Praaaaak!!!


“Innalillahi wa inna ilaihi Raaji’un, Kullu Nafsin dzaa-iqatul maut.”

Kalimat itulah yang menjadi pembuka bagi ustadz Hidayat saat melepas kepergian ibundanya, Ibu Hj. Siti Rahayu di rumah duka tak jauh dari stasiun Brambanan.* Seperti yang dikutip oleh tribunnews.com “Ibunda merupakan sosok yang menyayangi putranya dan mendukung kami dalam beragam kegiatan. Hingga usianya lanjut, dia masih aktif berorganisasi. Meski peduli dengan organisasi tapi dia tidak memiliki pembantu untuk mengurusi anak-anaknya.”

Ratusan orang terlihat menghadiri pelepasan jenazah dan juga ikut mengiringinya hingga ke lokasi pemakaman. Ada banyak karangan bunga dan ucapan belasungkawa dari berbagai instansi dan pejabat yang turut berduka cita atas meninggalnya ibunda ustadz Hidayat dalam usianya yang ke-79 itu. Iring-iringan Kepanduan juga mengawal mobil jenazah selama dalam perjalanan dari rumah duka menuju pemakaman.

Almarhum dimakamkan berada satu baris dengan keluarganya yaitu ayah dan istri ustadz Hidayat. Prosesi pemakaman berlangsung cukup khidmat meskipun dalam kondisi cuaca yang teramat terik.

Alhamdulillah, saya dan beberapa rombongan berkesempatan untuk kembali menyaksikan ke-Maha Besar-an Allah yang Maha Kuasa atas hamba-hambaNya, Ia Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan, atas kehendakNya lah kita semua pasti akan dipanggil di waktu yang sudah ditentukan. Kematian merupakan suatu hal yang pasti. Pasti akan menimpa seluruh makhluk-Nya di bumi. Sesehat apapun dan sebugar apapun tubuh kita saat ini, tak ada yang menjamin bahwa kematian masih jauh menghampiri kita.

Dan, dalam perjalanan pulang dari Prambanan menuju kampus siang ini, saya jugaa diingatkan olehNya akan kematian yang bisa saja menghampiri kita sewaktu-waktu. Di saat motor sedang melaju kencang bersama iringan kawan-kawan mahasiswa yang lain, tiba-tiba ada motor yang melintas mengambil jalur kanan, tanpa memberi isyarat terlebih dahulu. Dan akhirnya, Praaaaak!!!!!

Ah, sudah sampai di sini saja ceritanya. Semoga tiap diri kita senantiasa mengambil hikmah atas segala kisah yang terangkai dalam kepingan waktu yang tersisa ini.

*) saya baru ngeh klo ternyata yang bener itu Stasiun Brambanan, bukan Stasiun Prambanan.

Jogja, 21 Mei 2012

22.08 WIB

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: