seuntai hikmah manhaj haraki (bag-1)


KARAKTERISTIK PERIODE KEEMPAT
(NEGARA DAN PENGUATAN PILAR-PILARNYA)

(Disarikan dari buku “Manhaj Haraki” karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yusuf [12]:111)

Periode Madinah terbagi menjadi dua tahapan besar yang berbeda:
Tahap pertama: Tahap Mendiriikan Negara dan Berakhir dengan Perang Khandaq
Tahap Kedua: Tahap Pertolongan Allah dan Kemenangan. Bermula dari perjanjuan damai Hudaibiyah hingga wafat Nabi SAW.

1. Gencatan Senjata Bersama Musuh-Musuh selain Kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya
a. Piagam Madinah dan Genvatan Senjata bersama Yahudi
b. Hubungan dengan orang-orang Musyrik
c. Perjanjian damai dengan Bani Dhamrah
d. Perjanjian Menghentikan Agresi dengan Bani Mudlij
e. Berdamai ddengan Penduduk Daumatul Jandal

2. Membangun Basis yang Kokoh
Tahap Pertama: Perjanjian antara masyarakat Muhajirin dan Anshar
Tahap kedua: Mempersaudarakan antarpribadi dari kalangan Muhajirin dan Anshar
Tahap ketiga: Mempersaudarakan antarsesama kaum Muhajirin

3. Deklarasi Negara Islam
a. Pembangunan Masjid
Masjid sebagai basis operasional segala urusan dan tempat memulainya pergerakan.
b. Pengumandangan Adzan
c. Pemerintahan

4. Opsi Perang

Saat kekuatan thagut di beberapa negeri memaksa agar sebagian tokoh pergerakan Islam deiserahkan kepada mereka, dengan kompensasi kesertaan negeri itu dalam sebuha pergaulan atau perkumpulan antarnegara, kita tidak punya pilihan lain selain perang melawan jahiliyah.

5. Komunitas Kaum Paganis di Madinah

Disaat para pemimpin negara Thagut mengancam akan membantai penduduk yang selama ini aman dan damai jika mereka berani melindungi Mujahidi, mereka juga sangat antusias untuk mengirim antek-anteknya guna menegaskan bahwa perang, peenumpahan darah, dan rasa takut itu muncul karena keberadaan para Mujahidin itu serta semua sepak terjang mereka melawan kekuasaan yang semena-mena. Orang-orang umum biasanya sangat mementingkan kepentingan jangka pendek mereka dan ini membuat mereka serta merta menyambut propaganda semacam ini. Mereka lalu memihak kepada kekuasaan yang semena-mena untuk melawan saudara-saudara mereka, yaitu para Mujahidin.

6. Menceraiberaikan Komplotan itu dengan sentimen Nasionalisme dan kekeluargaan

Pemuda daakwah harus belajar pada sikap nabi dalam karakteristik ini, saat mereka melihat para qiyadah (pimpinan) dakwah dalam salah satu periodenya sedang mencari kepentingan bersama dengan musuh-musuhnya agar mereka berada dalam satu barisan dalam menghadapi musuh yang lebih berbahaya dan lebih besar. Saat mereka melihat para qiyadah dakwah menerima dialog dengan sentimen nasionalisme dan kebangsaan, atau ketika mereka sedang berbicara tentang kaum dhu’afa dalam salah satu strata masyarakat yang terzhalimi, diman akepentingan bersama itu dibicarakan dalam pertemuan berkala dengan satu musuh untuk melawan musuh lainnya.

7. Upaya pemecahbelahan Barisan Islam

Kita akan terjerembab ke dalam penghianatan jika membenarkan apa yang disebarkan oleh musuh-musuh tentang kita, baik itu merupakan kebenaran atau kebatilan, lalu dengan itu kita putuskan duduk perkaranya.
Penanganan terhadap kelompok-kelompok yang sedang diadu domba haruslah sesuai dengan tingkat pemahaman mereka dan rasa kepemilikan mereka terhadap barisan Islam.

8. Musuh Melecehkan Norma-Norma dan Kepentingan Sendiri

Perilaku musuh-musuh Allah dalam peperangan mereka melawan Islam dan kaum Muslimin, membuat mereka mulai berseberangan dengan nilai-nilai paling sederhana dan kebiasaan baik yang selama ini mereka jaga.
Para pemuda Islam harus tetap menyampaikan kalimat kebenaran dengan penuh kekuatan, disaat mereka tidak menemukan alternatif lain di hadapan mereka kecuali harus mengatakan keberadaan itu, sedangkan penyebutan kebenaran itu akan menjadi perang psikologis yang dapat menciutkan nyali musuh.

9. Bahaya Mengancam Qiyadah

Semua pemuda Islam harus selalu siaga untuk menghadapi serangan mendadak walaupun mereka sekelas qiyadah, khususnya ketika musuh kemungkinan berada diantara barisan prajuritnya.
Gerakan islam yang telah banyak kehilangan qiyadah dan para pemimpinnya karena pembunuhan, harus memahami permasalahan ini, sebagai bentuk pengamalan terhadap Sunnah Rasulullah SAW. Harus ada yang menjaga qiyadah-nya untuk menyelamatkan mereka dari serangan musuh karena penjagaan Allah hanya diberikan kepada Rasulullah SAW.
Jika para pimpinan dalam gerakan Islam mengandalkan keadilan, kesalehan dan ketaqwaan, maka mereka lebih memerlukan penjagaan, sebab musuh tidak tahan terhadap keberadaan mereka. Akan tetapi, mungkin diantara barisan kaum muslimin sendiri ada yang menentangnya, lalu mereka terbunuh di tangan anggota barisan kaum muslimin sendiri.

10. Kondisi Perang dan Bersatunya semua kekuatan

Tidak berarti bahwa ketika negara Islam sudah berdiri, maka urusan dengan musuh Islam selesai. Sesungguhnya pertempuran melawan musuh untuk mendirikan negara Islam baru merupakan tahapan awa di jalan ini. Ia hanyalah pertempuran pembukaan dalam sejarah peperangan dan merupakan titik tolak. Semua peperanga, pertempuran dan operasi militer terjadi setelah berdirinya negara Islam. Jika gerakan Islam perlu mengerahkan sebagian kekuatannya sebelum berdirinya negar Islam, ia lebih perlu mengarahkan kekuatannya untuk menjaga kaumMuslimin dari dunia Timur dan Barat untuk menjaga negar Islam.
Qiyadah Islam harus mempersiapkan segala kemungkinan, tidak boleh ada asumsi di kalangan ppemuda bahwa keberhasilan dalam pertempuran pertama adalah dengan selesainya persoalan dengan musuh. Akan tetapi, keberhasilan perang adalah dengan selsesainya satu babak lalu dilanjutkan dengan semangat tinggi kepada babak kedua. Jihad akan terus berlangsung hingga hari kiamat daan pada rambut kepala kuda terdapat ikatan kebaikan hingga hari kiamat. Karenanya, qiyadah Islam harus mempersiapkan kekuatannya untuk menghadapi musuh secara kontinu dengan semua yang dibutuhkan dalam sebuah konfrontasi: senjata, prajurit, harta benda dan amunisi.

 

untuk membaca Karakteristik Periode Ke Tiga silahkan klik https://salamic.wordpress.com/2010/11/15/sekarat-hikmah-manhaj-haraki-bersambung/

sleman::17-11-10::12.35

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: