Cara bikin passport ?
Tips Umum:
1. Datanglah pagi-pagi sekali ke kantor imigrasi terdekat
2. Hari Selasa
3. Lengkapi Dokumen
4. Berpakaian Rapi Sopan dan Bersepatu
5. Bawa Alat tulis
6. Bawa Lem perekat
7. Siapkan materai 6000 (kalo dibutuhkan)
8. Hindari Calo dan Sabar
Dokumen Penting (semua asli dan fotocopy):
1. Akte Lahir
2. Kartu Keluarga yang masih berlaku
3. Kartu Tanda Pengenal (ktp/sim)
4. Ijasah Terakhir
5. Surat Nikah (bagi yang menikah)
6. Surat Rekomendasi Perusahaan/Instansi (asli aja)
7. Photo 4×6 2 lembar
Prosedur Umum Pembuatan Paspor:
1. Datang Ke Kantor Imigrasi
2. Ingat Bawa Dokumen Penting
3. Ambil Formulir di loket Pendaftaran (harusnya gratis)
4. Isi formulirnya (bisa baca tulis khan?)
5. Jika di isi pekerjaan swasta maka butuh Surat Rekomendasi (tulis aja wiraswasta)
6. Tempelkan photo 4×6 1lbr pada bagian depan PERDIM II
7. Masukkan semua berkas asli maupun fotocopy
8. Berikan ke Petugas di LOKET B2 (penerima)
9. Tunggu untuk dipanggil dan pengembalian berkas asli ke pemilik.
10.Pulang dengan membawa selembar kertas pendaftaran.
Prosedure Lanjutan Pembuatan Paspor:
1. Kita akan datang 3-4 hari setelah penyerahan dokumen
2. Jangan lupa bawa kertas pendaftaran
3. Serahkan kertas pendaftaran ke Loket B2 (loket awal)
4. Tunggu panggilan (cepet kok pas sepi cuma 15 menit)
5. Setelah dipanggil, kita menuju ruang Photo Biometric (antri)
6. Dandan yang rapi, bercermin kalo acak-acakkan
7. Berphoto, harus senyum nggak boleh nangis
8. Finger Print, photo 10 sidik jari tangan kita
9. Wawancara perihal arsip, dokumen dan tujuan imigran.
10. Bayar di loket pembayaran, minta kwitansi untuk pengambilan.
11. Tanda Tangan Paspor
Biaya Yang harus dikeluarkan:
1. Adminitsrasi: Rp. 5000
2. Paspor 24: Rp. 225.000
3. Paspor 48: Rp. 275.000
Pengambilan Paspor :
1. 3-4 hari kemudian bawa kwitansi sebagai bukti untuk pengambilan
2. Serahkan Kwitansi ke Loket B1 (penyerahan)
3. Tunggu hingga dipanggil
4. Tanda tangan Pengambilan
5. Simpan paspor dengan baik dan bawa pulang.
6. Selesai
berikut ada beberapa tips dalam ngurus paspor sendirian:
1. ngambil nomor utk serahkan berkas. Nah ane perhatiin kemarin, banyak calo2 yg belon dapet objekan itu ngambilin nomor2 tersebut buat dijual ke calon pemakai jasa mereka. Dan yg parahnya ada yg nggak ngerti ngambilin terus nomor antrian tersebut dan akhirnya cuma dibuang aja.. Pengalaman ngambil antrian jam 8:30 baru bisa masukkan berkas jam 13:30. 😦 Sebaiknya dateng sepagi mungkin untuk dapatkan nomor antri yg nomor awal2.
2. Dokumen KK, KTP, Akte lahir, paspor lama dan dokumen lain lain agan JANGAN sampe beda nama, karena akan jadi pertanyaan panjang. Misalnya “Budhi Susilo Abidin” (maaf ya cuma contoh saja jika ada yg namanya sama) di KTP taunya di akte kelahiran cuma “Bhudi” aja. di Ijazah terakhir “Budi S. Abidin”. Akan jadi pertanyaan dan bisa bolak balik ngurusin itu doang.
3. jangan termakan rayuan calo. Sejago jago2nya mereka ngurus kurang satu hari jamin diatas 1 jeti. ane sudah coba nanya sama Travel agent se biasa2nya itu 500 ribu dua hari kerja; sekarang urus2 dokumen, besok foto dan nunggu selesai.
4. Total ngurus sendiri itu cuma tiga kali dateng; pertama serahkan berkas (karena ane apes jadi setengah hari). 4 hari kemudian serahkan ambil berkas dan foto (45 menit). 3 hari kemudian dateng buat ambil (15 menit)
– untuk yang bikin baru harus cek KTP dulu (bayar 5rb)
– untuk suami istri harus bikin surat pernyataan suami istri (tempel materai)
– datang pagi-pagi sekali soalnya nomor antrian awal biasanya untuk calo2
jadi walaupun dateng pagi, nomor antrian bisa dapet nomor 80-an
Pada dasar nya :
1. kalo para agan punya waktu lebih, mo nambah pengalaman trus seneng bolak balik & menunggu di sana sih, gpp kl mo ngurus sendiri. ( minimal 3 x kedatangan, yaitu :
KEDATANGAN I :
sebisa mungkin sudah ada ditempat jam 06.00, silahkan buruan isi daftar antrian yang tersedia di dekat pintu masuk utama (ada petugas nya koq) dan letakan map / amplop yang sudah berisi data2 bersama2 dengan tumpukan berkas pemohon yang lain.
nah pasti nanti agan2 semua pd bingung, koq tumpukan berkas nya kebanyakan map berwarna kuning keluaran kantor imigrasi. beda sendiri ya? gpp koq, di situ cuman buat ngebooking nomor antrian ke loket 1 / loket permohonan. nanti setelah diberikan nomor antrian dan dikembalikan berkas nya ( sekitar jam 8 kurang 5 menit ),
silahkan kalo para agan2 mo beli map+formulir+materai (beli di koperasi yang ada di belakang gedung sebelah kanan, biasanya baru bukan jam 7.30an), nah trus diisi dah formulir dan surat pernyataan + tempel materai . + copy KTP + copy KK + copy Akte Lahir atau Surat Kenal Lahir + copy Ijazah SD atau SMP atau SMA + Surat Sponsor (Surat Pernyataan dari perusahaan tempat agan bekerja yang menyatakan bahwa agan benar karyawan perusahaan tersebut).
Trus kalo ada salah tulis dan ga bawa tip-x, jangan malu, minta lagi aj ama koperasi nya ( inget y, “minta !!!” ), karena pada dasar nya yang bayar tuh cuman map nya doang, kalo formulir & surat pernyataan sih gratis.
KEDATANGAN II :
kalo saat kedatangan I semua data sudah lengkap, pasti diberikan tanda terima untuk sesi FOTO & WAWANCARA keesokan harinya.
Nah, kedatangan ke II ini juga harus diusahakan sudah tiba di tempat jam 06.00. Tapi untuk x ini, langsung menuju LOKET 2, cobloskan TANDA TERIMA untuk wawancara pada tempat yang tersedia.
Trus nunggu lagi deh ampe jam 08.30 ( lebih lama 30 menit?? )
Di LOKET 2 ini, agan2 nunggu diberikan nomor antrian (antrian lagi??) ya gan ngantri untuk bayar biaya pembuatan paspor ( 200 rb u paspor 48 halaman & 50 rb u paspor 24 halaman + biometrik 55rb + sidik jari 15rb ). jadi total biaya resmi untuk paspor 48 halaman = 270 rb & 120 rb untuk yang 24 halaman.
Setelah bayar, tinggal nunggu 2 x lagi, yang 1x nunggu untuk pengambilan foto dan sidik jari dan nunggu yg ke-2 untuk sesi wawancara.
KEDATANGAN III
Setelah semua sesi selesai, silahkan DATANG UNTUK YANG KE-3 X nya, (biasanya 4 hari setelah sesi foto & wawancara) untuk mengambil PASPOR yang sudah ta’ sabar menanti diajak agan2 semua ke luar negeri.:maho
NB. :
– para agan harus paaanjang …. sabar kalo melihat para pemohon yang datang lebih siang dari agan tapi lebih dulu dilayani oleh petugas.
(“biasa gan, kalo bisa dipersulit, ngapain juga dibikin gampang ” & beda harga = beda pelayanan nya, mungkin itu prinsip yang dianut)
2. Kebalikan dari yang pertama, kalo agan2 mo bikin paspor tp udah ga punya waktu lagi buat ngurusin tetek bengek kaya begitu & ikhlas memberikan “sumbangan jasa” sekitar 250 – 300 rb, silahkan cari biro jasa yang telah dikenal.
passport 24 dan 48 hanya berbeda di jumlah halamannya saja, bila para juragan sering keluar negri ane saranin pake passport yang 48 halaman. lain kata passport 24 akan lebih cepat habis dibanding passport yang 48
sumber: agan-agan kaskuser
memaksa diri
Ketika diri terasa berat untuk membuka mata hendak bangun shalat malam, PAKSA sampai dirimu terbangun, duduk, mengambil wudhu, dan mendirikan shalat.
Ketika diri terasa sangat ingin kembali berselimutkan kain tebal setelah subuh, PAKSA dirimu tetap terjaga hingga matahari muncul dari peraduannya.
Ketika diri terasa malas untuk mengambil barakah di waktu dhuha, PAKSA untuk kembali bersimpuh padaNya, membuka pintu-pintu rezeki yang ada.
Ketika diri enggan berlelah-lelah menuju majelis ilmu. PAKSA, DATANGI majelis ilmu itu, PAKSA kakimu melangkah hingga sampai pada tempatnya.
Ketika diri merasa nyaman dengan maksiat, PAKSA untuk segera mengakhirinya dan segera meninggalkan kehinaan tersebut.
Ketika diri takut kehilangan harta karena bersedekah, PAKSA tanganmu mengulurkan harta yang didalamnya ada hak-hak fakir miskin.
Ketika diri tak mampu menjaga pandangan mata dari yang terlarang, PAKSA alihkan pandanganmu, meski masih berat PAKSA hingga matamu tertunduk malu atas pengawasan ALLAH.
Ketika diri ingin sekali hidup bebas tanpa kesibukan, PAKSA untuk senantiasa ada aktifitas kebaikan, karena waktu luang hanya akan melenakan.
Keterpaksaan kadang diperlukan untuk melawan bisikan-bisikan syetan yang selalu menggoda kita untuk mengikuti ajakannya. Keterpaksaan bukan berarti kita tak ikhlas dalam setiap aktivitas, akan tetapi tahapan awal dalam belajar untuk istqamah dan berlanjut dengan pelurusan niat. Pun, ketika dahulu masa-masa kecil kita, semuanya bermula dari paksaan atas ke-tidakbisa-an dan ke-tidakmau-an. Hingga akhirnya menjadi kebiasaan, dan kemudian meningkat lagi menjadi kebutuhan.
“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu) dan sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hidup ini adalah sebuah peperangan besar antara kebaikan dan keburukan. Pertarungan dahsyat antara keimanan dan kekafiran. Oleh karenanya, PAKSA diri untuk senantiasa mengisi waktu-waktu yang ada dalam aktivitas kebaikan, karena syaitan akan selalu berusaha menjerumuskan agar jauh dari jalan Allah SWT. PAKSA terus hingga kita bisa menjadi pemenang pertarungan tersebut, dan maut menjemput kita dalam keadaan Husnul Khaatimah. Aamiin…
“Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:16)
Dirosat
Ada baiknya sesekali kita berkaca ulang. Menimbang kembali apa yang sedari dulu kita mau, apakah kini sudah terjadi. Atau apa yang kita mau di masa mendatang, bagaimanakah cara kita membuatnya nyata. Maka semua diawali dari seperti apa definisi kemauan kita.
Tidak mudah mendefinisikan apa yang kita mau. Sebab, itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Semua itu akan sangat mempengaruhi bagaimana kita memilih untuk menjadi apa.
~Tarbawi~
mungkin..
yang salah bukan sistem atau jamaahnya, akan tetapi segelintir oknum yang salah dalam menyikapinya…
dan, daripada membincang salah dan masalah lebih baik kita bekerja saja…
lillah, billah, ilallah
500 Tokoh Muslim Paling berpengaruh
Berikut ini saya hanya menampilkan tokoh-tokoh yang dari Indonesia saja, untuk lebih lengkapnya bisa mendownload dokumen di bawah ini.
(klo mau protes nama-namanya, ke pihak penyelenggara ya ~>themuslim500.com<~ , saya cuma mempublish disini :))1.Prof. Dr. Tuty Alawiyaah
2. Syafi’i Anwar
3. Azyumardi Azra
4. Haidar Bagir
5. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
6. Syafii Maarif
7. Lily Zakiyah Munir
8. Dr. KH. Achmad Hasyim Muzadi
10. Helvy Tiana Rosa
11. Prof. Dr. M. Din Syamsudin
12. Hj. Maria Ulfah
13. Dr. Nasarudin Umar
14. Abdurrahman Wahid
15. Susilo Bambang Yudhoyono
Edisi 2010:
1. Prof. Tuty Alawiyaah
2. Irfan Amalee
3. Haidar Bagir
4. Abu Bakar Baasyir
5. Anies Baswedan
6. Endy M. Bayuni
7. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
8. Sri Mulyani Indrawati
9. Syafii Maarif
10. Sahal Mahfudz
11. Goenawan Mohammad
12. Husein Muhammad
13. Tri Mumpuni
14. Helvy Tiana Rosa
15. Quraish Shihab
16. Dr. KH. Said Aqil Siradj
17. Prof. Dr. M. Din Syamsudin
18. Hj. Maria Ulfah
19. Dr. Nasaruddin Umar
20. Susilo Bambang Yudhoyono
21. Nani Zulminarni
Edisi 2011:
1. Prof. Dr. M. Din Syamsudin
2. Anies Baswedan
3. KH. Achmad Mustofa Bisri
4. Syafii Maarif
5. Dino Pati Djalal
6. Sahal Mahfudz
7. Dr. Nasaruddin Umar
8. Prof. Tuty Alawiyaah
9. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
10. Quraish Shihab
11. Haidar Bagir
12. Husein Mohammad
13. Sri Mulyani Indrawati
14. Tri Mumpuni
15. Helvy Tiana Rosa
16. Hj. Maria Ulfah
17. Endy M. Bayuni
18. Goenawan Mohammad
19. Abu Bakar Baasyir
20. Habib Rizieq Shihab
21. Dr. KH. Said Aqil Siradj
22. Susilo Bambang Yudhoyono
Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak…
Salman Al Farisi sudah saatnya untuk menggenapkan dien-nya. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Ada keingininan untuk mengungkapkan perasaan dan meminang gadis tersebut.
Ah, rupanya ia tak berani datang sendirian. Ia pun menjadikan Abu Darda, sahabat karibnya untuk menjadi “juru bicara” kepada orang tua gadis tersebut.
“Perkenalkan Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman yang berasal dari Parsi. ”
Salman tetap terdiam, menahan gejolak yang ada di hatinya.
“Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, bahkan ia diberi kehormatan sebagai ahlul bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda,” ucap Abu Darda’ menyampaikan maksud dan tujuan.
“Adalah kehormatan bagi kami menerima kedatangan anda, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.
Gadis itu pun meminta sang ibu untuk menyampaikan isi hatinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini, dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”
“Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya.
Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’.
”Allahu Akbar!” ujar Salman mencoba meluapkan isi hatinya.
”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian,” lanjutnya tanpa ragu.
Luar biasa, ketegaran hati Salman hingga ia mengikhlaskan gadis yang dicintainya di pinang oleh sahabat karibnya sendiri. Bahkan, ia ikhlas menghibahkan seluruh mahar pernikahan yang telah ia bawa bersama Abu Darda.
Ketika kutahu bahwa dia tidak mencintaiku
Dan bahwa cintanya tak pernah tertuju padaku
Maka kuberharap dia tambatkan cintanya kepada yang selain aku
Agar dia merasakan kehangatan cinta dan bersikap lembut padaku.
(Hasan Ibn Hani’ dalam Kitab Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaaqiin)
wanita keadilan
bulan April, identik dengan momentum yang selalu ramai membicarakan tentang perjuangan inspiratif wanita Indonesia.
Semestinya para wanita Indonesia tak hanya belajar pada Kartini, yang ‘curhatannya’ kini melegenda. yang kumpulan surat-suratnya pada sang nyonya belanda kini menjadi icon perjuangan kaum wanita Indonesia. minazzhulumaati ilannuur… habis gelap terbitlah (cahaya) terang…
Para wanita Indonesia seharusnya juga belajar pada Malahayati. Laksamana Wanita pertama di dunia, yang dengan ‘keperkasaannya’ memimpin angkatan laut menumpas tentara Belanda, hingga gugurlah sang jenderal, Cornelis de Houtman…
pada Dewi Sartika, yang gigih memperjuangkan hak pendidikan kaum wanita. hingga dalam usia 10 tahunnya sudah menjadi guru inspiratif bagi teman sejawatnya di kepatihan.
mungkin juga pad Cut Nyak Dien yang dengan setia menemani perjuangan sang suami. yang ‘mahar’ pernikahannya adalah restu sang suami untuk menyertakannya dalam medan perang.
TAPI, para wanita Indonesia juga harus belajar dari bunda Fathimah, Ibunda Imam Syafi’i yang begitu tegar mengasuh sang anak sepeninggal suaminya, hingga lahirlah seorang putra yang hafal Al-Qur’an dalam usia 7 tahun dan sudah menjadi mufti saat usianya 15 tahun.,
juga pada Ummu Sulaim, yang telah mendidik putranya menjadi periwayat hadits paling terkemuka, hingga Rasulullah memberi gelar “singa” pada putranya.
pun begitu juga pada Asma binti Abu Bakr, yang dengan keberaniannya men-supply makanan dalam masa-masa persembunyian Rasulullah dan Ayahnya di gua Tsur, lalu ikut berhijrah dalam kondisi hamil tua yang teramat berat, hingga lahirlah putra Islam pertama di bumi Madinah, Abdullah ibn Zubair.
dan pada Khansa, ibunda para syuhada yang berpesan pada keempat putranya, “..Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup.”
Perjuangan wanita keadilan
menjadi tiang negara dan agama
landasan bagi generasi masa depan
dalam mengayun siap..
songsong fajar islam
melahirkan wanita indonesia
cedas dan bertakwa
berakhlak mulia dan berbudaya
cermin keagungan negara
Damai sejahtera terbentang
menyambut kau berjuang
wanita keadilan
pintunya terbuka untukmu
hai mujahidah
wanita keadilan
_Izzatul Islam_
karena dari para pemimpin hebat dan pejuang tangguh ummat ini ada sosok wanita hebat dibelakangnya yang selalu setia menyemangati dan menginspirasi.
Jum’at Mubarak, 13 -04-12
13.10 WIB
Jum’at Mubarak
Jum’at Mubarak. Kedatangannya memang selalu ditunggu tiap pekan. Bagaimana tidak, ada janji pancaran yang cahayanya bisa memancar dari kaki bumi hingga menuju ke atas langit. Hari yang padanya dijanjikan suatu waktu yang apabila termafaatkaan, maka akan diampuni dosanya antara dua waktu jum’at.
Dan pada pagi hari ini pun ada yang sudah mulai mengejar keutamaan itu. Mulai ‘mencicil’ agar satu surah al kahfi bisa khatam setidaknya sebelum waktu surya tenggelam di ufuk barat sora nanti. Namun, di sisi lain, masih ada yang disibukkan dengan kelalaiannya. Sibuk dalam lalai. Menghabiskan waktu pagi dalam selembaran selimut tebal dengan kelopak mata enggan terbuka lebar.
Ada yang mengeluh “….kesiangan” , namun ada yang sudah bisa mengatakan “…Alhamdulillah sudah khatam pagi ini” . Memang disatu waktu, kadang ada dua fragmen yang berbeda dan bertolak belakang. Manusia dengan keinginan dan kecenderungan masing-masing akan berupaya mengejar standar kehdupannya sendiri. Ada yang cukup bila dunia menjadi standar tertinggi capaian hasil kerjanya, namun juga masih banyak yang menjadikan ‘dunia’ setelah akhir dunia yang lebih abadi sebagai muara segala amalnya.
Kehidupan yang jelas merupakan sebuah tempat persinggahan sementara ini tentunya menjadi pengingat bagi para penghuninya agar ia mempersiapkan diri menjadi penyintas sukses dan mendapat gelar ”khairul bariyyah” (sebaik-baik makhluk) bukan ”syarrul bariyyah” (seburuk-buruk makhluk). Al-Qur’an sudah mencatatkan bahwa memang tak bisa disamakan antara orang yang syukur nikmat dan yang kufur nikmat. Bahkan, al-Quran juga tidak menyetarakan antara orang shaleh dengan orang jahat (fasik). Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang taqwa. Maka, Islam punya konsep kesetaraan sendiri yang jelas berbeda dengan konsep kesetaraan kaum Pluralis Agama.
Semoga di pagi yang cerah ini dalam suasana jogja yang sehangat mentari pagi kita semua terhindar dari golongan orang-orang yang dibenci Allah. Yaitu Kikirnya orang-orang kaya, Takabburnya orang-orang miskin, Rakusnya para ulama, Minimnya rasa malu para wanita, Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta, Malasnya para pemuda, Kejinya para penguasa, Pengecutnya para tentara perang, Ujubnya para zahid, Riya’nya para ahli ibadah.
Ashbahna wa asbahal mulku lillahi walhamduillahi laa ilaha ilallahu wahdahu laa syariikalahu… lahul mulku walahul hamdu wahua ala kulli syaiin qadir.
sakitmu tak sendiri
Sakit, bahkan seorang dokterpun tak mampu mengidentifikasi setiap sakit yang dideritanya, Hingga suatu waktu ia sembuh, dari segala sakit yang lama diderita. Sakit yang bisa memiliki banyak arti, entah itu sakit karena memang dirinya benar-benar sakit, atau sakit karena ia turut merasakan sakit yang diderita saudaranya.
Mungkin sarana penyembuh sakit tak selamanya berwujud jamu, pil, atau obat-obatan lainnya, ia bisa berupa wujud do’a dari saudara yang tak diucapkan secara langsung padanya.
Sungguh, aku demam tapi tak kurasakan demammu
Sampai para penjengukku berbicara tentang keluhmu
Maka kubilang, “Tidaklah demam ini datang menyerangku tanpa sebab, kecuali karena engkau juga terserang demam.”
Setelah hilang ragu dari diriku dengan sebenarnya
Maka Allah pun menyembuhkan aku ketika Dia menyembuhkanmu
Tak hanya sakit, bahkan seorang saudara itu juga bisa menangkap sinya-sinyal lain yang terbaca dalam tempat terpisah jarak.. Ikatan batin antara seseorang dengan saudaranya bisa jadi merupakan sinyal penguat terhebat yang akan turut mentransmisikan gejolak yang terjadi dalam ini saudaranya. Entah itu marah, sedih, senang, bahkan tentang suka dan cinta.
Dua orang yang saling terikat satu sama lain, saling terhubung dengan tali temali ukhuwah yang akan ikut bergetar, disaat satu sisi yang lain bergetar.
Resonansi jiwa, peristiwa ikut bergetarnya jiwa-jiwa lain saat satu jiwa ikut bergetar. peristiwa ikut bahagianya jiwa-jiwa lain saat sang satu jiwa merasa bahagia. peristiwa ikut bersedihnya jiwa-jiwa lain, saat jiwa itu dirundung masalah dan duka.
Jiwa atau ruh itu, yang kata Rasulullah, adalah sebagian dari tentara-tentara Allah akan menyatu dan menguatkan barisan dalam medan perjuangan. Namun bila diantara kedua jiwa itu tidak saling mengenal dan memahami, maka yang terjadi adalah perpecahan dan saling ketersinggungan.
Untuk saudaraku yang sedang sakit, semoga Allah menyembuhkanmu dan menjadi sarana terbaik yang Allah berikan sebagai bentuk kasih sayangNya.
Bermula di Sini
Bermula di Sini
1996 adalah awal yang tidak akan bisa ditawar-tawar. Fakta absolut. Wujud awal Insan Cendekia berdiri di Serpong, Ciater, Serpong. Wujud Insan Cendekia kedua terlahir di Bone Bolango, Gorontalo, setahun kemudian.
Penuh dinamika. Saling mewarnai. Saling memberi. Saling simpati. Saling empati. Ada nuansa. Ada rasa. Ada cita rasa. Dan ada asa. Bukan milikku. Bukan pula kau. Ini milik kami. Kami bersejarah.
Kini kami di puncak pohon kehidupan. Hijau. Rindang. Dan tinggi. Terpaan juga.
Terus tumbuh.
Banyak yang hinggap. Karena aku. Karena butuh. Karena peluang. Karena asa. Karena dunia. Karena atas nama pahala. Karena atas nama bangsa. Karena atas nama Negara. Karena atas nama Islam. Tak terasa kalau mengatasnamakan ‘karena’ itu telah menjadi benalu.
Kini kami di puncak pohon kehidupan. Hijau. Rindang. Dan tinggi. Benalu juga.
Terus tumbuh.
Kami adalah kata yang tidak bisa mewakili kekamian lagi. Karena kami adalah kami yang lebih besar. Kami milik negeri. Kami milik bangsa. Kami milik Islam. Karena ada kata ‘milik’ maka kami bukanlah kami lagi.
Ada kami yang mengaku sebagai bapak biologis. Juga ideologis. Ada kami yang mengaku sebagai ibu yang melahirkan. Juga yang membesarkan. Tak tertinggal pula ada kami yang tiba-tiba mengaku telah meniupkan roh Insan Cendekia, oleh karenanya kami yang lebih berhak mengakui jiwa itu.
Tapi aku yakin. Semua bermula di sini. Kami tetap di sini! Kami Bersejarah! Bukan Benalu!
12 April 2012
Di Sini, di Serpong.
Oleh; Pak Ipik Ernaka
~semoga yang di sana tetap baik-baik saja~
Meski kecil, meski sedikit, tetaplah menebar manfaat….
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit, jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau. Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan. Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, jadilah saja jalan kecil tetapi jalan setapak yang , membawa orang ke mata air. [Douglas Malloch]
Bukan pada besar kecilnya amanah, bukan pula pada tinggi rendahnya posisi. Nilai kita di mata Sang Pencipta hanyalah dilihat dari ketaqwaannya. Seberapa jauh ia memahami hakikat kehidupannya ini. Adakah hanya sekedar singgah sementara, atau kemudian terlena dengan segala gemerlapnya dunia.
Kita hidup berdampingan dengan orang lain. Berkoloni dan membetuk sebuah entitas masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi banyak kepentingan, banyak karakter, banyak hal yang membuat kita kadang menjadi asing dalam komunitas tersebut.
Tapi, tidakkah pernah kita sadari bahwa keberadaan kita di dunia ini, interaksi dengan berbagai karakter manusia menuntut kita untuk bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi lingungannya. Tak hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.
Kita punya potensi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sementara di sisi lain orang lain pun juga memiliki potensi dalam bidang yang mungkin tak sama dengan diri kita. Oleh karenanya keseluruhan potensi itu seyogyanya menjadi sebuah gabungan potensi besar untuk memberikan kebermanfaatan yang lebih besar pula. Tak pandang apa posisi kita di mata mereka, tak melihat strata social yang ada, karena tiap diri kita pasti memiliki pos aktualisasi potensi yang mungkin berbeda dengan orang lain.
Belajarlah dari melati, ia tak pernah iri melihat bunga matahari yang tinggi menjulang, atau pada anggrek yang begitu anggun, atau pada tulip dengan aneka warna yang dimilikinya. Melati sadar, bahwa ia tak seperti bunga yang lain, dan memang tak perlu untuk disamakan. Tapi ia tetap memiliki misi yang sama dengan bunga yang lain, memberikan keharuman pada sekelilingnya..
Meski kecil, meski sedikit, tetaplah menebar manfaat….
Karena Allah tak melihat besar kecilnya jumlah kita, tapi keberkahan dan manfaat yang bisa dirasakan orang lain dengan adanya kita.
NtMS Selasa Sore, 10 April 2012
Jika Nafsu…
Jika nafsu mencampuri ilmu, maka dia akan mendorong pelakunya kepada perbuatan bid’ah dan kesesatan.
Apabila nafsu mencampuri zuhud, maka dia akan membawanya kepada riya’ dan menyalahi sunnah.
Jika nafsu mencampuri hukum, maka akan mengakibatkan kezaliman dan melenyapkan kebenaran.
Jika nafsu mencampuri urusan pembagian, maka akan terjadi ketidakadilan dan kebohongan.
Dan Jika nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarrub kepada-Nya.
Kutipan dari cover buku Raudah Al -Muhibbin
selembar kertas menjelajah kalimantan
Foto Ketua DPD PKS Berau, Kalimantan Timur…
Foto itu memotivasi saya untuk bisa memberikan sesuatu yang lebih berharga bagi orang lain. Bukan menyimpannya sendiri dalam tumpukan diary lusuh.
Meski masih sangat kecil dan masih sangat sedikit, tapi ikhtiar kita untuk bermanfaat bagi orang lain harus terus terpatri dalam diri.
“Khairunnas anfa’uhum linnaas.”
Syukur Alhamdulillah, meski saya belum pernah sekalipun menjejak Kalimantan, akan tetapi saya bisa hadir di forum tersebut yang terwakilkan dalam selembar kertas putih yang sedang dbacanya.
selesai dengan diri sendiri
para penyeru kebaikan itu harusnya sudah selesai dengan dirinya sendiri:
Tidak lagi bertanya kenapa, bagaimana, untuk apa….
Akan tetapi ia sudah mulai berkerja sepenuh daya untuk ummat yang di cintainya.
Kalau belum terjawab, maka pertanyaan tersebut akan terus berulang:
kenapa saya di sini?
untuk apa amanah ini, da kenapa hanya saya sendiri?
bagaimana dan dengan apa memulainya?
memang sulit mencari edelweiss di tepi pantai.
mengharapkan diri menemukan deretan pohon kelapa di tepi pantai itu mudah, atau sekedar melihat bongkahan buahnya yang entah berasal darimana itu sangat mudah.
ada beda karakteristik antara pantai dan pegunungan. keduanya memang tak bisa disamakan. bagi sebagian orang memang lebih tertarik mendaki dalam ketinggian daripada berlelah menyusuri pantai tepian.
dari puncak gunung kita memang bisa melihat semuanya. melihat perbukitan, jalan, lembah, bahkan lautan. Tak seperti dipantai. Mereka yang sehari-harinya harus berpanas-panasan, mendengar debur ombak bersahutan takkan mungkin bisa melihat keseluruhan panorama indah di sekelilingnya, paling hanya batas tipis samudera di kejauhan atau puncak gunung yang kadang tertutup awan.
di tepi, sulit menemukan air-air segar seperti mata air pegunungan, karena air di tepi pantai hanyai “SISA”. Sisa dari air-air yang sudah terlanjur diambil dalam perjalanan meluncur dari pegununan hingga pantai tepian. karena pantai hanya dapat sisa tersebut, jangan berharap sama antara pantai dan gunung.
cobalah adil dalam memandang pantai dan gunung: memang tak mudah dan bahkan tidak bisa menemukan bunga seperti karakter edelweiss di tepi pantai, tapi masih ada banyak bunga-bunga lain yang tumbuh bermekaran di sana. mungkin bunga-bunga tersebut teracuhkan, merasa tak dianggap keberadaannya. dan lama-lama tergerus ombak yang menyeretnya dalam lautan.
memang sulit mencari edelweiss di tepi pantai, bahkan bukan sulit tapi tak mungkin.
Apa yang dicari, Mungkin saat ini ada di dekat kita…
terkadang ada rasa iri melihat orang lain begitu bahagia. merasakan nikmat yang datang padanya, padahal kita pun juga pernah mendapat nikmat serupa. hanya saja, dalam kadar yang berbeda atau bisa jadi dalam pergiliran waktu yang tak sama.
terkadang, kita begitu lelah mencari sesuatu kesana kemari, mengorbankan seluruh daya upaya yang hingga waktu yang tak berujung, padahal apa yang dicari sebenarnya sudah kita miliki.
pun terkadang, terselip rasa bangga bila mengakui sesuatu itu seakan sudah menjadi milik kita, padahal sejatinya ia belum menjadi milik kita. dan tak kan pernah seutuhnya termiliki.
ah, terkadang hati pun merasa kehilangan atas apa-apa yang memang belum kita miliki. atau bahkan diri ini merasa hilang kenikmatan, padahal nikmat itu masih ada, terjaga dan melekat dalam diri kita.
hmm, apa yang dicari, mungkin saat ini ada didekat kita. Bahkan bisa sangat dekat… Ia sangat dekat.
Refleksi: Allah Mendidik Kami dengan Jalan ini
Pentingnya memahami kaidah pertengahan…
Sungguh terasa saat kita berbaur dengan berbagai macam warna. Saat perjuangan itu mulai membesar, Allah berikan masalah untuk menyaring & menyeleksi siapa di antara para pejuang yang tetap bertahan. Saat saringan itu mulai menampakkan hasilnya, Allah akan buka kembali berbagai kemudahan bagi perjuangan itu, jika mereka layak mendapatkannya. Saringan itu berupa bibit-bibit kekecewaan, ide yg tak terpakai, terpaan berita buruk, hingga harta & tahta. Tidak ada ujian yang terlalu mudah.
Tahun ‘99, kita telah menyaksikan ujian itu. Banyak yang bergelimpangan, terlempar ke luar karena tekanan yang begitu kencang pada perjuangan ini. Semangat yang begitu tinggi, harapan yang amat besar, benar-benar membuat syok jiwa-jiwa yang tak siap menerima kecilnya dukungan saat itu. Sebagiannya pun berlarian, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Inikah jalan itu? Jalan yg diyakini itu? Ini terlalu berat…
Namun perlahan tapi pasti, keyakinan itu mulai tampil. Kita tidak berjuang sendiri dan berjuang tidak untuk diri kita sendiri saja. Ada yang berkata “bukan ini jalannya!” karena tak ingin menahan beban yang sama di kemudian hari. Namun ada yang tetap tersenyum dalam duka. Dan seleksi Allah pun berlaku. Tertatih-tatih, langkah-langkah perjuangan harus tetap dilakukan, meski sebagiannya memilih jalan berbeda. Kami sadar, jalan berbeda itu belum tentu salah. Namun inilah yang telah kami pilih. Tiada kata mundur, apalagi bubar. Tetap maju.
Belajar dari pengalaman, begitulah tauladan Rasul. Ternyata, saat itu, tidak banyak yang mengenal kami, dan apa yg ingin kami berikan tuk negeri. Tidak ada jalan lain, perjuangan harus menggunakan kelebihan sang pejuang. Maka, turunlah ribuan dari kami memperkenalkan gerakan ini. Kami pun mengetuk jutaan pintu, berkelana dari satu gunung ke yang lain, masuk pedalaman, menyeberangi perairan. Memperkenalkan diri. Kami keluarkan isi kantong untuk menghidupi perjuangan ini. Berusaha tabah atas beraneka sambutan masyarakat yang ingin kami perjuangkan. Tiada keharusan bagi siapa pun untuk menerima apa yang kami sampaikan, namun kami mengharuskan diri untuk menyampaikannya. Dengan berbagai resikonya.
Saat itu, optimisme itu begitu menggairahkan. Menyeruak, ingin sekali kami berikan apa yang kami punya untk negeri. Sebagiannya pun berlarian, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Inikah jalan itu? Jalan yang diyakini itu? Ini terlalu berat…
Kami sadar, kami masih tampak sebagai anak kecil yang manis, polos dan lugu tanpa beban. Biarlah semua anggapan itu. Yang penting berjuang. Perlahan kami berjalan, tersaruk-saruk & berulang kali menabrak tembok. Belajar dengan tergagap-gagap, sungguh banyak jebakan tertebar di dalam. Setelah kesulitan, ada kemudahan…
Allah gerakkan kami melompat cukup jauh. Mengokohkan wujud, bersiap untuk semakin mewarnai. Dan kembali Allah terapkan seleksinya atas perjuangan ini. Berbagai masalah yang tak terbayangkan muncul tiba-tiba, mengejutkan semua orang. Makin tinggi pohon, makin kencang terpaannya. Kami tidak mengaku tinggi, namun terpaan itu makin kencang terasa. Anak kecil manis yang lugu itu mulai tumbuh dewasa. Ia mulai belajar bersikap. Dan sebagian orang mulai menganggapnya berbahaya. Para pimpinan kami, adalah beliau-beliau yang telah bertahun-tahun lamanya mengorbankan banyak hal untuk perjuangan. Kami mencintai mereka semua. Mudah menyalahkan saat tidak berada di dalam. Tapi ketika hati-hati itu berpadu dalam doa, sungguh rasa syukur itu takkan terlupa selamanya.
