#18 Ramadhan: Meminang kesabaran dan kesyukuran…


Tanpa kesabaran, nilai kemanusiaa kita runtuh. Kurang sabar terhadap hal-hal yang kita cintai itu juga yang akan membuat kita berbuat dosa. (Ust. Jumharuddin, Lc)

*Kutipan Ceramah dalam kajian “Asmaul Husna” TvOne,

Pukul 15.00 WIB,17 Agustus 2011

Suatu ketika salah seorang menteri di zaman khalifah al Manshur, al-ashma’i namanya, melakukan perburuan dengan beberapa orang sahabatnya. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan yang telah ia bidik, ia justru malah terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang pasir yang panas dan gersang. Hewan yang dibidiknya ternyata cukup lincah dan berlari menjauh dari kawanannya. Karena Al-Ashma’I terus mengejar hewan tersebut, iapun tak sadar bahwa ia sendiri sudah tak bersama para sahabatnya lagi.

Kala padang terus menggarang dan panas semakin menyengat, mulailah rasa haus mencekiknya. al-Ashma’i berusaha untuk mencari tempat beristirahat dan sumber air minum untuk mengurangi dahaga yang membelitnya.

Dari kejauhan, ia melihat sebuah rumah di tengah padang tersebut. Asanya bergembira. Ia segera memacu kudanya untuk menuju ke rumah tersebut. Ditemuinya seorang wanita muda nan jelita. Sang pemilik rumah tersebut.

Al-Ashma’I kemudian meminta kepada wanita tersebut segelas air untuk diminumnya. “Aku hanya punya air sedikit, tetapi itu kusiapkan untuk suamiku saja. Adapun ini adalah air sisa minumanku, kalau engkau mau, ambillah.”

Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ringkikan kuda yang semakin lama semakin jelas. Seorang lelaki duduk mengendarai kuda tersebut.

“Suamiku datang,” kata wanita itu.

Wanita itu segera masuk ke dalam rumah dan mengambil air untuk suaminya. Melihat kehadiran al-Ashma’I, suaminya tersebut tampak tidak suka. Lelaki tua itu berkali-kali menghardik istrinya. Omelan panjang lebar mengalir masuk ke dalam telinga wanita tersebut. Namun tak satupun ata terucap untuk sekedar membela diri.Sebagai gantinya, wanita muda itu malah membersihkan kaki suaminya, tetap menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnnya dengan mesra masuk ke kemah.

Merasa tidak enak diri, al-Ashmai’I pun segera pamit kepada wanita itu. Dan sebelum pergi, ia bertanya,“Engkau muda, cantik, dan setia. Jarang sekali aku menemui wanita seperti dirimu. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk menikah dengan lelaki tua yang berakhlak buruk?”

Sebuah lontaran jawaban kemudian duucapkan oleh wanita itu, Rasulullah bersabda,” Agama itu terdiri dari dua bagian, syukur dan sabar. Karenanya aku bersyukur karena Allah SWT yang telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Allah SWT telah membimbingku untuk selalu ingat itu. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar.”

Kesabaran wanita itu, ibarat telaga di tengah kegersangan sahara. Menyejukkan, mendinginkan suasana bagi amarah yang mendera. 

Kesabaran yang dimiliki wanita itu adalahsebuah keajaiban. Begitu memukau bagi siapa yang mengetahuinya. Meski seperti khayalan, tapi ini nyata. Pernah ada dalam sebuah rangkain kisah cinta mereka. sebuah bukti cinta berwujud kesabaran dan kesyukuran. Bukan hanya sekedar syukur atas nikmatNya, tapi juga bersabar atas kehendakNya yang lain.

Dan…Allah memposisikan orang-orang yang sabar dalam posisi yang mulia, banyak dinyatakan didalam ayat-ayat Al qurán bahwa Allah bersama dengan orang-orang yang sabar, Allah mencintai orang-orang yang sabar.

 

#Pukul 18.30 WIB, Malam ke-18 Ramadhan…

*Bersiap berangkat Tarawih

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

Trackbacks / Pingbacks

  1. memutar waktu « .::PUTIH-KUNING-HITAM::. - September 27, 2011

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: