Dilema #1: Dialog Petani dan Pendaki


Seorang petani sedang berpeluh dalam keringatnya.. membajak sawah menaburkan benih dan memperbaiki irigasi di sekelilingnya…. di kejauhan tampak terlihat gunung yang begitu Indah. Pesonanya mirip sekali seperti gambar anak-anak SD ketika diminta menggambar pemandangan oleh gurunya…

Sang Pendaki, ternyata dulu juga adalah petani, pernah merasakan teriknya mentari di tengah sawah, kubangan lumpur yang membasah dan tetes keringat yang tercurah.

Dua kondisi yang berbeda…. yang satu hanya bisa melihat gunung dari kejauhan.. di bawah… yang satu lagi bisa menjejak hingga bukit gunung. dan terlebih lagi sang pendaki bisa melihat hamparan sawah yang begitu indah, begitu luas dengan undak sengkedang berlapis-lapis.

Seketika keheningan berubah jadi amarah…

“Hei pak tani…. yang bener dong mengurusi sawahnya itu banyak padi menguning yang belum dipanen, banyak  lahan yang belum dibajak, banyak irigasi yang mampet, banyak lahan justru gagal panen… ngapain saja sih kerjaanmu?”

“Hai, bung engkau tidak tahu bagaimana sulitnya menggarap lahan berhektar-hektar ini dengan petani yang SEDIKIT, engkau tidak mengerti bagaimana kami dipusingkan dengan hama-hama dan cuaca yang tak menentu.”

“Lho, buktinya dulu saat aku jadi petani, aku bisa bisa saja tuh mengurusi lahanku, padinya tumbuh baik, hasil panenpun meningkat, tak ada hama-hama yang menghantui.”

“iya, itu DULU, beda dengan SEKARANG.”

Memang sih, seorang pendaki, dia ada di bukit yang tinggi, bisa melihat dari ketinggian yang mampu melihat kondisi keseluruhan pemandangan yang ada di bawahnya, tapi ia yang di ketinggian itu tak mampu memahami detail kondisi di lapangan, betapa sulitnya kondisi saat ini saat cuaca semakin tak menentu, saat penyakit-penyakit tanaman semakin beranekaa ragam… masalah yang lebih kompleks dibandingkan zaman dahulu… Sang petani menyadari, dia masih di pematang sawah, yang dilihatnya tak seluas cakrawala sang pendaki, tapi hanya satu yang diminta seorang petani itu.. PENGERTIAN… itu saja sudah cukup

sekian ah, random banget tulisan ini… hanya sebagian kecil mungkin yang mengerti maknanya…

malam ke-17 ramadhan

Kontrakan yang semakin sepi ditinggal penghuninya

About jupri supriadi

unzhur maa qaalaa walaa tanzhur man qaalaa

2 responses to “Dilema #1: Dialog Petani dan Pendaki”

  1. Imron Rosyadi says :

    Sang Pandaki ini yang dimaksud adalah “atasan” ya?? 🙂

  2. aerodest says :

    wah…saya jadi menebak-nebak siapa pendaki dan siapa petani niiih 😮

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: