Archive | September 2012

Skripsi adalah cinta… dan cinta akan meminta segalanya darimu…


Skripsi adalah cinta. Dan cinta akan meminta segalanya darimu. Mulai dari berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan isi mimpimupun tentang skripsi. Tentang wisuda yang selalu dinanti. #SemangatSkripsi

Press Release


Engkau boleh kagum pada seseorang, engkau boleh suka padanya, tapi simpan rasa cintamu hanya untuk dia yang nantinya akan benar-benar menjadi pendamping hidupmu selamanya.

Allah penyimpan segala misteri, kita tak pernah tahu apa kehendaknya nanti. boleh jadi ia akan mempertemukan kita dengan seseorang yang sama sekali belum pernah kita mengenal namanya, belum pernah bertemu dengannya.

Karenanya, minta, harap dan mohonlah CintaNya, agar ia mempertemukan dengan setetes cinta di dunia ini pada seseorang dan waktu yang tepat.

Dilema #7: Saat kerja kita tak pernah dihargai…


ada 3 grup ‘pembantu’ di sebuah rumah mewah pejabat. yang satu dibagian security penjaga pintu gerbang, yang satu bagian ruang tamu dan penyiapan segala akomodasi perjamuan untuk para tamu dan yang terakhir di bagian dapur dan masak-memasak…ketiganya terikat kontrak untuk menyelesaikan tugasnya kepada agen yang telah mempekerjakannya di rumah tersebut,,

pembantu bagian security tugasnya menjaga keamanan rumah dan menjadi garda terdepan dalam penyambutan tamu, artinya sebelum ada tamu yang masuk, pasti akan berinteraksi dengan bagian security. pun begitu juga bagian reservasi ruang tamu yang sering menyambut  di pintu ruang tamu, mempersilahkan masuk dan tak jarang ikut bersamaan dengan sang majikan saat mempersilahkan jamuan makannya. Beda lagi dengan pembantu yang ada di dapur,, mereka tak terlihat. kerja-kerjanya sunyi…. tak terlihat oleh tamu, tak terlihat oleh majikan, hingga wajarlah bila tamu tak mengenali mereka.

Hingga suatu ketika, saat ada tamu penting di rumah itu terdengar celetukan,

“kok sayurnya hambar ya?” 

“kok tiap kami bertamu ke sini menunya ini terus ya?”

“kok nasinya belum matang ya?”

… dan kok kok yang lain hingga si tuan rumah merasa tersindir.

Seketika tamu itu sudah pulang, sang tuan rumah kemudian memanggil pembantu bagian dapur hendak dimarahi atas keteledorannya.

“tadi, saya mendengar laporan dari para tamu, kalau….. bla-bla-bla……. Apa saja sih yang kalian kerjakan di dapur, masa tinggal masak aja nggak mampu, kalian sudah diberikan pekerjaan di posisi itu oleh agen kalian.”

“terkait masakan tadi, kami minta maaf tuan atas kecerobohan kami. Jujur kami sudah berusaha maksimal untuk menyediakan masakan yang terbaik, tapi banyak sekali pekerjaan kami di dapur sehingga kami terkejar deadline yang sangat banyak. kami masih harus berurusan dengan kebersihan bagian belakang rumah tidak hanya bagian dapur, kami harus menyiapkan masakan dan menu-menu lainnya dengan waktu yang singkat dan.. satu hal yang perlu tuan pahami, kami yang di dapur ini tak lebih dari dua orang, kami jujur tidak sanggup mengerjakan tugas-tugas menumpuk di dapur dengan kondisi seperti ini. sehingga…. nasi yang seharusnya belum matang benar, terpaksa kami angkat, sehingga …. sayur-sayuran yang kami masak terlupa dimasukkan garam, sehingga…. kami tak sempat membuat menu-menu lainnya yang butuh waktu lama untuk membuatnya. Maaf, tuan sendiri yang pernah bilang… kalau kami tidak mengurusi perihal beli-membeli bahan makanan. tugas kami di dapur hanya MENGELOLA bahan yang sudah tersedia saja.. kami sadari kami memang tidak mampu, kami sadari kami memang banyak salah, tak mampu mengerjakan tugas dengan baik tapi cobalah tuan mengeti kondisi kami. Setiap ada kegiatan bersih-bersih halaman depan dan ruang tamu, kami dilibatkan daan diharuskan untuk ikut, tapi ketika berurusan dengan bagian belakang, hanya kami berdua, tidak lebih. Ketika kelima kawan-kawan kami bekerja di bagian luar, kami sadari pekerjaan mereka juga melelahkan dan sangat berat untuk mengecek agar jangan sampai ada tamu sembarangan yang masuk, supaya keamanan rumah ini terjaga. Kami hormati tugas dan peluh mereka di luar sana. Kami tak butuh belas kasih, kami hanya ingin dimengerti, bahwa tugas kami dan mereka berbeda. meskipun demikian, ada kesamaan komitmen yang ingin kita berikan, bahwa kami mengabdi untuk bekerja di rumah ini sesuai dengan kontrak yang telah kami sepakati bersama. Tuan, sekali lagi kami mohon maaf, selama ini tuan seringnya hanya melewati kawan-kawan kami yang berada di depan dan ruang tamu, tapi jarang sekali tuan melihat kondisi dapur, sehingga kerja-kerja kami tak pernah dilihat dan dihargai… Sekali lagi, kami tak ingin dihargai, karena kami tak butuh penghargaan itu, Tuan hanya melihat kerja-kerja mereka yang terlihat karena tuan dekat dengan mereka, sedangkan kami? ah….”

“ah.. alasan….”

“maaf tuan, kalau tuan tak menerima alasan kami, lebih baik kami mengundurkan diri saja dari pekerjaan ini, kami tak akan lagi menggunakan hak-hak yang selama ini tuan berikan.”

“nggak bisa, kalian harus berbenah. kalian sudah saya kontrak di awal sampai setahun ke depan”

“dengan kondisi dan tuntutan seperti ini?.”

“iya….”

“tapi tuan………..”

kadang, untuk membuat orang lain menghargai kerja kita, kita harus mengerjakannya langsung di hadapan mereka. jika tidak, semuanya ‘sia-sia’….. ya,,, ‘sia-sia’ di mata manusia, tapi insya Allah takkan pernah sia-sia di hadapanNya….

Ya Rabb… jika ini adalah ujian bagi kami, berikan kami hati yang lapang untuk menerimannya. Jika ujian itu berat, berikan punggung yang kuat bagi kami untuk memikulya. Jika ujian ini terlalu lama, berikan keistiqomahan kami untuk terus berada di jalanMu… lillah, fillah, ilallah….

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?


NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika tiap hari engkau berlimpah rezeki..

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika hati dan pikiranmu masih terpaut untuk mendekat padaNya…

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika Dia masih menutupi aib dan kealpaanmu di hadapan manusia…

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika udaranya masih kau bisa kau hirup, jika dinginnnya malam masih bisa kau rasakan….

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika tiap kata masih mampu terucap dan keluar dari lisanmu..

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika tiap status, tulisan dan kalimat demi kalimat lainnya masih bisa kau ketikkan dengan jemarimu…

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Jika kakimu masih bisa melangkah ke masjid sementara ada diantara manusia yang lumpuh, namun tak menyurutkan langkahnya ke masjid..

NikmatNya yang manakah yang kan kau dustakan?

Alhamdulillah, hari ini tellah melewati juz yang kata orang juz psikologis…, kalau sudah berhasil melewatinya insya Allah dimudahkan untuk menghafal juz ke-2 ke-3 dan seterusnya…

Allahummar hamna bil Quran
waj’alhu lana imaamau wa nuurau wa hudaw wa rahmah
Allahumma dzakkirna minhu maa nasiina
wa ’allimna minhumaa jahiilna
warzuqna tilaawatahu
aana al laili wa athrofannahar
waj’alhu lana hujjatan
Yaaa rabbal ‘alamiin

Dilema #6 : Selamanya tetap cinta, meski tak ada lagi yang mencinta


sebuah perusahaan multinasional mempunyai jajaran direksi yang berasl dari 3 kampus ternama di Indonesia. Sebut saja kampus X, Kampus Y dan kampus Z…

Hanya ada 20 orang direksi dengan pemilihan yang sangat ketat dan penilaian ekstra agar bisa meloloskan mereka menjadi direksi di perusahaan itu. Kampus X, merupakan kampus tertua yang alumninya sudah tersebar kemana-mana, mulai dari yang jadi menteri, gubernur dan pejabat penting lainnya, bahkan presidennya pun dari kampus X. Kampus Y,  meski agak lebih muda dari kampus X, namun, jebolan alumninya bagus-bagus.. Kualitas melobi dan leadership di perusahaan itu cukup baik, bahkan bisa dibilang sebenarnya alumni kampus Y lah yang mengendalikan laju perusahaan tersebut. Kampus Z, nah ini… dibilang kampus paling muda diantara 3 kampus yang alumninya ada di perusahaan tersebut

Dari 20 jajaran direksi ini , ada 10 alumni kampus X, 8 alumni kampus Y, dan 2 alumni kampus Z. Mereka berkerja sama menentukan arah gerak perusahaan.

Wajarlah, dengan asal kampus yang berbeda-beda pasti pola pikir dan cara bagaimana mereka melihat sebuah masalah juga berbeda. Masing-masing punya karakeristiknya… Itulah manajemen..  interdisipliner .

TAPI, problem mulai muncul ketika, akan terjadi regenerasi direksi, mereka yang sudah hampir pensiun dari kerjaannya berusaha sebaik mungkin agar alumni dari kampusnya masing-masinglah yag bisa mengisi pos-pos di direksi itu. Wajar lagi,, memang seperti itu kondisi riilnyaa…

‘saya merekomendasikan si A untuk bisa menggantikan saya nantinya.”

saya merekomendasikan bla-bla-bala….

begitulah, tiap-tiap orang berusaha agar teman ‘terdekatnya’ bisa masuk ke jajaran direksi meski sebenarnya sudah ada sistem yang mengatur. Namun, tetap saja keekatan personal juga berperan penting dalam menentukan keputusan tersebut. Tiba saatnya alumni kampus Z mengusulkan nama:

“saya merekomendasikan agar si B bisa masuk menggantikan saya.”

