Hidup cuma sekali. Jangan menua tanpa arti
“Hidup cuma sekali. Jangan menua tanpa arti.” (Ridwan Kamil).
SD sekali, SMP sekali, SMA sekali, kuliah sekali, kerja sekali, berkeluarga sekali, matipun juga sekali. kalaupun ada di antaranya yang berulang tentu berbeda rasa dan masanya. sekarang mau balik ke SMA lagi pun bisa. pakai pakaian SMA, menyusup jadi remaja labil, ikut di kelasnya, selesai. mau kuliah pun sama. pilih saja jurusan yang kamu mau, masuk ke dalamnya, toh sekarang jarang dosen yang gak peduli lagi siapa saja mahasiswa yang ada di kelasnya. pura-pura jadi mahasiswa, gampang. mungkin yang agak susah, menyamar jadi anak SD, susah kali 🙂
Tapi begitulah, kita hidup di dunia cuma sekali, waktu yang sudah lewat takkan bisa kembali lagi. seberapapun usaha untuk mengembalikan kita pada masa-masa dahulu, nostalgia hanya sekedar seremoni belaka. semuanya sudah berubah. kita tak bisa mengembalikan waktu yang sudah ada. kita tak bisa mengembalikan kondisi di hari-hari yang telah lampau sama persis. kalaupun bisa, mungkin hanya nuansanya saja, tak utuh seratus persen sama.
Penyesalan-penyesalan kadang -bahkan memang seringnya seperti itu- muncul di akhir. kenapa dulu tidak begini, kenapa dulu harus begitu. Ada ruang di hati kita sebersit keinginan untuk kembali ke masa lalu. Saat sudah kerja ingin kembali ke dunia perkuliahan. saat masih kuliah ingin kembali ke masa putih abu-abu, saat SMA ingin pula merasakan kehebohan masa SMP. begitu seterusnya. Mungkin, saat sudah menikah nanti, kitapun akan merasa rindu juga masa-masa lajang #eh
Maka dari itu, agar tidak menyesal dikemudian hari. Persiapkan masa depan dengan berbuat yang terbaik di hari ini. Apa yang terjadi pada kita di hari ini adalah akumulasi perbuatan kita beberapa hari bahkan beberapa tahun ke belakang. dan apa yang akan kita alami pada masa yang akan datang adalah akumulasi sikap dan pikiran kita di hari ini.
salam hangat 🙂
Sampit, 20 Januari 2014
Komentar Terbaru