Bermula di Sini
Bermula di Sini
1996 adalah awal yang tidak akan bisa ditawar-tawar. Fakta absolut. Wujud awal Insan Cendekia berdiri di Serpong, Ciater, Serpong. Wujud Insan Cendekia kedua terlahir di Bone Bolango, Gorontalo, setahun kemudian.
Penuh dinamika. Saling mewarnai. Saling memberi. Saling simpati. Saling empati. Ada nuansa. Ada rasa. Ada cita rasa. Dan ada asa. Bukan milikku. Bukan pula kau. Ini milik kami. Kami bersejarah.
Kini kami di puncak pohon kehidupan. Hijau. Rindang. Dan tinggi. Terpaan juga.
Terus tumbuh.
Banyak yang hinggap. Karena aku. Karena butuh. Karena peluang. Karena asa. Karena dunia. Karena atas nama pahala. Karena atas nama bangsa. Karena atas nama Negara. Karena atas nama Islam. Tak terasa kalau mengatasnamakan ‘karena’ itu telah menjadi benalu.
Kini kami di puncak pohon kehidupan. Hijau. Rindang. Dan tinggi. Benalu juga.
Terus tumbuh.
Kami adalah kata yang tidak bisa mewakili kekamian lagi. Karena kami adalah kami yang lebih besar. Kami milik negeri. Kami milik bangsa. Kami milik Islam. Karena ada kata ‘milik’ maka kami bukanlah kami lagi.
Ada kami yang mengaku sebagai bapak biologis. Juga ideologis. Ada kami yang mengaku sebagai ibu yang melahirkan. Juga yang membesarkan. Tak tertinggal pula ada kami yang tiba-tiba mengaku telah meniupkan roh Insan Cendekia, oleh karenanya kami yang lebih berhak mengakui jiwa itu.
Tapi aku yakin. Semua bermula di sini. Kami tetap di sini! Kami Bersejarah! Bukan Benalu!
12 April 2012
Di Sini, di Serpong.
Oleh; Pak Ipik Ernaka
~semoga yang di sana tetap baik-baik saja~
Komentar Terbaru