Cinta tak berbalas…


Sai’d ibn Abdullah ibn Rasyid mengisahkan -seperti yang ditulis oleh  Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam kitab Raudhatul Muhibbin– bahwa ada seorang gadis yang jatuh cinta kepada seorang pemuda yang terkenal dan sangat cerdas. Awalnya, ia mencintai pemuda tersebut dalam hening, namun akhirya ia memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang terpatri dalam hatinya kepada pemuda itu.

Diabaikan. Ya. Pemuda tersebut ternyata menunjukkan sikap biasa saja terhadap gadis itu karena tak muncul getar-getar cinta dalam hatinya, hingga akhirnya sang gadis merasa sangat kecewa dan terpukul hatinya. Kekecewaannya berlarut-larut hingga mengantarkan diri sang gadis dalam kondisi sakit berkepanjangan. Makin hari, sakitnya bertambah parah hingga sang ibu tak rela melihat putrinya tersebut.

Ibu gadis itu lalu mendatangi pemuda tadi lalu memnitanya untuk menjenguk barang sebentar saja. Mungkin kehadiran pemuda itu bisa sedikit mengobati sakit dan sedih sang gadis.

“Penyakit putriku sudah semakin parah, sudilah jika kamu menjenguknya.”

si pemuda tadi ternyata masih enggan untuk menemui sang gadis,

kembalilah kepada putrimu dan aku titipkan salam padanya ‘bagaimana keadaanmu sekarang’?”

maka, pesan sang pemuda tadi disampaikan kepada gadis itu.

“Ia bertanya kepadaku tentang penyakitku? Padahal dialah yang menjadi penyebab sakitku.   Aneh.” kata sang gadis kesal ketika ibunya menyampaikan salam itu.

Lalu, si ibu untuk kedua kalinya mendatang pemuda itu, hingga akhirnya pemuda tersebut bersedia untuk menemui sang gadis.

Kabar tersebut lalu disampaikan kepada putrinya, hingga membuat putrinya menangis tersedu. Bukan karena tak gembira, tapi ia kecewa kenapa baru saat ini pemuda itu menemuinya, disaat raganya sudah semakin tak berdaya.

Dia membuatku jauh meskipun dekat dan bisa bersua dengannya

Hatinya baru terbuka saat aku tiada berdaya

Aku tak sudi mendatangi tempat orang yang membunuhku

Biarkan aku mati dengan memikul derita yang pilu

Tak lama setelah itu, sang gadis menemui ajalnya, dalam keadaan menaruh segenggam cinta tak berbalas dari pemuda itu.

Memang, cinta telah membuat sang pecinta rela mengorbankan dirinya dan menaruh harap pada yang dicintainya. Bahkan jiwanya pun rela terkorbankan untuk menanti sebuah kata cinta yang dicintainya.

Cinta itu -kata Tsumamah ibn Asyras- adalah teman duduk yang menyenangkan. Cinta yang meluap-luap (al ‘isyq) adalah pendamping yang lemah lembut, dan pemegang kekuasaan. Jalannya begitu lembut, mazhabnya begitu absurd, dan hukum-hukumnya terus mengalir.

Bila cinta tak berbalas, biarkan cinta itu terbang mengangkasa menemukan cinta yang takkan pernah membuat kita kecewa.

Sleman, 5 Juni 2012

12.20 WIB

*maaf sodara-sodara sy lagi gak galau, cuma lgi pengen nulis tema ini aja. hoho

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

2 responses to “Cinta tak berbalas…”

  1. aerodest says :

    hakakakaka XD
    galau detected 😛

Tinggalkan Balasan ke aerodest Batalkan balasan