanung Bramantyo bagus diusulkan mendapat Bintang Joseph Stalin atau Anugerah Dipa Nusantara Aidit.
[Suara-Islam.Com]
Komentar Terbaru