menokohkan orang yang siap untuk ditokohkan…
kadang ribet juga ya ketika kita mau menokohkan orang, tapi orang yang mau ditokohkan itu tidak siap dan tidak mau untuk ditokohkan. Jadinya ya ibarat cinta yang bertepuk sebelah tangan. Satu sisi orang tersebut ingin diorbitkan, tapi di sisi lain ianya sendiri merasa tidak pantas untuk diorbitkan.
He2, sebenernya ini sih hanya masalah citra. Bagi kita yang ngakunya ‘aktivis’ memang nggak lazim kalau melalukan ini itu hanya untuk pencitraan.
Tapi pencitraan yang saya maksud di sini bukan mengarah ke sana. Pencitraan yang dimaksud lebih pada syiarnya. Beda kan antara citra dengan syiar. Orang yang melaksanakan ibadah tapi sembunyi-sembunyi itu baik. Orang yang berbuat-baik tapi sembunyi-sembunyi itu baik. Orang yang sedekah dengan tangan kanannya tapi tangan kirinya gak tau itu juga baik.
Nah, masalahnya kan bukan si orang itu yang memberitahu ke orang lain tentang amalnya. Tapi kita menyebarkan kebaikannya karena kita yang melihat dan merasakan manfaat kebaikan dari orang tersebut.
Orang itu mah gak usah tau kalau kebaikan-kebaikannya telah kita syiarkan ke orang lain (nah ini sembunyisembunyi juga kan? :)). Biarkan ia ikhlas dengan amalnya, dan kita yang turut mengajak orang lain agar seperti dia.
Misalnya, ada dosen yang tiap malam tahajud, paginya duha, tilawah 1 juz perhari, tapi jurnalnya bejibun di google scholar, nah kalau amal istimewanya itu gak disyiarkan, ya orang-orang mungkin hanya tau dia dosen yang semalam suntuk belajar, aktivitasnya hanya untuk ngajar, ngampus, neliti. itu tok….
Padahal ada sisi-sisi ruhani yang sebenarnya menjadi fondasi utama atas kesuksesan yang diraihnya.
dan hari ini, alhamdulillah kami menemui orang yang siap untuk ditokohkan. artinya di memang punya kapasitas yang layak untuk ditokohkan, bukan sekedar menokohkan tapi kosong isinya.
Blimbingsari, 26 Mei 2012
23.48 WIB
Komentar Terbaru