Mayoritas anggota direksi mengernyitkan dahi, “nggak salah?”

“dia tuh nggak cocok masuk ke sini, nggak ada yg lebih bagus apa?”

“tuan-tuan, menurut saya, si B ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik jika terpilih nanti.”

“ah, dia itu bla-bla-bla…………terlalu riskan bila kita masukkan kesini, yasudah cari orang lain saja. Kalau tetap tidak ada, biar alumni dari kampus lainnya saja!”

Sebenarnya, di awal pemilihan direksi sebelumnya jumlah alumni Z ada 3 orang, namun dalam perjalanan, satu orang ini dikeluarkan karena terlalu kritis menyikapi kebijakan-kebijakan perusahaan tersebut, akhirnya karena nggak mau terlalu pusing memikirkan yang satu orang ini, ia dikeluarkan dan diganti dengan yang lain… tetunya dari kampus yang berbeda.

Dua orang tersisa ini, sebenarnya sudah agak jemu, bahkan sudah sangat jenuh ketika menghadiri rapat direksi rutin, dimana mainstream yang berkembang ya apa yang dikatakan alumni X dan Y itulah yang harus dijalankan, ketika ada usul dari alumni kampus Z, seolah-olah didengar sambil lalu saja dan selalu saja dimentahkan. “ini tidak sesuai dengan arah gerak perusahaan kita.”

Hingga seiring berjalannya waktu, dua orang ini tidak begitu aktif menyampaikan ide-idenya, karena sudah yakin…. takkan mampu mengubah mainstream pola pikir direksi itu, semua pendapat yang dikemukakan pasti dianggap menyalahi etos kerja perusahaan. Keberadaan kampus Z semakin tersingkir, peran yang diharapkan dari kampus Z semakin tenggelam, karena mereka sudah begitu kesal dengan perlakuan direksi yang lain dalam menilai alumni-alumni kampus Z, dibilang ini-itulah, tidak berkontribusi. Padahal, mayoritas alumni kampus Z yang ada di perusahaan tersebut memang tidak ditempatkan di posisi-posisi strategis, mereka hanya karyawan ‘biasa’ yang sulit sekali untuk ‘naik jenjang’ karena faktor egoisme almamater, alhasil, selamanya kampuz Z akan menjadi bahan cibiran dan cemoohan dihadapan alumni kampus lain. Ini bukan alasan, atau apologi… tapi karena memang inputan kampus Z pun memang tidak sebagus kampus X dan Y. Mereka yang masuk kampus Z adalah SISA dari orang-orang yang gagal ujian masuk kampus X dan Y…

Kalau bukan karena kata, tak mungkin dapat kugubah puisi… Kalau bukan karena cinta tak mungkin aku MASIH di sini…

Dan selamanya akan tetap cinta, meski tak ada lagi yang mencinta.
Biarkan Allah saja yang menilai…. Mengharap penilaian manusia itu hanya akan membuat resah.

Dilema #5 : Karena cinta aku masih di sini


Kalau bukan karena kata, tak mungkin dapat kugubah puisi… Kalau bukan karena cinta tak mungkin aku MASIH di sini…

Saya masih cinta, saya masih sayang. Dan akan selamanya cinta. Dan akan selamanya sayang. Biarlah serpihan kisah perjalanan ini menjadi saksi siapa yang benar-benar mencintainya dan siapa yang setengah hati atau pura-pura mencintai. Cinta itu bukan kepura-puraan, bukan kemanjaan, bukan mengharap balasan dari cinta yang diberikan. Tapi hanya ada satu kata cinta, memberi. Biarkan orang lain menilai cinta kita tak berarti, tapi kita sudah beri rasa hati yang dimiliki…

Cukup, Allah sajalah yang berhak menilai cinta kita. Kita sudah berusaha, penilaian Allah itulah yang paling adil dan menentramkan, bukan penilaian manusia yang semu dan kadang penuh ketidakadilan.

Cinta, hanya perlu pembuktian, bukan bermanis kata menutupi diri penuh keaiban….

Dilema #4 : “Sudahlah, kami tak butuh denganmu. Anak tiri selalu menyusahkan.”


Kalau ada agenda-agenda penting keluarga, anak ‘tiri’ tak diikutkan. Anak kandung lebih sering dilibatkan.. bahkan orang tua selalu memanjakannya. Punya ini itu, yang didahulukan adalah anak kandung. Punya uang seratus ribu, yang didahulukan adalah bagaimana kebutuhan anak kandung terpenuhi, kalau ada SISA, baru diserahkan ke anak ‘tiri’.

Anak ‘tiri’ selalu salah dihadapan persepsi mereka. Selalu MEMBANDING-BANDINGKAN… Jika ada salah sedikit, marah luar biasa, dicerca, dicabut uang jajannya. Sedangkan anak yang lain…. ah miris melihatnya.

Oke, dalam hal ini memang si ‘anak’ perlu menunaikan kewajiban terhadap ‘orangtua’nya , tapi ‘anak tiri’ juga butuh hak yang harus dipenuhi, keadilan, perhatian,, bukan pandangan kesinisan.

“Sudahlah, kami tak butuh denganmu. Anak tiri selalu menyusahkan.”

“anak tiri”

selalu dianggap tak penting dibanding yang lain.

selalu diakhirkan dalam tiap pertemuan rutin.

“anak tiri”

sekali menyapa, hanya sambil lalu saja.

sekedar formalitas penggugur rasa.

“anak tiri”

kala meminta lambat dipenuhi.

kala bersalah cepat dihukumi.

“anak tiri”

wujuudihi ka adaamihi…


#CintaRohis

Refleksi Panggilan Jiwa

SURAT TERBUKA UNTUK METRO TV

TENTANG PEMBERITAAN POLA REKRUTMEN TERORIS MUDA

“KAMI ANAK ROHIS BUKAN TERORIS”

Kepada Redaksi Terhomat,

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir. Salam dan Do’a terbaik kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pelajaran penting bagaimana bersikap, dan bermanfaat bagi umat manusia.

Surat terbuka ini saya sampaikan kepada Redaksi Metro TV atas tayangannya tentang “pola rekrutmen teroris muda”. Dalam tayangan tersebut, Metro TV menyampaikan lima poin tentang pola perekrutan tersebut, yakni :

  1. Sasarannya siswa SMP Akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum
  2. Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah
  3. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudia diajak diskusi di luar sekolah
  4. Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa yang korup, keadilan tidak seimbang
  5. Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh

Dan ditambahkan footer note “awas, generasi baru teroris!”

Redaksi terhomat,

Pertama-pertama, meski melalui akun resmi twitter anda pada 14 September…

Lihat pos aslinya 1.202 kata lagi

Dilema #3 : Ketoprak dan rasa yang nggak bisa bohong


“Nak, kenapa ya ketoprak kita sekarang nggak laku? Padahal dulu kan ramai sekali orang datang membeli. Apalagi kini bapak sudah tua,  hanya menggantungkan penghasilan dari sini saja.”

“Hmm, pak mungkin selera masyarakat sini sudah berubah, atau sudah ada jajanan baru yang lebih menarik… atau bisa jadi harus ada yang diubah dari menu ketoprak kita pak. Kita belum survey pak… itu sih asumsiku saja”

“Baiklah, sekarang coba kamu yang perbaiki menunya…”

Si anak kemudian, berupaya mencari ide agar dagangan ketoprak bapaknya laku, marketingnya menarik dan tampilan yang lebih fresh. Si anak kemudian, mulai dengan memperbaiki kualitas bahan-bahannya… Sayuran yang lebih segar, tahu yang dibelinya langsung dari pabrik dan tidak mengandung pengawet, mie, tempe, ketupat yang sudah dimasak dengan resepnya sendiiri, sehingga tidak mudah basi seperti sebelumnya.
Dan tibalah saat ia mencoba memvariasikan resep bumbunya. Mungkin selama ini terlalu manis. Belum selesai ia membuat bumbunya si bapak berseloroh,

“Nak, ini bumbunya…”
Si anak pun serba salah, disatu sisi ia sedang membuat bumbu, di sisi lain ternyata si bapak telah menyiapkan bumbunya.

“Pak, bolehkah kali ini saya mencoba bumbu yang baru?”

“Jangan, ini resep bumbu yang sudah turun temurun di wariskan. kita harus menjaganya. Kamu boleh memperbaiki bahan-bahannya tapi jangan MENGGANTI bumbunya”

“Tapi pak…”

Si anak tak berani berkata lebih jauh, ia diam saja tak ingin lagi berdebat. Ia masih takzim pada bapaknya itu. Semua bahan-bahan yang telah ia siapkan, dengan template tampilan menu yang sudah disiapkan, dengan variasi komposisi sayuran yang dibayangkan, dengan bumbu baru yang ia hadirkan… ternyata masih jauh. Ia tak bisa berbuat apa-apa saat si bapak berkata, “ini resep bumbu yang sudah turun temurun di wariskan. kita harus menjaganya.”

Ah,, rasa memang tidak bisa bohong. Tapi rasa itu kan bisa berubah, rasaku, rasamu, rasa kita semua. selamat merasa-rasa.

dicoba deh


Hari ini materi terakhir metodologi menghafal al-Qur’an dari ust. Yusuf Mansur di wisata hati antv. Dari episode pertama sampai ke-5 ini, ada beberapa poin yang bisa diambil pelajaran sebagai metode menghafal al-quran yang menurut saya cukup efektif.

1. Menghafal Qur’an itu sbg bentuk berbakti pada orang tua yg terbaik, krn para orang tua akan dipakaikan mahkota di surga nanti oleh para anak-anak penghafal qur’an

2. Niat untuk menghafal qur’an harus diluruskan lillahi ta’ala, tidak hanya untuk dihafal saja tapi juga diamalkan.

3. Al-Qur’an itu kepunyaan Allah, makanya kalau mau menghafal, minta langsung sama Allah supaya dimudahkan.

4. Hafalan adalah buah dari seringnya interaksi kita dengan Al-Qur’an.

Terkait keutamaan-keutaman lain lebih lengkap cari sumber lainnya deh,, pasti bnyk bgt.

Berikut ini salah satu metode menghafal al-Qur’an berdasarkan hasil kesimpulan materi 5 hari tersebut;

~ Al-Qur’an standar pojok (ex: penerbit syaamil) itu kan biasanya ada 15 baris per lembarnya. nah itu bisa dihafalkan dalam waktu sehari. Percaya nggak? Coba aja….  intinya ada azzam yang kuat, klw masalah waktu. insya Allah bisa diatur. Bayangin deh satu hari bisa satu halaman, berarti kalau dihitung2 untuk menghafal Alqur’an 30 Juz (sekitar 600 halaman) butuh 600 hari / 20 bulan, atau dengan kata lain kurang dari 2 tahun kita bisa hafal al-qur’an. Inget kan kisahnya Isa beberapa waktu lalu di chatingdenganYM, seorang lumpuh yang bisa menghafal qur’an dalam waktu 9 bulan.

~ Kalau kita memasang target kurang atau lebih dari satu lembar perhari juga bisa. Tp lebih enak per lembar sih biar muroja’ahnya lebih gampang,

~ misal 1 hari di bagi 5 waktu untuk menghafal: ba’da zuhur,, ba’da ashar, ba’da maghrib, ba’da isya, ba’da subuh. (Ini sih keliatannya idealis,, kenyataannya sering nggak terwujud,, biasanya abis shlat, zikir bentar langsung caw, tp gpp bicara ideal dulu).. dari 15 baris itu di bagi 5 kali menghafal. …

~ Tiap baris/ayat dibaca berulang-ulang sampai 20 X.. (misalnya anda sudah hafal dalam pengualangan ke-5,, tetep aja sampe 20 kali,, karena hafal di pengulangan ke-5 nggak menjamin hafal di pengulangan ke-10.. dan kalau sudah 20 kali, insya Allah ingetannya lebih lama)

~Selesai baris pertama, hafalin baris ke-2 dengan pengulangan 20 X… kalau udah hafal, ulangi baris pertama dan ke-2 sebanyak 20 kali juga… begitu seterusnya…. Jadi biasanya ayat yg paling dihafal baris paling atas krn udah diulang ampe ratusan kali 🙂

~Biasanya banyak yg bilang klw waktu ba’da subuh itu waktu paling enak buat ngapalin, tp klw bagi saya, itu waktu paling pas buat muroja’ah…. krn saat otak mampu bekerja lebih berat, digunakan untuk pekerjaan yg lebih berat, klw ba’da zuhur biasnya kan udah jenuh, ya dimanfaatin buat yg membutuhkan energi lebih kecil, yaitu menghafal. (loh kok aneh?? biarin hehe, karena muroja’aah itu lebih sulit dibandingkan dengan menghafal…. ) .Menghafal 1 baris itu bisa dalam waktu satu menit, tapi menghafal 5 baris tidak bisa diektrapolasi menjadi 5 menit,, karena merangkai menjadi hafal 5 baris itu butuh waktu yang lebih panjang dibandingkan menghafal baris per baris itu sendiri… Jadi, mumpung waktu ba’da zuhur itu cukup panjan, gunakan untuk menghafal 5-7 baris (sekitar 30 menit)… abis ashar nggak usah aja, bisanya banyak yang pada syuro, nah abis maghrib lanjutin sisanya, krn waktu ba’daa maghrib itu nanggung banget buat ngapa2in, mau makan tanggung, ini itu tanggung,  lebih baik digunain buat ngapalin sisa hafalan sambil nunggu isya.. Nanti abis tahajjud baru deh kita rangkaikan antara hafalan maghrib dengan hafalan zuhur… Habis subuhnya disempurnakan. dan waktu duha dipake full satu halaman tiap rakaat. Insya Allah udh lancar…. Untuk hari-hari selanjutnya, muroja’ah bisa dilakukan tiap abis tahajjud… (nah, ini maksud sy tadi, ngapalin per lembarnya siang ,zuhur-magrib, tp muroja’ah akumulatifnya pas tahajjud sampe ba’da subuh, bahkan akumulasi berlembar-lembar)…

~ Itu sih hanya salah satu metode dari sekian juta metode yang ada :D, silahkan cari metode yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yg tersedia. Intinya tetep ngapalin qur’an meski satu hari satu ayat,, malu klo ngeliat anak2 kecil hafalannya udah 30 juz, sedangkan kta klo shalat masih terus pake “kulhu”… biar pelan asal lancar, jangan sampe ngapalinnya cepet, tapi ilangnya juga cepet.

~Pada pengen kan punya presiden yg hafal qur’an? punya menteri yg hafal qur’an? Tentara, polisi, pengusaha, dokter, dlll yg hafal qur’an? Bisa jadi anda sebenarnya lah yg diharapkan itu..

bismillah

Dilema #2: Bidukku sedang terbakar api


Diam…Terdiam di sudut geladak kapal. Merenung, menahan emosi yang semakin membuncah. Perjalanan berbulan-bulan mengarungi samudera biru itu ternyata salah arah.

“Bukan kesana, tapi kalian harusnya ke arah sebaliknya.” 

Sontak, statement itupun membuat sang ABK (Anak Buah Kapal) geram.

“Bukankah dulu ketika masih di dermaga, semua ABK bahkan nahkoda sekalipun diinstruksikan  untuk ke arah yang sedang kami tuju?”  Lalu dengan mudah instruksi di dermaga berubah.

“Maaf, yang dulu kalian dengar itu salah, ini instruksi pimpinan tertinggi.”

Sampai berapa kali kami harus mendengar kalau ini instruksi pimpinan tertinggi, kalau tiap hari, tiap minggu, tiap bulan selalu ada instruksi yang berbeda. Dari pimpinan tinggi yang berbeda pula.

“Lalu gimana tuan nahkoda, apa kita harus berbalik arah menelusuri jejak berbulan-bulan yang telah kita lewati, atau kini menantang badai yang sudah menanti di depan?”

***

Siluet jingga diufuk barat nampak begitu indah. Di ujung haluan kapal ABK itu berdiri menatap ujung bumi di kejauhan. Hari-demi hari, para ABK yang tak tahan terombang-ambing di tengah lautan memutuskan untuk kembali ke dermaga, sebagian ada yang sampai, sebagian lagi hilang entah kemana.

Ya, kapal ini memang sudah tak layak disebut kapal perang, para ABK nya sudah diambil satu persatu oleh kapal perang yang lain. Senjatanya mulai dipindahkan ke kapal lain yang lebih bagus, bocor di sana-sini yang tadinya kecil namun berubah menjadi semakin besar. Dan kini hanya SEGELINTIR saja ABK yang masih ada di dalam kapal.

“Menunggu ajal”, ah rasanya bukan suatu hiperbol bila berkata seperti itu. Jumlah ABK dan teknisi yang ada kini tak lagi cukup untuk mengatasi kebocoran di seluruh dinding kapal. Navigator pun kini sudah kewalahan mengendalikan kapal dengan derasnya ombak dan badai yang menerjang. Ditambah, ocehan dari kapal-kapal lain untuk segera membakar kapal ini. Argggh,, Sempat terbersit harap, seandainya dulu sang ABK tidak naik ke dalam kapal itu, dan berlayar di kapal lain. Tapi,, tak pantas bila harus berandai-andai.

“Kita berdiam disini saja, biarpun ada badai, tapi tak sekencang badai yang ada di puluhan kilometer di depan kita.” titah sang nahkoda.

“Apa?? Berdiam diri disini hanya untuk mencari ‘ketenangan’ , sementara kita butuh perbekalan, mungkin saja beberapa kilometer lagi ada daratan”

“Tidak, kita di sini saja. Tak usah menantang badai”

***

Tubuhku lelah sekali
Berdayung tak pernah pasti
Bidukku layarnya kertas
Yang sedang terbakar api 

(Layar Kertas)

*Random lagi,,, Semoga Kapal itu bisa terselamatkan… atau diselamatkan..

Sabtu, 21 Syawwal 1433 H

Menghafal Al-Qur’an, Siapa Takut? Inilah 10 Triknya


Menghafal Al-Qur’an selalu menjadi idaman setiap Muslim, ia juga selalu menjadi batu pertama dalam menempuh perjalanan menuntut ilmu para ulama-ulama kita. Hal ini bisa  kita temukan dalam setiap biografi para pewaris Nabi ini. Di sisi lain, menghafal Al-Qur’an juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam berinteraksi dengan kitab umat Islam, Al-Qur’an.

Banyak sudah tulisan yang memuat trik dan tips menghafal Al-Qur’an, mulai dari zaman para Salafus Shaleh sampai sekarang. Namun ada berapa poin yang kadang kurang dipahami oleh para penghafal Al-Qur’an, ada yang lebih mendahulukan poin-poin sekunder dibanding yang primer, begitu pula ada yang lalai terhadap hal-hal yang primer padahal itu adalah poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an.

Ada sebuah buku (minibook) menarik yang dikarang oleh salah satu penulis produktif di Mesir, DR Rajib Sirjani. Dalam bukunyaKaifa Tahfadzul Qur’an ia membahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para penghafal Al-Qur’an. Secara garis besar ia membuat dua pembahasan. Pembahasan pertama tentang tips-tips yang bersifat primer (asasiyah) dan tips kedua bersifat sekunder (musa’idah). Dan dalam setiap pembahasan tips ada sepuluh poin yang harus diperhatikan.

TIPS-TIPS PRIMER (ASASIYAH).

Tips ini harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an karena menjadi hal yang sangat mendasar selama menghafal.  Ada sepuluh poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an baik sebelum, sesudah atau selama ia menjalani proses menghafal Al-Qur’an.

Inilah sepuluh tips primer (asasiyah) menghafal Al-Qur’an:

1. Ikhlas

Ikhlas merupakan fondasi terpenting dalam setiap pekerjaan. Hal ini disebabkan karena siapa saja yang melakukan sebuah pekerjaan bukan karena mengharap ridha Allah maka pekerjaannya akan sia-sia saja. Ia juga akan menjadi orang yang pertama kali disidang pada hari kiamat.

Sebuah hadits dari Imam Hakim menerangkan bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an terbagi menjadi tiga golongan; golongan yang ingin pamer, golongan yang ingin mencari makan dari hafalannya dan golongan yang memang murni karena Allah.

Ketika kita tidak bisa ikhlas secara utuh maka kita bisa menggunakan alternatif pembantu yaitu dengan memperbanyak niat yang baik seperti niat dapat memperbanyak baca Al-Qur’an, bisa bertahajjud sambil mengulang hafalan, berharap bisa meraih kemuliaan orang yang menghafal Al-Qur’an, berharap agar orang tua kita dapat diberikan mahkota pada hari kiamat, agar terjauh dari azab akhirat, agar dapat mengajarkannya kembali pada orang lain, agar dapat menjadi suri tauladan baik bagi orang Muslim atau yang non-Muslim atau niat-niat baik yang lainnya. Yang penting kita berniat karena Allah dan bukan karena dunia.

2. Keinginan yang kuat

Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia maka hanya orang yang benar-benar mempunyai niat yang kuatlah yang dapat mencapainya. Pekerjaan yang hebat hanya dimiliki oleh orang-orang yang hebat pula. Sama halnya ketika seluruh orang ingin masuk surga, apakah seluruh orang itu benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk mencapainya, ternyata tidak, hanya segelintir orang bukan!

Keinginan yang kuat ini terpancar dari usaha yang ia lakukan untuk mencapainya. Dari usaha yang terus menerus inilah yang akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan inilah yang membuatnya terus menerus menghafal, mengulang dan mematangkan hafalannya.

3. Mengetahui nilai menghafal Al-Qur’an

Orang yang mengetahui nilai sesuatu pasti akan berkorban apapun untuk meraihnya. Kalau manusia biasanya selalu mencurahkan seluruh usaha untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi lalu kenapa ia tidak melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuan akhiratnya yang kekal.

Ketika kita mengetahui nilai pekerjaan yang kita lakukan maka kita akan semakin rindu untuk melakukannya. Ditambah lagi, orang yang mengetahui nilai suatu pekerjaan tidak sama dengan yang tidak mengetahuinya. Dan orang yang mengetahuinya secara global tentu tidak sama dengan yang mengetahuinya secara terperinci. Maka semakin kita mengetahui nilai pekerjaan itu lebih terperinci  tentu akan membuat kita semakin berpacu untuk menggapainya.

Ada banyak kelebihan dan keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an baik dalam Al-Qur’an itu sendiri atau hadits Nabi. Kita juga bisa menemukannya dalam beberapa literatur baik yang berbahasa Arab seperti At-tibyan fi adabi hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi atau yang berbahasa Indonesia.

4. Mengamalkan apa yang ia hafal

Poin ini menjadi poin terpenting dari tujuan menghafal Al-Qur’an. Karena hafal semata tidak akan menghasilkan nilai yang berarti tanpa dibarengi dengan praktik realita. Hal inipun sudah disinggung oleh Anas bin Malik; berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an malah melaknatnya.

Metode inilah yang digunakan oleh para generasi terbaik, generasi sahabat. Umar bin Khatthab telah mengajarkan kita  metode yang tokcer dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, ia tidak pernah menghafal sesuatu kecuali ia telah mengamalkannya dan ia akan pindah ke hafalan berikutnya setelah ia mengamalkannya dan begitu seterusnya.

Ali bin Abi Thalib juga pernah memprediksi bahwa nanti suatu saat akan ada sebuah kaum yang ilmu mereka tidak lebih dari kerongkongan saja karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang mereka ketahui. Bukankah orang yang mengamalkan apa yang ia tahu akan Allah berikan padanya hal-hal yang belum ia tahu.

5. Meninggalkan dosa dan maksiat

Hati yang sering berbuat maksiat tidak akan bisa menampung cahaya Al-Qur’an. Semakin ia bermaksiat maka akan mempengaruhi hatinya. Ketika hatinya semakin keruh maka lemahlah kemampuannya dalam menghafal Al-Qur’an yang suci.  Karena dosa ibarat sebuah titik, semakin banyak ia bermaksiat dan berdosa maka akan semakin banyaklah titik hitam dalam hatinya, namun ia bisa dihapus dengan bertaubat dan memperbanyak istighfar.

Imam Syafi’i juga pernah mengalami hal ini kemudian bertanya kepada Imam Waqi’ yang akhirnya beliau membuat dua syair yang sangat terkenal, Syi’ir Syakautu ila Waqi’. Seorang Tabi’in (Dohhak bin Mazahim) pernah berkata tak ada seorang pun yang belajar Al-Qur’an kemudian ia lupa kecuali karena dosa yang ia perbuat. Dan melupakan Al-Qur’an termasuk musibah terbesar.

6. Berdoa

Berdoa merupakan senjata orang Islam. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari doanya, ia selalu yakin bahwa Allah selalu mengabulkan doa mereka baik secara langsung, ditunda waktunya atau diganti dengan yang lebih baik.

Ada beberapa waktu yang tepat dalam berdoa seperti waktu sahur, usai shalat, sepuluh akhir Ramadhan, apalagi ketika kita sendiri dalam keheningan malam, ketika hujan, dalam perjalanan dan lain-lain. Selain itu ada beberapa tempat yang dapat mempercepat terkabulnya doa kita seperti di tanah haram (Mekkah dan Medinah), Hajar Aswad, Ka’bah, Raudhah dan lain-lain.

7. Pemahaman yang benar

Orang yang paham arti apa yang ia hafal akan lebih mudah menghafalnya dibanding mereka yang tidak paham. Dalam membantu pemahaman, kita bisa menggunakan beberapa alternatif seperti Al-Qur’an terjemah, tafsir yang simple atau yang lebih terperinci kajiannya.

8. Membaca dengan tajwid

Membaca Al-Qur’an dengan tajwid akan sangat membantu hafalan. Orang yang menghafal tanpa tajwid akan sangat sulit untuk dibenarkan ketika ia sudah selesai menghafal karena ia sudah terbiasa membaca dengan bacaannya yang salah. Apalagi orang yang membaca dengan tajwid ternyata mendapat pahala yang lebih besar.

Yang harus diperhatikan dalam belajar tajwid adalah harus mengambil dari seorang guru yang sudah mantap hafalan dan bacaannya, dan tidak cukup belajar dari buku saja. Setelah belajar dari seorang guru yang hebat mungkin dia bisa menggunakan sarana pembantu seperti mendengar dari kaset atau komputer dan lain-lain.

9. Terus membaca Al-Qur’an

Orang yang sering membaca Al-Qur’an akan lebih banyak mendapat pahala dan di sisi lain hal itu akan mempermudah dan memperkuat hafalannya. Karena terus menerus membaca Al-Quran akan memindahkan daya ingatannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Biasanya para sahabat menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu. Hanya sebagian yang kurang dari itu dan hanya sebagian kecil yang lebih dari itu.

10. Membaca dalam shalat 

Bagi yang berkesempatan menjadi imam maka ia dapat langsung mengulang hafalannya. Namun bagi yang tidak menjadi imam ia dapat melakukannya ketika shalat malam, usai shalat isya, shalat dhuha atau shalat sunnah lainnya.

 

Oleh: Falah Abu Ghuddah
Mahasiswa Universitas Al-Azhar dan Mahasiswa Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah Kairo

[voa-islam.com]

#OneDayOnePage


Sepanjang waktu, bahkan hingga detik ini Allah memberikan begitu banyak karuniaNya kepada saya dengan beragam cara dan arah yag tak disangka-sangka.. Ramadhan sudah berlalu, rasa kehilangan ini tak seperti biasanya dibanding dengan ramadhan tahun-tahun sebelumnya…

Hmm.. entah saya juga bingung melukiskannya dalam kata demi kata, kalimat demi kalimat, hanya ada rasa penuh syukur yag terlintas tiap kali mengingat momen-momen ramadhan kemarin. Dan hingga kini, Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada saya untuk terus merasakan nikmatNya itu. (alhamdulilah ‘ala ni’matillah).

Memang tak seperti ramadhan 1432, dimana tiap hari tak ada kisah-kisah yang tertulis di blog ni, memang tak seperti ramadhan 1431 yang tak berisi aktifitas dan kesibukan menyiapkan syiar ramadhan di kampus, memang tak seperti ramadhan 1430, 1429 dan ramadhan-ramadhaan sebelumnya….

Tapi, ramadhan kali ini tetap istimewa dan sangat istimewa sepanjang ramadhan yang telah saya lewati.. dan semoga ramadhan tahun depan akan menjadi momen ramadhan yang lebih istimewa lagi dibandingkan dengan ramdahan tahun ini dan begitu seterusnya hingga ramadhan terakhir yang bisa saya temui sebagai seorang hambaNya.

Tak ada yang lebih membahagiakan dari dunia dan seisinya selain bisa merasakan dan mensyukuri kasih sayang Allah pada kita, Dia Yang Maha Pengasih tak pilih kasih, meski diri ini berlumur dosa, tapi Dia masih memberikan kesempatan pada setiap hamba-Nya untuk bertaubat……

Ya Rabb, bantu hamba untuk senantiasa istiqamah di jalanMu dan jadikan hamba termasuk orang-orang yang bersyukur atas segala nikmatMu.

_14 Syawwal 1433 H