Archive | November 2010

Gejolak


Ah siapa bilang saya tidak boleh marah, tidak boleh kecewa, tidak boleh menggerutu. Saya hanya manusia biasa, suatu saat punya kecenderungan pula untuk berlaku seperti itu. Orang-orang itu terkadang lupa dengan label yang disematkan kepada kawan terdekatnya, bahwa ketika mereka ‘mengharamkan’ orang lain untuk kecewa atas segala keputusan yang mereka keluarkan, maka saat itu pula mereka telah memasung kunci-kunci ukhuwah. Membelenggu setiap sendi-sendi ketsiqohan yang disuarakannya sendiri.
Ada saat sebenarnya kita harus belajar untuk memahami orang lain. Melihat bagaimana hak-hak orang lain yang diabaikan, padahal disatu sisi ia hanya menuntut kewajiban-kewajiban orang lain yang seharusnya dilakukan.

Dakwah (kampus), yang katanya untuk menyeru manusia, tidak lebih dari sekedar strategi-strategi yang menumpuuk dalam rutinitas syuro. Berharap ideal dalam setiap pengejawantahannya, namun melupakan sisi-sisi humanisme dimana para pelakunya adalah manusia juga, bukan robot yang mudah dikendalikan oleh pemegang remotenya. Sebenarnya ini juga salah, karena dakwah itu hakikatnya mengajak manusia ke jalan Allah dan dilandasi dengan niat untuk mencari ridho Allah serta dengan metode-metode yang sudah menjadi ajaranNya dimuka bumi ini.
Ketika dakwah hanya berorientasi kepada kepentingan kelompok, atau kelompok dalam kelompok, atau lebih parah lagi hanya untuk kepentingan individu, lalu apalagi nilai-niai mulia yang seharusnya ada dalam dakwah itu sendiri.

Adakalanya ketimpangan para aktifis terjadi ketika aktivitas yang dilakukannya hanya berkutat pada opersional keteknisan yang tidak diimbangi dengan pemahaman landasan gerak dan peningkatan muatan ruhiyah yang seharusnya menjadi bahan bakar utama dalam bergerak di dalam medan dakwah ini.

Mereka yang sudah mengabaikan substansi dakwah dan hanya mementingkan sarana-sarana dakwah, kemungkinan memiliki masalah dalam kondisi ruhiyahnya, hatinya kering dari basuhan embun-embun keimanan dan sejuknya keimanan yang menghembus dalam dan merasuk ke dalam setiap sendi-sendi raganya.
Lagi-lagi, jangan sampai terjebak dalam rutinitas yang tidak terupgrade, apalagi hanya mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu yang tanpa sadar dari tahun ke tahun kesalahan tersebut selalu berulang. Ingatlah bahwa dakwah itu bukan hanya masalah akal, tapi juga masalah hati. Bahkan hati itulah yang terpenting. Bagaimana mungkin hati kita dapat berbicara dengan objek dakwah yang lain bila karat-karat keangkuhan selalu menutupi sentuhan langsung keindahan Islam.

Seseorang yang memupuk kesombongan dan ketidakpekaan terhadap sudaranya cenderung akan lebih mudah merendahkan orang lain dan menganggapnya tak memiliki arti apa-apa dibandingkan dengan dirinya sendiri.

Ya,, adakalanya saya boleh marah, boleh kecewa dan boleh menggerutu. Tentang ketimpangan ini. Tentang kekeringan ini. Tentang segala aktifitas yang tak melihat bagaimana perasaan manusia juga perlu diperhatikan. Saya juga punya perasaan yang bila pada kondisi tertentu tersentuh dengan begitu kasarnya, maka ia akan bergejolak memunculkan apa yang disebut dengan kekecewaan.

Menginterpolasi hari


Satu hal yang membuat saya sempat bingung hari ini adalah ketika harus menentukan mana diantara proyeksi masa depan yang harus saya ambil. Ketika ladang-ladang yang ingin saya tanami benih-benih kebaikan sangat banyak sekali, namun di satu sisi saya belum mampu untuk bisa menjaga ladang-ladang yang sudah tertanam benih itu untuk bisa menyemaikan hasilnya suatu saat nanti. Iya memang, manusia berhak untuk memutuskan jalan mana yang akan ia ambil. Karena konsekuensinya akan dirasakan dari setiap keputusan yang diambilnya.
Suatu saat, dosen saya pernah bercerita untuk memotivasi mahasiswa baru, bahwa belajar di jurusan teknik fisika itu bisa dianalogikan dengan usaha seorang penggali sumur. Ketika berada di jurusan ini, maka ia seperti penggali sumur yang mampu menggali sumur dalam jumah yang lebih banyak dibandingkan dengan penggali sumur dari jurusan lain. Akan tetapi, lanjut dosen saya itu menjelaskan, penggali sumur teknik fisika itu hanya menggali sampai kedalaman yang tidak terlalu dalam. Artinya, mereka memang mampu mempelajari berbagai konsep pelajaran yang dipelajari di semua jurusan, akan tetapi tidak sedalam apa yang dipelajari bila berada dalam jurusan aslinya. Berbeda dengan jurusan lain yang ilmunya sangat spesifik, namun bila dikaitkan dengan disiplin ilmu lain, maka mereka akan kesulitan menghubungkannya.

Manusia kadang diberikan begitu banyak pilihan-pilihan. Agar mereka bisa memanfaatkan daya nalar logika yang sudah Allah berikan, agar setiap pilihan yang mereka pilih setidaknya sudah mengalami proses seleksi kecenderungan hati.

Dalam setiap takdirnya, Allah pasti akan memberikan yang terbaik kepada hamba-hambaNya. Meski, seringkali Ia dilupakan dan diacuhkan, namun Rahmannya menyelimuti seluruh jiwa-jiwa yang ada di alam semesta ini.
Perkara hasilnya itu sesuai dengan keinginan kita atau tidak, maka itu diluar nalar manusia. Bahwa ada kehendak lain yang meminanya untuk menjalani takdir yang mungkin justru akan berbanding tebalik dengan yang diinginkannya.

Dalam surat al-baqarah: 216 Allah SWT berfirman;
“”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.””

Oleh karena itu perbuatlah sebaik-baiknya agar kita bisa menjemput takdir baik itu. Berbuatlah yang terbak pada hari ini, karena itu bisa jadi akan berdampak pada hari-hari kita selanjutnya.

Kita bisa melihat masa depan melalui hari ini, seberapa besarkan perjuangan kita hari ini, maka sebesar itu pula kesuksesan yang akan kita peroleh. Kaena akan ada interpolasi hari yang akan kita temukan dalam setiap takdir kahidupan dariNya.

Kerendahan Hati (Taufik Ismail)


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar,

tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput,

tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi jalan setapak yang Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten

tentu harus ada awak kapalnya….

Bukan besar kecilnya tugas

yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu…. Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Download Rekaman Serial Cinta by Anis Matta


Serial Cinta Anis Matta

1. Cinta Tanpa Definisi Download

2. Cermin Kebenaran Download

3. Puncak Iman Download

4. Mata Air Keluhuran Download

5. Rahasia Keajaiban Download

6. Kekuatan Perubahan Download

7. Perang dan Cinta Download

8. Sepenggal Firdaus Download

9. Negeri Cinta Download

10. Do’a Cinta Sang Imam Download

11. Di Rumahku Ada Cinta Download

12. Panggilan Belahan Jiwa Download

manhaj haraki-karakteristik periode pertama


KARAKTERISTIK PERIODE PERTAMA

(BERDAKWAH SECARA SEJMBUNGI-SEMBUNYI DAN MERAHASIAKAN STRUKTUR ORGANISASI) (Disarikan dari buku “Manhaj Haraki” karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yusuf [12]:111)

 

Periode ini dimulai dari Gua Hira (kenabian) dan berakhir tiga tahun setelah kenabian, ketika turun firman Allah, “wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiin” (asy-Syu’ara’ [26]: 214) dan firman Allah, “Fashda’ bimaa tu’maru wa a’ridh ‘anil musyrikiin” (al-Hijr [15]:94).

 

1. Dakwah Secara Rahasia

Rentang waktu periode ini selama tiga tahun, kendatipun demikian penulis tidak menjadikan rentang waktu ini sebagai patokan. Penulis juga tidak berpendapat bahwa gerakan Islam sekarang harus menempuh tahapan sirriyah selama tiga tahu. Menyangkut masalah ini, tidak ada nash yang memerintahkan agar kira mengikuti secara demikian. Tetapi, penulis memahami bahwa berakhirnya tahapan ini (sirriyah) telah terwujudkan, sebab kaum muslimin telah memiiki basis kuat yang dapat melindungi mereka dari pemusnahan. Ini bila dinilai dari sisi ualitasnya dan kaitannya dengan masyarakat Mekkah pada waktu itu. Dari aspek inilah kita harus meneladani. Rentang waktu bukan sesuatu yang penting. Tetapi, yang penting adalah hasil operasional da’wah dan kemampuannya untuk menghadapi masyarakat yang ada melalui para pendukung, tokoh-tokoh, dan lembaga-lembaganya.

2. Pelaksanaan Da’wah atas Dasar Pilihan

Pada periode ini, da’wah tidak dilakukan secara terbuka di pertemuan-pertemuan dan majelis-majelis umu. Tetapi dilakukan berdasarkan pilihan pribadi-pribadi da’i tentang karakterristik mad’u (orang yang didakwahi)

3. Berda’wah Melalui Intelektualitas Da’i dan Status Sosialnya

Akhlak yang baik dan dicinttai masyarakat merupakan “senjata ampuh” untuk menarik orang lain. Akhlak adalah kunci pembuka katup hati, betapapun kerasnya. Akhlak jualah yang akan menjauhkan seorang da’i dari reaksi pada saat timbul sifat negatif terhadap da’wah.

Pengetahuan juga tidak kalah penting dari akhlak. Yang dituntut dalam masalah ini bukan segala macam pengetahuan. Tetapi pengetahuan mengenai masyarakat dan kecenderungan-kecenderungannya. Pengetahuan yang menjeaskan tentang karakteristik jiwa manusia. Penggetahuan inilah yang akan memberikan daya gerak kepada da’i. Juga merupakan pintu masuk ke dalam hati mad’u. Setiap hati memiliki “gembok” tersendiri. Tugas seorang da’i iaah berusaha memelii kunci dari gembok-gembok tersebut dan mengetahui dari mana ia harus memasukinya, sampai hati tersebut menyambutnya.

Status sosial seorang da’i menjadikan dia “didengar” di tegah masyaraktnya sehingga akan meninggikan derajatnya. Status ini akan membebaskannya dari “meminta-minta” dan menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Ia juga akan memberikan prestise ditengah masyarakat yang nilai tertingginya adalah harta dan popularitas. Status sosial secara alami memiliki hubungan yang erat dengan manusia yang menyebabkannya lebih berpengaruh terhadap mereka. Sebab, hubungan tersebut tampak lebih wwjar dan tidak dipaksakan, sehingga seorang da’i tidak perlu mencari faktor lain untuk berhubungan dengan mereka. Seorang guru atau pedagang misalnya, lebih mampu untuk bergerak daripada seorang pegawai yang terkungkung di dalam suatu struktur tertentu. (bersambung)

membohongi hati


Hati memang takkan pernah bisa dibohongi.

Biarpun beragam indera telah dipaksa untuk membohoginya, namun apa daya.
Biarpun berjuta alasan telah kucari pembenarannya. Ternyata hati berkata lain.

Sekarang, biarlah hati itu yang bicara. Bukan tangan, bukan lisan apalagi pikiran.

Bersihkan hati, sucikan ia……
Agar ia selalu bisa menangkap makna lain ketika banyak indera yang membohonginya.

Pelihara ia, dan simpanlah dengan rapi……
Agar tak ada debu-debu kealpaan yang menodai.

Sleman::18-11-10::8.17 a.m

seuntai hikmah manhaj haraki (bag-1)


KARAKTERISTIK PERIODE KEEMPAT
(NEGARA DAN PENGUATAN PILAR-PILARNYA)

(Disarikan dari buku “Manhaj Haraki” karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yusuf [12]:111)

Periode Madinah terbagi menjadi dua tahapan besar yang berbeda:
Tahap pertama: Tahap Mendiriikan Negara dan Berakhir dengan Perang Khandaq
Tahap Kedua: Tahap Pertolongan Allah dan Kemenangan. Bermula dari perjanjuan damai Hudaibiyah hingga wafat Nabi SAW.

1. Gencatan Senjata Bersama Musuh-Musuh selain Kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya
a. Piagam Madinah dan Genvatan Senjata bersama Yahudi
b. Hubungan dengan orang-orang Musyrik
c. Perjanjian damai dengan Bani Dhamrah
d. Perjanjian Menghentikan Agresi dengan Bani Mudlij
e. Berdamai ddengan Penduduk Daumatul Jandal

2. Membangun Basis yang Kokoh
Tahap Pertama: Perjanjian antara masyarakat Muhajirin dan Anshar
Tahap kedua: Mempersaudarakan antarpribadi dari kalangan Muhajirin dan Anshar
Tahap ketiga: Mempersaudarakan antarsesama kaum Muhajirin

3. Deklarasi Negara Islam
a. Pembangunan Masjid
Masjid sebagai basis operasional segala urusan dan tempat memulainya pergerakan.
b. Pengumandangan Adzan
c. Pemerintahan

4. Opsi Perang

Saat kekuatan thagut di beberapa negeri memaksa agar sebagian tokoh pergerakan Islam deiserahkan kepada mereka, dengan kompensasi kesertaan negeri itu dalam sebuha pergaulan atau perkumpulan antarnegara, kita tidak punya pilihan lain selain perang melawan jahiliyah.

5. Komunitas Kaum Paganis di Madinah

Disaat para pemimpin negara Thagut mengancam akan membantai penduduk yang selama ini aman dan damai jika mereka berani melindungi Mujahidi, mereka juga sangat antusias untuk mengirim antek-anteknya guna menegaskan bahwa perang, peenumpahan darah, dan rasa takut itu muncul karena keberadaan para Mujahidin itu serta semua sepak terjang mereka melawan kekuasaan yang semena-mena. Orang-orang umum biasanya sangat mementingkan kepentingan jangka pendek mereka dan ini membuat mereka serta merta menyambut propaganda semacam ini. Mereka lalu memihak kepada kekuasaan yang semena-mena untuk melawan saudara-saudara mereka, yaitu para Mujahidin.

6. Menceraiberaikan Komplotan itu dengan sentimen Nasionalisme dan kekeluargaan

Pemuda daakwah harus belajar pada sikap nabi dalam karakteristik ini, saat mereka melihat para qiyadah (pimpinan) dakwah dalam salah satu periodenya sedang mencari kepentingan bersama dengan musuh-musuhnya agar mereka berada dalam satu barisan dalam menghadapi musuh yang lebih berbahaya dan lebih besar. Saat mereka melihat para qiyadah dakwah menerima dialog dengan sentimen nasionalisme dan kebangsaan, atau ketika mereka sedang berbicara tentang kaum dhu’afa dalam salah satu strata masyarakat yang terzhalimi, diman akepentingan bersama itu dibicarakan dalam pertemuan berkala dengan satu musuh untuk melawan musuh lainnya.

7. Upaya pemecahbelahan Barisan Islam

Kita akan terjerembab ke dalam penghianatan jika membenarkan apa yang disebarkan oleh musuh-musuh tentang kita, baik itu merupakan kebenaran atau kebatilan, lalu dengan itu kita putuskan duduk perkaranya.
Penanganan terhadap kelompok-kelompok yang sedang diadu domba haruslah sesuai dengan tingkat pemahaman mereka dan rasa kepemilikan mereka terhadap barisan Islam.

8. Musuh Melecehkan Norma-Norma dan Kepentingan Sendiri

Perilaku musuh-musuh Allah dalam peperangan mereka melawan Islam dan kaum Muslimin, membuat mereka mulai berseberangan dengan nilai-nilai paling sederhana dan kebiasaan baik yang selama ini mereka jaga.
Para pemuda Islam harus tetap menyampaikan kalimat kebenaran dengan penuh kekuatan, disaat mereka tidak menemukan alternatif lain di hadapan mereka kecuali harus mengatakan keberadaan itu, sedangkan penyebutan kebenaran itu akan menjadi perang psikologis yang dapat menciutkan nyali musuh.

9. Bahaya Mengancam Qiyadah

Semua pemuda Islam harus selalu siaga untuk menghadapi serangan mendadak walaupun mereka sekelas qiyadah, khususnya ketika musuh kemungkinan berada diantara barisan prajuritnya.
Gerakan islam yang telah banyak kehilangan qiyadah dan para pemimpinnya karena pembunuhan, harus memahami permasalahan ini, sebagai bentuk pengamalan terhadap Sunnah Rasulullah SAW. Harus ada yang menjaga qiyadah-nya untuk menyelamatkan mereka dari serangan musuh karena penjagaan Allah hanya diberikan kepada Rasulullah SAW.
Jika para pimpinan dalam gerakan Islam mengandalkan keadilan, kesalehan dan ketaqwaan, maka mereka lebih memerlukan penjagaan, sebab musuh tidak tahan terhadap keberadaan mereka. Akan tetapi, mungkin diantara barisan kaum muslimin sendiri ada yang menentangnya, lalu mereka terbunuh di tangan anggota barisan kaum muslimin sendiri.

10. Kondisi Perang dan Bersatunya semua kekuatan

Tidak berarti bahwa ketika negara Islam sudah berdiri, maka urusan dengan musuh Islam selesai. Sesungguhnya pertempuran melawan musuh untuk mendirikan negara Islam baru merupakan tahapan awa di jalan ini. Ia hanyalah pertempuran pembukaan dalam sejarah peperangan dan merupakan titik tolak. Semua peperanga, pertempuran dan operasi militer terjadi setelah berdirinya negara Islam. Jika gerakan Islam perlu mengerahkan sebagian kekuatannya sebelum berdirinya negar Islam, ia lebih perlu mengarahkan kekuatannya untuk menjaga kaumMuslimin dari dunia Timur dan Barat untuk menjaga negar Islam.
Qiyadah Islam harus mempersiapkan segala kemungkinan, tidak boleh ada asumsi di kalangan ppemuda bahwa keberhasilan dalam pertempuran pertama adalah dengan selesainya persoalan dengan musuh. Akan tetapi, keberhasilan perang adalah dengan selsesainya satu babak lalu dilanjutkan dengan semangat tinggi kepada babak kedua. Jihad akan terus berlangsung hingga hari kiamat daan pada rambut kepala kuda terdapat ikatan kebaikan hingga hari kiamat. Karenanya, qiyadah Islam harus mempersiapkan kekuatannya untuk menghadapi musuh secara kontinu dengan semua yang dibutuhkan dalam sebuah konfrontasi: senjata, prajurit, harta benda dan amunisi.

 

untuk membaca Karakteristik Periode Ke Tiga silahkan klik https://salamic.wordpress.com/2010/11/15/sekarat-hikmah-manhaj-haraki-bersambung/

sleman::17-11-10::12.35

Se-pa-si


Foto Gayus, Foto Mirip Gayus, Foto Mirip Gayus yang sedang menonton Pertandingan Tenis, Foto yang diduga mirip gayus…….

Ahhh… terlalu panjang membeberkan sebaris kata. Karena berbagai aturan tak boleh men-judge secara langsung sebelum  hukum berkata “YA”. Tidak bolehkah kalau hanya menuliskan FotoGayus? Tanpa spasi. Toh itu sudah cukup untuuk membedakan dengan Foto Gayus. Tak ada pelanggaran kode etik di situ. Cukup dengan menghilangkan spasinya saja, ia sudah terbentuk menjadi kata baru, yang secara gramatikal mungkin tak pernah ada dalam kamus manapun.

Karena Spasi… terbentang jarak antara 2 buah kata yang membuatnya menjadi bermakna. Bila spasinya dihilangkan, maka makna barupun akan tercipta.

Pun, begitu juga antara dua insan. Ketika dalam keadaaan berjarak saja sudah bermakna. Apalagi bila sudah tak ada jarak lagi yang memisahkannya.

Sleman::16-11-10::11.17

Khutbah Idul Adha 1431 H oleh: Muhammad Anis Matta, Lc.


ALLAHU AKBAR 3X
Pagi ini memori sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw.

Bayangkanlah bahwa lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu – Ibrahim, Hajar dan Ismail – berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km – atau sejauh Makassar Jakarta – dari negeri Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun –.

Bayangkanlah bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.

Bayangkanlah bagaimana Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ ..

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat Ibrahim: 37).

Bayangkanlah bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ

“Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)

Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al Baqarah 129)

Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 milyar manusia.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Surat Al Baqarah: 132).

ALLAHU AKBAR 3X

Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga, bahwa;

Pertama, pertumbuhan adalah ciri agama.

Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia. Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus bertumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan – sezalim dan setiran apapun ia – yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus bertumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan. Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an:

فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ

“Adapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”.(Surat Ar Ra’du: 17)

Kedua, agama adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia.

Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain – hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawah oleh agama.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ..

“Allah adalah cahaya langit dan bumi…”(An Nuur: 35 )

Ketiga, Islam adalah agama masa depan manusia.

Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad saw. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim untuk setiap 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.

Semua perang yang ditujukan untuk merusak citra agama ini – seperti label fundamentalisme dan terorisme – demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika.

Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar.

ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل و النهار ..

“Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi)”.

Keempat, bekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan.

Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas.

Makna hidup kita – baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa – terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam – di masa lalu – bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah swt:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kalian, nanti Allah yang akan menyaksikan amal kalian, beserta RasulNya dan orang-orang yang beriman”. (Surat At Taubah:105)

ALLAHU AKBAR 3X

Hari ini – sebagaimana kita mengenang manusia-manusia agung itu; Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw – kita juga mendengar rintihan hati umat manusia dari berbagai pelosok dunia. Di belahan dunia Islam ada rintihan anak-anak Palestina, Irak, Afganistan, Sudan, dan Khashmir yang membutuhkan solidaritas dan bantuan kita untuk membebaskan mereka dari kezaliman dan penjajahan. Bahkan bumi pertiwi sedang berduka. Hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.

Sementara di belahan dunia lainnya, ada milyaran jiwa manusia yang hidup dalam kehampaan dan juga menanti para pembawa cahaya kebenaran untuk menyelematkan dan mengeluarkan mereka dari himpitan hidup yang pengap kedalam rengkuhan cahaya Islam yang penuh rahmat. Tangis hati para korban kezaliman di Dunia Islam dan rintihan jiwa para pencari kebenaran di Dunia Barat sama-sama menantikan kehadiran kepemimpinan baru yang datang membawa cahaya kebenaran, cinta bagi kemanusiaan, tekad untuk bekerja keras serta kemurahan hati untuk terus berkorban.

Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan semangat kerja keras dan pengorbanan tanpa henti, melupakan masalah-masalah kecil dan memikirkan serta merebut peluang-peluang besar bagi kejayaan umat dan bangsa kita. Marilah kita bangkit dengan kepercayaan penuh bahwa Islam adalah masa depan manusia dan bahwa masa depan adalah milik Islam. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita.

ALLAHU AKBAR 3X

http://www.dakwatuna.com

(lanjutan) sekarat hikmah manhaj haraki periode ketiga


KARAKTERISTIK PERIODE KETIGA (MENDIRIKAN NEGARA)
(Disarikan dari buku “Manhaj Haraki” karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yusuf [12]:111)

(lanjutan dari….https://salamic.wordpress.com/2010/11/15/sekarat-hikmah-manhaj-haraki-bersambung/)

11. Pembentukan Pemerintahan Islam melalui Pemilihan

Konsep pemilihan dalam sistem pemerintahan Islam merupakan konsepsi yang sangat mendasar. Anehnya, ditengah barisan gerakan Islam ada orang yang mempertanyakan prinsip ini. Mereka yang mempertanyakan prinsip ini berpandangan bahwa amir dalam Islam adalah hakim mutlak yang tidak boleh dibantah kecuali jika ia bermaksiat kepada Allah. Jika pimpinan sudah menentukan pilihan maka pendangan-pandangan dari bawah (basis) tidak perlu digubris. Ini adalah pandangan-pandangan keliru.

12. Pemimpin Menentukan Pertempuran

Untuk melakukan pertempuran dilakukan persiapan. Kewajiban para prajurit adalah senantiasa siap membawa pedang di setiap saat.Sedangkan, kewajiban pemimpin adalah jauh lebih besar dari itu; mengkaji ribuan kemungkinan berhasil atau gagal dalam melancarkan pertempuran.

13. Pemimpin Menentukan Kelahiran Negara Islam

Mengumumkan suatu peperangan melawan negara kekadfiran atau mengumumkan berdirinya negara Islam sangat terkait erat dengan berbagai kapasitas yang dimiliki olleh jama’ah Islam yang bekerja secara terencana dan tertata rapi. Masalah seperti ini tidak boleh dilakuka secara emosional, tetapi harus dilakukan berdasarkan keputusan pimpinan yang telah mengkaji segala aspek dan kemungkinannya.

Sesungguhnya pengumuman berdirinya negara Islam terkat erat dengan kondisi-kondisi yang tersedia untuk itu, berdasarkan penilaian pimpinan, bukan berdasarkan penilaian individu.

Kemashlahatan politik kadang-kadang menuntut penundaan pengumuman identitas revolusi Islam atau gerakan Islam tersebut, sebulan kemuudian atau bahkan bertahun-tahun. Keterlambatan atau penundaan ini bukanlah bentuk penyimpangan dari Islam. Juga bukan merupakan sebuah kesalahn jika orang-orang yang melakukan revolusi tersebut tidak segera berbicara tentang Islam, bahkan mereka menyebutkan sebagian prinsip nasionalisme guna menutupi sampai tercapainya tamkin ‘kekuasaan’ secara mantap.

Jika pemimpin menyembunyikan sebagian masalah pada para prajuritnya, maka tidak boleh dituduh sebagai pendusta, menipu atau menyesatkan, sekalipun kondisi memungkinkan untuk menyampaikannya. Hal ini tercermin pada peristiwa ba’iat aqabah yang disembunyikan oleh Rasulullah kepada kaum Muhajirin kecuali hanya Abu Bakar dan Ali saja.

Tidak dapat disalahkan jika sebuah gerakan Islam tidak bisa bertindak secara langsung untuk melindungi salah seorang anggotanya. Mungkin karena kapasitas yang belum memadai atau karena kemashlahatan dalam perencanaan, supaya tidak diketahui hubungannya dengan orang yang bersangkutan.

14. Dimulainya Perang Informasi Antara Kedua Negara

Sebenarnya, media massa Islam telah siap sejak awal karena ia memiliki pengaruh yang sangat besar bahkan lebih tajam dari pedang.

15. Memilih Tempat Hijrah dan Membentuk Komunitas di dalamnya secara Sirriyah

Ketika gerakan Islam kontemporer di suatu negeri bertolak dalam jihadnya menegakkan negara, maka tidk ada pilihan dihadapannya selainnegara tetangga thagut kafir tersebut sebagai markas tajammu’ –nya. Gerakan Islam secara umum, dalam mencari tepat (bertolaknya pergerakan) tidak selalu memiliki kebebasan memilih. Kadang-kadang situasi dan kondisi memaksanya pada suatu tempat yang sama sekali tidak cocok. Tetapi ia harus menerimanya sampai ditemukan tempat yang lebih cocok.

16. Konspirasi Musuh untuk Membunuh Qiyadah

Pembunuhan qiyadah merupakan sasaran utama musuh. Para musuh itu beranggapan bahwa terbunuhnya seorang pemimpin berarti menupas secara total jihad dan revolusi. Kendatipun peran seorang amir dalam sebuah jama’ah sangat besar, tetapi anggapan para musuh itu tidak selamanya benar. Mungkin ia akan menimbulkan kendala dalam gerakan atau menggagalkan revolusi, tetapi nilai-nilai Islam yang telah masuk ke dalam jiwa-jiwa para pemuda da’wah tidak mungkin akan terkikis habis karena terbunuhnya pemimpin.

17. Kecerdasan Perencanaan Manusia dalam Hijrah

  • Tidurnya Ali di Tempat Tidur Nabi SAW

Jibril mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: “Jangan engkau tidur malam ini ditempat yang biasa kamu tiduri.”

Kita perlu menyadari kewajiban kita dalam melakukan persiapan untuk menghadapi musuh kendatipun kita bergantung sepenuhnya kepada Allah. Kita tidak boleh menoleransi kelemahan, kekurangan dan keteledoran dengan dalih takdir kemudian meratap karena pertolongan Allah tidak kunjung tiba kepada kita, padahal kita sendiri yang bertanggung jawab atas semuanya itu.

  • Keluar di Siang Hari

“Biasanya….” kata Aisyah “…Rasulullah SAW selalu datang ke rumah Abu bakar pada pagi hari atau sore hari, kecuali pada saat beliau diizinkan untuk berhijrah darii Mekkah meninggalkan kaumnya. Rasulullah SAW datang kepada kami di pertengahan kami, pada saat yang tidak biasanya beliau datang.”

Pada siang hari, orang-orang Mekkah sangat sedikit yang berkeliaran di luar rumahnya. Apalagi waktu itu merupakan bulan terakhir dari bulan-bulan musim panas.

  • Keluar dari pintu belakang

“…Kemudian keduanya keluar dari pintu belakang rumah Abu Bakar…”

Keluar dari ‘pintu rahasia’ yang jauh dari pengawasan berarti suatu keharusan untuk selalu menjaga sirriyah dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan perencanaan musuh dan pengawasannya.

  • Menuju ke Gua

“…Kemudian keduanya berangkat menuju ke gua Tsuur lalu masuk ke dalamnya…”

Keberangkatan Rasulullah ke arah Gua iani telah mengecoh musuh dan menggagalkan rencana mereka karena musuh akan terfokus pada jalan menuju Madinah.

  • Gua terletak di Luar Jalur Madinah

Gua Tsur terletak di sebelah selatan Mekkah. Tidak terletak di antara jalur Mekkah-Madinah yang berada di sebelah utara Mekkah.

  • Intelijen di Mekkah

“Abu Bakar r.a memerintahkan anaknya, Abdullah bin Abu Bakar, supaya mendengarkan komentar penduduk Mekkah di siang hari, kmudian pada sore harinya ia sampaikan kepada Rasulullah SAW dan Abu Bakar.”

Semakin mengetahui realitas musuh dan rahasia-rahasianya, maka pimpinan akan semakin berhasil dalam melaksanakan program dan rencana-rencananya.

  • Jaminan Perbekalan

“…Seriap sore, Asma’ binti Abu Bakar berangkat membawa makanan untuk Nabi SAW dan Abu Bakar…”

Kemungkinan persinggahan di Gua ini akan memakan waktu yang lama, sehingga kalau perbekalan makanan merreka habis kemungkinan mereka akan meninggal karena kelaparan.

  • Menghilangkan Jejak

“…Abu Bakar memerintahkan Amir bin Fahirah, mantan budaknya supaya menggembalakan kambingnya di siang hari kemudian di sore harinya memerahkan susunya untuk keduanya.”

Para Mujahid harus mengenal segala sarana sirriyah yang diperlukan. Mengabaikan salahsatu unsur ini berarti akan mengakibatkan terbongkarnya basis itu oleh lawan.

  • Berlangsung selama tiga hari

Tinggal lebih lama lagi di dalam gua kemungkinan akan menarik perhatian orang lain mengingat Asma’ dan Abdullah setiap hari selalu naik turun bukit.

  • Kehendak Ilahi Bertindak

Tatkala upaya manusia pun telah optimal dikerahkan, maka Allah tidak akan menyerahkan Rasulullah SAW dan Abu Bakar kepada musuh.

Para da’i harus selalu menyadari dan meyakini bahwa pertolongan Allah senantiasa diberikan kepada mereka, setelah mereka mengerahkan segenap potensi daan usahanya. Mereka juga harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa kemenangan itu sepenuhnya berada di tangan Allah.

  • Memanfaatkan Keahlian Kaum Musyrikin

“…kemudian keduanya membayar Abdullah bin uraiqith -seorang musyrik- untuk menjadi petunjuk jalan (ke Madinah)…”

Dalam rangka istifadah (memanfaatkan) potensi-potensi non-Muslim seperti itu, kadang-kadang terpaksa harus dimanfaatkan oleh gerakan islam selama dapat dijamin bahwa ia tidak akan membocorkan rahasia kepada musuh.

  • Melanjutkan Pengelabuan

Para da’i hendaklah memiliki kesadara, kecerdikan, kegesitan dan ketajaman pikiran sehingga mereka mampu mengelabui musuh mereka dan meloloskan diri dari cengkeramannya tanpa harus berdusta secara nyata, kecuali dalam keadaan darurat. Pada dasarnya, untuk mewujudkan tujuan ini mereka leluasa menggunakan bahasa kinayah (tidak langsung) dan majaz (bukan arti sebenarnya). Salah satu prinsip mengahadapi musuh, kata nabi SAW:

“Sesungguhnya ungkapan dengan bahasa yang tidak terlalu lugas dapat menghindarkan kedustaan.”

  • Berjalan ke arah Yaman

Berjalan di jalan yang tidak mungkin terjamah oleh musuh akan memudahkan para da’i untuk menghindari sergapan musuh.

  • Sikap tehadap Suraqah

Dalam gerakan Islam yang berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam di muka bumi, ada pelajarran penting harus kita pahami bahwa kita harus memiliki kemampuan untuk menentukan siapa kawan dan siapa lawan diantara barisan orang-orang kafir itu sendiri.

Gerakan Islam dalam perjalanannya menegakkan negara Islam kadang-kadang harus bersekutu dengan musuh yang dekat dan bekerja sama dengannya, bahkan mungkin meminta bantuannya sedikit ataupun banyak bila dapat dipercaya. Ukuran kepercayaan ini adalah sejauh mana musuh tersebut percaya terhadap kekuatan gerakan Islam. Untuk mengetahui kepercayaan ini, gerakan Islam melakukan berbagai upaya, dan setelah maksimal mengerahkan upayanya, tidak ada dosa atasnya jika salah dalam perkiraannya.

Fikrah memberikan keamanan kepada musuh yang telah mengubah sikapnya dan mengumumkan dukungan serta wala’-nya.

  • Kisah Ummu Ma’bad

Apa yang tejadi di luar kemampuan manusia merupakan salah sattu sisi rencana Ilahi

18. Basis Baru Bergabung kepada Islam

Da’wah kepada Allah harus tetap menjadi sasaran utam kaum Muslimin. Kendatipun suasana perjalan ke Madinah tidak memungkinkan untuk menggadakan pembicaraan secara rinci tentang islam, tetapi sasaran utama harus selalu diutamakan.

19. Pengumuman Pertama Untuk Syiar-Syiar Ibadah

Sasaran pertama bagi gerakan islam sekarang dalam upaya menegakkan negara Islam adalah kembalinya semangat Tauhid yang murni dan tasbih kepada-Nya ke dalam Masjid.

20. Keberhasilan Khittah dan Sampainya Pimpinan Tertinggi ke Puncak Pimpinan

Akhirnya berdirilah negara Islam yang pertama di permukaan bumi dengan kawalan para malaikat langit, setelah perjuangan jihad yang berat selama tiga belas tahun.

 

Sleman::16-11-10::10/52

atmosfer hati di malam 10 Zulhijjah


“Kesetiaan adalah bintang dilangit kebesaran jiwa” (Anis Matta)

 

Pada Hajar kita belajar tentang kesetiaan. Kesetiaan pada Ibrahim yang meninggalkannya bertahun-tahun. Hanya menyisakan gemuruh padang dan sengat matahari yang menyiksa. Dipapahnya si kecil Ismail kesana kemari. Menanti…..

Entah berapa lama waktunya….

Yang pasti ia tetap menanti…

 

Meski didera ketidakpastian bersama hembusan debu-debu gurun yang menari-nari menggodanya melintasi waktu, namun ia tetap setia.

Setia pada Ibrahim…..

Bapak para Anbiya, yang lewatnya pula kita mulai belajar tentang makna qurban dan pengorbanan,,

 

Sleman::15-11-10::22.10

Gema Takbir bekumandang dibeberapa penjuru Jogja, menyambut 10 Zulhijjah 1431 H..

 

sekarat hikmah manhaj haraki periode ketiga (bersambung…)


KARAKTERISTIK PERIODE KETIGA (MENDIRIKAN NEGARA)
(Disarikan dari buku “Manhaj Haraki” karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yusuf [12]:111)

1. Mencari Pembelaan di Luar Mekkah.

Apabila semua jendela dan jalan untuk melancarkan da’wah telah tertutup di suatu tempat, maka gerakan Islam wajib mencari basis pergerakan yang baru yang memiliki kapasitas memadai sebagaimana basis yang pertama.

2. Mencari Jaminan Keamanan dari Musuh di Mekkah

Rasulullah SAW membina dan mengajarkan kepada kita agar membalas kebaikan dan tidak melupakan jasa baik seseorang sekalipun ia kafir atau penyembah berhala. Rasulullah SAW membina kita sebagaimana kita harus membedakan antara musuh yang melindungi kita dan musuh yang memerangi kita.

3. Mencari Pembelaan dan Perlindungan dari Kabilah-Kabilah untuk Menyampaikan Da’wah

Rasulullah SAW telah memberikan satu garis kepada kita: betapapun lemahnya keadaan gerakan Islam, maka tetap tidak dibolehkan berunding untuk mendukung kebathilan orang-orang non-muslim dan mengakui hak mereka untuk memerintah dengan selain syari’at Allah. Karena, persoalannya adalah bukanlah kerajaan yang bisa diwariskan, melainkan syariat yang harus memerintah.
Gerakan Islam seringkali menghadapi kelompok, golongan, atau negara yang bersedia mendukung atau “bersekutu” dengannya selama masa tertentu dengan syarat kekuasaan harus diserahkan epadanya atau dibaggi dua. Dengan demikian, dunia diperintah dalam waktu yang sama oleh Islam dan jahiliah atau bergantian antara Islam dan jahiliah, atas nama perjanjian atau persekutuan. Logika ini tertolak dalam timbangan Islam.
Kalau yang menjadi prinsip dalam persekuutuan politiik adalah keberhasilan atau tercapainya kemenangan atas musuh atau dengan ungkapan yang lebih tepat kalau menganut tujuan menghalalkan segala cara, maka menerima tawaran sektoral ini hanyalah merupakan kesalahan politik. Tetapi, kalau sasarannya adalah kemangan da’wah dan aqidah, melepaskan satu bagian darinya saja sama dengan melepaskan keseluruhannya.

4. Kegagalan Perundingan

Apakah gerakan Islam berhak membuat suatu urusan yang mempersyaratkan pemerintahan berupa pamerintahan demokrasi?