Cerita belum berakhir, yang masuk akan makin banyak, yang tersaring juga akan ada. Semoga kita diberi kebaikan, di mana pun kita berada. Partai hanyalah sarana. Dengan atau tanpanya, perjuangan tetap berjalan. Politik adalah pilihan yang telah diambil. Sekarang, waktunya berjuang!
oleh: admin @PKSJerman
ketika peribahasa berubah menjadi “Unzhur Man qaala walaa tanzhur Ma qaala”
banyak orang yang hanya mempermasalahkan “kulit”. ketika seseorang sudah benci pada suatu golongan, maka apapun pernyataan yang dikeluarkan oleh orang-orang dari golongan itu akan serta merta langsung diuapkan, tak berbekas. kata-katanya diacuhkan meski itu berupa kebenaran.
logikanya sudah mendahului pandangan hati, sehingga emosinya berjalan lebih didepan ketimbang hati nurani. peribahasa “unzhur maa qaala wa laa tanzhuur man qaala” kini berubah menjadi “unzhur man qaala walaa tanzhur ma qaala.”
Saat itulah peribahasa berubah dari “lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang mengatakan” berubah menjadi “lihatlah siapa yang mengatakan jangan melihat apa yang dikatakannya.”
laskar andromeda 17
inilah kelompok aneh… super aneh…
bayangpun, dalam waktu 7 bulan, 4 personelnya memberi #kabarbaik…
Dan kemudian piala bergilirpun begitu cepat berpindahnya:
1. -maaf sudah terisi- Madiun, Oktober 2011
2. -maaf terisi juga- Kertosono, Nopember 2011
3. -sorry akh bro ane duluan- Kuningan, Desember 2011
4. -yang sabar ya akhi ini bagian ane- Kebumen, April 2012
5. (masih kosong)
6. (masih kosong)
7. (masih kosong)
8. (masih kosong)
9. (masih kosong)
10. (masih kosong)
11. (masih kosong)
12. (masih kosong)
hayoo tinggal pilih, rentang antara nomor 5 sampe nomor 12. sepertinya angka 8 itu bagus deh. biar cocok sama lambang padi emasnya. 😀
antara awal dan akhir
cdnoult blveiee taht I cloud aulaclty uesdnatrnrd waht I was rdaenieg. The phaeonmneal pweor of the hmuan mnid, aoccdrnig to a rscheearch at Cmaabrigde Uinervtisy, it doeosn’t mttaer in waht oredr the ltteers in a wrod are, the olny iprmoatnt tihng is taht the frist and lsat ltteer be in the rghit pclae. The rset can be a taotl mses and you can still raed it wouthit a porbelm.
Tihs is bcuseae the huamn mnid deos not raed the ervey lteter by itslef, but the wrod as a wlohe. Amzanig huh? Yaeh and I awlays tghuhot slpeling was ipmorantt! If you can raed tihs psas it on !!
Akhirnya, selesai juga ngetik kata-kata di atas, bayangkan untuk menulis kata-kata tersebut paling tidak bisa 3 kali lebih lambat dibanding tulisan normal pada awalnya.
Sebuah rangkaian kata yang diotak-atik sedemikian rupa sehingga keseluruhan kalimat tersebut itu bisa dibaca sempurna meski huruf-hurrufnya berurutan secara tidak lazim.
Namun, ada yang menarik dalam rangkaian kata-ata di atas. Betapapun hurufnya dibolak-balik, akan tetapi huruf awal dan akhirnya selalu diusahakan tetap seperti kata normalnya. Mengapa? karena awal dan akhir akan sangat menentukan bagaimana kita mengeja secara keseluruhan kata tersebut. Artinya, sepanjang kita mengetahui awal dan akhir katanya, hal tersebut akan relatif lebih mudah untuk dibaca meski huruf pertengahnnya berubah secara dinamis.
Dalam kehidupan ini, ada manusia yang tidak memikirkan akan kemana akhir yang akan ia tuju. Manusia terkadang lupa, bahwa keberadaannya di muka bumi ini pasti ada awal dan akhirnya. Ada awal bagaimana ia diambil janji setia kepada Sang Pencipta, sehingga ketika ruh itu ditanya “alastu bi rabbikum?”, lalu ruh itu menjawab “qaaluu balaa syahidnaa”.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf : 172)
Ketika kita menyadari kembali awal mula penciptaan kita sebagai manusia, maka rasa syukur itulah yang harus senantiasa terucap atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya. Bahwa keberadaan kita di dunia ini mempunyai misi untuk menjalankan amanah sebagai khaliffah dan abdullah. Sehingga, fondasi dasar kepahaman akan amanah yang Allah berikan kepada manusia adalah untuk senantiasa meningkatkan kedekatan diri kita kepadaNya.
Selanjutnya, kita pun harus menyadari bahwa ada batas waktu yang telah Allah tetapkan untuk keberlangsungan hidup kita di dunia ini. Ada limit hingga yang menjadi titik akhir berakhirnya amanah manusia di muka bumi.
‘Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali-Imran: 185)
Saat kita mampu memahami awal dan akhir hidup di dunia ini, insya Allah segala dinamisasi kehidupan akan dapat tetap terbaca sesulit apapun. Liku kehidupan adalah sesuatu yang harus dihadapi, karena hal tersebut adalah untuk menguji kita apakah kita mampu tetap bisa membaca esensi kehidupan ini.
Wallahu A’lam
Sleman, 5 April 2012
Komentar Terbaru