  • Sistem demokrassi mengharuskan gerakan Islam agar menerima kelompok atau partai yang dipilih oleh rakyat kemudian segera mengakui keabsahannya selama ia telah mendaatkan suara mayoritas dan tunduk kepada undang-undangnya. Jika pada akhirnya partai yang menang tersebut adalah partai yang menentang Islam, lalu gerakan Islam menentang partai tersebut, maka berarti ia telah melanggar keabsahan yang telah disepakatinya.
  • Seandainya kita menerima sistem demokrasi, maka berarti bahwa kita menerima semua perundang-undangan yang berasala dari rakyat, apapun itu.
  • Seandainya gerakan Islam mempersyaratkan diteimanya sistem Islam sehingga ia mau menrima sistem demokrasi, maka ini berari ia menerima hal-hal yang kontradiktif dalam butir-butir perundingan.

5. Mengarahkan Pandangan kepada Markaz bertolaknya gerakan

Menegakkan hukum Allah di muka bumi tidak akan tercapai dibawah naungan pemerintahan jahikiah dan perlindungan jahiliah, sebagaimana anggapan sebagian gerakan Islam. Sasaran itu, hanya dapat dicapai dalam perlindungan prajurit dakwah itu sendiri.

6. Ba’iat Pertama dan Nilai-nilainya yang baru

Tarbiyah Makkiyah memakan waktu 13 tahu. Tarbiyah Madaniyah kurang ebih selama 2 tahun. Sekalipun demikian, para generasi awal daripara Muhajirin dan Anshar dinilai sama. Yang penting adalah kualitas tarbiyah dan hasilnya, bukan lamanya waktu yang dialui.

7. Izin untuk melakukan peperangan

Selama belum tegak jama’ah Islam, dengan seorang pemimpin yang memimpinnya, yang mampu eksis dan melakukan konfrontasi maka peperangan secara individual dalam tahapan ini tidak diizinkan, kecuali tindakan membela diri, harta atau kehormatan.

8. Persiapan Pembahasan Tegaknya Negara

Diantara hak pemimpin, bahkan diantar kewajibannya ialah memanfaatkan pengalaman-pengalaman dan potensi-potensi Islam ataupun non-Muslim apabila telah memberikan loyalitas dan ketaatan kepadanya. Bahkan menyertakannya dalam perencanaan dan pelaksanaan jika diperlukan.

9. Manifesto Politik (Ba’iat)

Pemimpin adalah bagian dari basis, sebaliknya basis adalah bagian dari pimpinan. Mereka saling menyatu serta sama dalam kesusahan dan kesenangan.
Dalam gerakan yang tertata rapi, kritik, sanggahan, dan koreksi harus disampaikan melalui saluran-saluran yang syar’i dan struktural, bukan secara individual dan dengan cara mengacau dimana setiap prajurit berbicara memperturutkan hawa nafsunya. Saluran-saluran syar’i dan struktural dalam gerakan Islam sekarang ini tercermin dalam majelis syuranya. Ialah yang mewujudkan gambaran kritik syar’i dan konstruktif tersebut. Ialah yang ‘mengadili’ pimpinan, mendiskusikan masalah, dan menyampaikan catatan-catatan dari bawah kepadanya. Sedangkan, pimpinan berkewajiban menjawab semua pertanyaan, menanggapi semua usulan. Dengan demikian, terjalinlah kekuatan, keutuhan dan kesinambungan tanzhim.

10. Memperkokoh dan Mempertegas Ba’iat

Khayalan kemenangan yang didasarkan kepada dukungan musuh-musuh Allah kepada kita, atau impian kemenangan yang didasarkan kepada dukungan orang-orang kafir yang bersekutu dengan kita, maka ia merupakan bayangan semata-mata.

(to be continued…)

Sleman::15-11-10::21.36

me-nyata-kan


menjadikan yang sebelumnya hanya dalam rasa, kini terlihat oleh mata..

menjadikan sebuah kata cinta menjadi kerja…

sebelumnya memang sudah ada, hanya saja kini telah bertransformasi dalam bentuk yang berbeda…

Sleman::14-11-10::5.24 a.m

berharap nafas yang panjang


Diantara gejolak-gejolak kejiwaan yang berpotensi untuk menggangu jalannya dakwah adalah gejolak heroisme. Disini, bukan berarti heroisme adalah salah satu sikap yang harus dihindari. Akan tetapi dalam buku Tegar di jalan dakwah-nya Ust. Cahyadi Takariawan, yang dimaksud Gejolak Heroisme adalah semangat heroisme yang sudah tidak proporsional. Menjadikan ghirah sebagai bahan bakar utama dakwah yang tak henti-hentinya dipacu tanpa memperdulikan apakah ketersediaan bahan bakar itu cukup untuk menjalankan roda estafet dakwah yang telah dirintis oleh para pendahulu kita.

Jalan ini masih panjang. Karenanya butuh energi yang cukup agar keberlanjutan proses transformasi masyarakat minazh zhuumaati ilannuur tak berhenti saat ini juga. Boleh jadi apa yang diusahakan pada saat ini, belum bisa dirasakan keberhasilannya pada saat ini juga, namun setahun, dua tahun atau bahkan baru sampai pada genersai selanjutnya keberhasilan dari sebuah proses bernama dakwah ini akan bisa dirasakan.

Banyak mungkin yang terlihat saat ini, mereka yang begitu aktif dalam dakwah kampus, setelahnya tak terlihat lagi pendar semangat yang menyinari sekelilingnya, tak ada lagi retorika dan strategi cemerlang yang pernah menjadi senjatanya dalam dunia kampus dulu. Bahkan kini tenggelam tertutup serpihan-serpihan kehidupan yang menutupi aura kebaikannya.

Dakwah ini, kata pak Fatan tadi sore, tidak ditujukan untuk membentuk pribadi muslim yang kokoh sekokoh tembok nan gagah. Yang mungkin saja bila tertumbuk benda yang sangat keras akan mampu merobohkan batubata-batubata penyusunnya.  Dalam ilmu fisika sendiri, sebuah benda yang tidak memiliki kelembaman dan elastis akan sulit untuk kembali seperti keadaan semula dan cenderung untuk membentuk formasi baru yang diakibatkan oleh tenaga pendorongnya.

Ya,, begitulah setidaknya manusia yang kokohnya sekokoh tembok. Tetap akan mudah diruntuhkan bila tidak memiliki ketegaran setegar elastisnya liat yang mampu mengembalikan wujud kembali ke sedia kala.

Dan hari ini, saya mendapat banyak pelajaran taujih seorang ustadz, jangan lupakan dirimu karena terlalu sibuk mengurusi orang lain. Adakalanya hak-hak raga ini juga perlu diperhatikan, agar tak layu sebelum berkembang, agar tak ada yang gugur sebelum kemenangan dicapai, dan agar tak ada yang berhenti saat perjalanan baru saja menapaki jejak yang masih sangat pendek.

Bukankah Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang sedikit namun terus menerus dilakukan. Tidak membumbung tinggi semangat di awal, namun hanya terjadi beberapa saat, setelahnya tak terlihat lagi.

Nafas panjang, sangat dibutuhkan. Capek? memang…. karena perjuangan dakwah memang panjang. Dan tak ada ar-Rohah sebelum kaki kita menginjak Jannah….

Semoga kita semua dikuatkan untuk memiliki nafas panjang itu,, untuk para pengungsi korban Merapi, semoga panjangnya deretan bencana ini tak membuat aqidah dapat tegadaikan oleh buaian harta. teruntuk para relawan, perjuangan kita bukan satu atau dua minggu saja, ada banyak pekerjaan yang membutuhkan energi dan nafas yang panjang. semoga kita semua dikuatkan…. aamiiin…

Sleman::13-11-10::20.41

Pendidikan Spiritual?


Peradaban Islam adalah peradaban ilmu yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dari pembangunan masyarakatnya. Islam menjadikan aktivitas mencari ilmu sebagai suatu ibadah dan merupakan kewajiban bagi tiap individu. Ibn Khaldun mengatakan pendidikan haruslah diletakkan sebagai bagian integral dari peradaban karena peradaban sendiri adalah isi pendidikan. Namun, nilai ideal pendidikan Islam yang bersifat transenden dan integral, tidak memisahkan antara alam fisik dan alam metafisik, harus tersingkir akibat beberapa faktor eksternal maupun internal yang dialami oleh umat Islam.

Peradaban Barat yang sekular-liberal kemudian berhasil menyebarkan worldviewnya melalui ilmu pengetahuan, baik sains maupun humaniora, ke hampir seluruh wilayah dunia dan terjadilah seperti apa yang dibayangan filsuf asal Perancis, Auguste Comte, pada abad ke 19, bahwa kebangkitan sains Barat akan menggantikan agama dari peradaban.

Kebangkitan sains di Barat juga telah menggantikan jiwa manusia dengan akal pikirannya. Tubuh manusia dianggap tak lebih dari sebuah mesin yang sempurna diatur, dan bekerja dengan prinsip-prinsip hukum matematika. Fritjof Capra seorang ilmuwan Barat dalam bukunya The Turning Point mengungkapkan kegelisahannya. Menurutnya, saat ini para ahli dalam berbagai bidang tidak lagi mampu menyelesaikan masalah-masalah mendesak yang muncul dalam bidang keahlian mereka. Para ekonom tidak mampu lagi memahami inflasi%pit yang tidak cukup untuk menyelesaikan masalah2C onkolog bingung tentang penyebab kanker, psikiater dikacaukan oleh schizofrenia, polisi semakin tidak berdaya oleh semakin tingginya tingkat kriminalitas. Ia menambahkan bahwa sebagian besar akademisi menganut persepsi-persepsi realitas yang sem-masalah besar yang merupakan masalah sistemik, artinya, persoalan tersebut saling berhubungan dan saling bergantung (Capra, 2004 : 8-9).

Problematika dunia Barat bukan sekedar problem intelektual, melainkan lebih pada krisis emosional atau lebih tepatnya krisis eksistensial. Ketika sains menjadi menjadi agama baru maka timbulah spiritual phatology, krisis makna, dan masalah kejiwaan lainnya. Agama Kristen telah lama ditinggalkan oleh pengikutnya sehingga Barat sangat bergantung kepada psikologi untuk memahami manusia dengan segala problematikanya. Psikologi klasik di Barat pada awalnya terkait erat dengan agama Kristen, yaitu ketika pada abad ke 13, Thomas Aquinas memadukan psikologi dengan teologi dan etika Kristiani.

Namun akhirnya psikologi berangsur-angsur mengadopsi filsafat materialisme dengan munculnya pemikiran Decardes, dan positivisme dari tradisi sains Cartesian-Newtonian yang mengubah secara radikal pokok kajian dan metode psikologi. Kemudian lahirlah aliran psikologi seperti behaviorisme dalam tradisi Watson dan Skinner, dan psikoanalisis yang berasal dari Freud. Sehingga Pada awal abad ke 20, buku-buku teks psikologi telah kehilangan semua referensi tentang kesadaran emosi, dan kehendak .(Graham, 2005 : 34).

Selanjutnya masyarakat Barat yang rasional dan memuja metode ilmiah, tertawan oleh ide spiritualitas dan mengadopsi budaya mistis Timur seperti Tao, Budhisme, Zen, Yoga dan berbagai bentuk meditasi lainnya. Persentuhan tersebut memunculkan aliran psikologi seperti psikologi humanistik serta psikologi transpersonal atau transhuman yang lebih berpusat pada alam semesta (cosmos) dari pada kebutuhan atau kepentingan manusia. Sebuah intitusi pendidikan di Amerika, yaitu Institut Esalen di Big Sur, California, pada awal pendiriannya di tahun 1966, mengundang eksponen dari berbagai disiplin ilmu yang berasal dari Kebudayaan Timur dan Barat, termasuk Yoga, meditasi, pengubah kondisi kesadaran, seni bela diri, tarian, pemuka agama, filsuf, artis, ilmuwan, dan psikolog untuk bertukar pandangan dalam seminar dan workshop serta program-program lainnya dalam rangka mewujudkan tujuan Institusi ini sebagai pusat pendidikan yang mencakup dimensi spiritual dan intelektual. Pertemuan ini diklaim telah menghasilkan berbagai pendekatan, dan juga teknik-teknik yang diturunkan dari filsafat dan agama-agama Timur atau tradisi esoteris yang dicangkokkan pada psikologi Barat (Graham, 2005: 73).

Topik mengenai spiritualitas kemudian bermunculan dan menjadi cover story majalah terkenal di Amerika seperti USA Today dan Newsweek. Majalah Time pada tahun 2003 melaporkan bahwa di Amerika, meditasi diajarkan di sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, firma-firma hukum, institusi pemerintahan, kantor-kantor korporasi, dan penjara. Bahkan Hotel-hotel di wilyah Catskills, New York, berubah menjadi tempat-tempat meditasi dengan begitu cepat sehingga menurut Joel Stein, seorang penulis di Time, kawasan Borscht Belt beralih nama menjadi Buddhist Belt (Aburdene, 2006 : 7).

Fenomena di atas tidaklah mengherankan, karena Barat memang memiliki kerancuan dalam mengkonsepsikan spiritualitas dan agama disebabkan pemikiran mereka yang dualistik, yaitu memisahkan antara dunia material dan spiritual. Sebagian besar ahli psikologi Barat memandang spiritualitas bersifat personal dan berada pada ranah psikologis, sedangkan agama bersifat institusional dan pada ranah sosiologis. Beberapa menyatakan bahwa agama diasosiasikan dengan konservatif (conservatism) dan spiritualitas dikaitkan dengan keterbukaan untuk berubah (openes to change) (Hood, 2009 : 9-10). Konsekuensinya, spiritualitas bisa dicapai dengan atau tanpa melalui agama. Dalam konsep spiritual Barat, spiritualitas dapat dibangun melalui banyak cara, sebagai contoh, melalui agama, pemikiran, doa, meditasi atau ritual (Best, 2000 : 10).

Konsepsi Barat tentang spritualitas yang problematis telah melatarbelakangi munculnya model pendidikan dan pelatihan spiritual yang mengkombinasikan berbagai macam ajaran mistis, sains, psikologi, dalam rangka membangun kecerdasan spiritual (SQ) manusia. Konsep SQ sendiri lahir dari rahim Barat sehingga upaya-upaya meningkatkan kecerdasan spiritual ala Barat pada umumnya tidak mengajarkan manusia menjadi makhluk yang mengakui kebesaran Tuhan dan tunduk pada syariat yang diturunkan-Nya. Menurut Zohar, SQ merupakan perangkat kejiwaan hasil evolusi selama jutaan tahun, yang memungkinkan manusia modern melepaskan kerinduan spiritual mereka tanpa melalui agama formal. SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta itu sendiri, begitu pendapat Zohar dalam bukunya Spiritual Intelligence yang telah diterjemahkan di Indonesia .

Dalam pandangan Islam, spiritualitas tidak bisa dipisahkan dari Tuhan dan agama (religion). Spiritualitas hanya dapat diperoleh melalui jalan syariah Islam yang bersumber dalam al Quran dan Hadits serta telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad, sahabat dan generasi salafusalih. Jalan-jalan spiritualitas dengan mengabaikan syariah akan membuat pengikutnya jauh dari kebenaran Islam dan pelakunya tidak akan memperoleh kedamaian hakiki di dunia maupun akhirat.

Konsep kecerdasan spiritual dalam Islam juga sangat jauh berbeda dengan Barat karena SQ di Barat hanya berhenti pada kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari sesuatu yang besar yaitu alam semesta, sedangkan Islam menganggap alam semesta hanyalah makhluk Allah sebagaimana manusia, yang tunduk kepada aturan dan perintah Allah. Oleh karena itu tujuan pendidikan spiritual dalam Islam harus mampu membentuk individu-individu muslim yang paham hakikat eksistensinya di dunia ini serta tidak melupakan hari akhir dimana dirinya akan kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali bahwa pendidikan harus diarahkan kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan taqarrub kepada Allah, dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. (***)

 

Written by Dinar Dewi Kania

http://www.insistnet.com

padahal ia hanya manusia


Terlalu banyak janji. Mungkin. Setidaknya sebagai manusia, setiap hari kita selalu memohon ini dan itu. Mengharap mendapat satu, dua atau tiga rengkuhan nikmat dalam seketika. Kita berjanji untuk mensyukurinya tatkala nikmat itu telah didapat. Takkan berniat untuk mengaburkan nikmat itu atau malah menjadi kufur.

 

Banyak janji yang terucap. Bila aku dapat ini, maka aku akan seperti ini dan lebih rajin melakukan itu. Banyak sekali lontaran kata-kata manisterucap dari mulut manusia. Sudah ter-emulsi-kan dengan manisnya madu kata-kata ketika berharap dan meminta. Sehingga penuh sekali kata-katanya dengan janji. Padahal ia hanya manusia. Mengumbar kata-kata dengan begitu lihainya.

 

sleman::13-11-10::11.32 pm

yang tak pernah pupus


Lama benar.. ketika tanpa denting suara menyapa disudut dunia sana. Aku yang kini sudah lupa berapa kali harus membohongi hati. Mungkin benar apa yang kudengar dari bisik teman tadi, bahwa yang namanya waktu akan tetap berputar. Dimanapun ia berdetak, dalam jarak yang sudah tak terjamah lagi oleh tatap mata atau tak sanggup lagi bagi angin untuk menghembus menyapa karena sudah terhalang tebing dan pepohonan tinggi, waktu akan tetap berputar.

Ia,… mungkin tak bisa dihentikan oleh riak-riak hati yang berteriak. Tapi bukankah ada asa yang dapat berlai cepat mengikuti pergerakan waktu. Ada mimpi yang kecepatannya jauh melebihi putaran jam dinding. Ada harapan yang takkan pernah pupus tergerus waktu. Biarpun berjarak, biarpun terasa begitu jauh, biarpun tak sempat satu katapun terdengar terbawa angin, biarpun itu semua telah terjadi, aku hanya bisa mengikuti waktu. Putarannya akan membawaku ke masa depan. Bukan sejarah yang akan membawa kembali ke masa lalu.

Toh, sejarah masa lalu takkan pernah bisa mengejar waktu. Ia tetap akan tertinggal. Hanya asa dan mimpi yang akan mendahului waktu. Yang kukejar sekarang adalah mimpi itu, asa dan harapan untuk mewujudkan ingin itu. Karena harap akan membawa kita melaju dengan cepat menelusuri tapak-tapak kehidupan ini. Biarlah sejarah berlalu. Biarah kenangan indah berlalu. Kan ku kejar masa-masa indah baru yang akan kembali terukir. Entah keindahan yang serupa masa lalu hanya beda waktu, atau keindahan yang memang benar-benar baru. Allahu a’lam..

 

sleman::13-11-10::6.15 a.m

baca, tulis, lakukan


Sudah banyak waktu  yang mungkin telah kubuang selama ini, entah untuk sekedar bermain-main ataupun melakukan sesuatu yang sebenarnya tanpa makna. Padahal, disana masih banyak tumpukan buku yang memanggil mata ini untuk membacanya. Bahkan untuk sekedar melintasi halaman depannya saja sudah membuat kepala ini enggan untuk menorehkannya. Terlalu banyak memang, tapi sebenarnya bukan bukunya yang terlalu banyak. Akan tetapi terlalu banyak alasan untuk menunda membacanya. Terlalu banyak pembenaran untuk tidak sama sekali menyentuhnya.

Hingga dalam perjalanan waktu, akupun tertegur dengan sebuah tulisan. Bahwa  isi kepala ini sesuai dengan apa yang dibaca dan diresapi oleh kelima panca indera yang ada. Ternyata tulisan tak hanya sekedar merajut makna dalam sebentuk kata saja, akan tetapi ada kekuatan yang menggerakkan bagi si pembaca. Entah itu kekuatan apa, yang pasti malam ini aku semakin tersadarkan bahwa ada sebuah kekuatan yang akan saling melengkapi ketika kita menulisa apa yang dibaca dan membaca apa yang ditulis. Bukankah dua hal ini memang selalu berkaitan?

Adalah PENA (al-Qalam) makhluk pertama yang tercipta, bukan malaikat, jin apalagi manusia.

Menulislah tentang apa yang kau rasakan hari ini, tentang pilu yang mungkin menyesakkan dada. Biarkanlah tanganmu yang mengurangi sesak itu dalam tulisan. Membuatnya menjadi sedikit lega atas segala persoalan. Tentang bahagia yang mungkin tak seorangpun tahu tatkala semburat senyum kini sedang menghiasi wajahmu. Tentang apapun.

Berkaca pada tulisan seorang teman di blog, ternyata ia bisa menjadi perantara untuk mengingatkanku akan kealpaan selama ini. Ia mungkin tak tahu bahwa tuts-tuts hitam keyboardnya telah pula menyentuh hati terdalamku. Mengingatkan dengan halus, hingga tanpa sadar sebuah tamparan keras menghantam bilik-bilik hati yang penuh karat ini. Sembilu. Bila ternyata masih ada kesempatan yang terbuang percuma.

Baca, Tulis dan lakukan….

Sleman: 9.41 p.m, 12 Nopember 2010

selalu ada saja celah yang diincar


Gerah melihat berbagai celaan muncul dari berbagai media terkait insiden penyambutan Ibu Negara sang Adidaya. Katanya itu dusta. Katanya itu inkosistensi. Lalu diseranglah tak ada habis-habisnya. Bak durjana yang membukit melangit hingga media tersohor di belahan bumi lainpun bisa melihat bukit itu. Mungkin kalau bukan ia tokoh yang berpengaruh di negeri ini, khusunya dalam dunia pergerakan Islam, beritanya takkan seheboh itu. Tapi kini, hujan celaan ditujukan. Bahkan kini tak lagi menjamah ranah pribadi. Kini sudah menyangkut jamaah, menyangkut kendaraan politik yang selama ini menjadi kendaraan paling menakutkan yang dirasakan oleh orang-orang yang takut akan bangkitnya politik umat Islam di negeri sendiri.

Curiga…. boleh saja. Mengapa berita itu langsung menjadi headline dibeberapa stasiun berita. Apalagi TV berita METROMINI yang dengan pongahnya memberikan judul sangat tidak beradab. Dusta lah, bohong lah, inkonsisten lah.

Rupanya akan selalu ada skenario untuk menjatuhkan orang-orang yang berada dalam lingkaran kebaikan itu. Menurut saya, ketika seseorang sudah menjadi sorotan media, memang selalu ada saja cara-cara yang digunakan untuk mencari celah cela yang dimiliki orang tersebut. Apalagi orang yang menjadi musuh pemilik media saat ini. Kita katakan saja. Serba salah.

Ketika insiden itu misalkan saja tidak terjadi, sang menteri tak datang ke isatana. Lalu akan dibuat headline “Seorang menteri dari partai konservatif tidak mau menghadiri instruksi presiden untuk menyambut tamu dari negeri adidaya.” Akhirnya jadilah hujatan juga. Serba salah memang. Media akan melihat sisi negatif orang yang akan dijatuhkan, seberapa besarpun sisi positif yang ada padanya. Meski retak-retak kesalahan hanya sedikit, ia akan manjadi bongkahan besar yang akan di expose , bahkan bila perlu dikaitkan dengan peritiwa lain agar bongkah kealpaan yang terlihat akan mencuat lebih lebar lagi.

Krtik itu penting, karena memang sang menteri sudah mengkarifikasinya. Tapi yang tidak adil adalah pemberitaannya. Ini namanya skenario untu menghancurkan citra sebuah gerakan. Bahkan bisa jadi ini adalah awal yang dijadikan batu loncatan oleh para musuh gerakan untuk melancarkan serangan-serangan selajutnya.

Lalu sikap kita apa?

BELAJARLAH, masih banyak setumpukan buku yang menanti untuk dibaca…

Lho??

Karena dengan belajar, pertanyaan-pertanyaan dan bagaimana  kecemerlangan strategi mengahadapi musuh gerakan itulah akan terjawab dengan sendirinya.