Menyiapkan ruang kecewa
Harapan dan keinginan itu berakhir pada dua ujung, kepuasan dan kekecewaan. Besarnya rasa kecewa biasanya berbanding lurus dengan seberapa besar harapan yang telah terpatri sebelumnya.
Jika pada akhirnya apa yang kita inginkan tak sesuai kenyataan, maka ada ruang di hati yang harus bersiap untuk kecewa. Setiap orang pasti pernah merasakannya.
Sebenarnya tidak masalah orang kecewa, selama itu hanya mampir sebentar. Karena ikhlas itu juga butuh proses kan? Tinggal bagaimana kita memiliki antisipasi atas harapan yang tak terwujudkan itu.
Jika ada harapan, pastikan ada ruang di hati yang siap menampung rasa kecewa. Agar tak terlalu sedih, agar tidak terlalu kaget dengan realita sebenarnya. Jangan sampai kita berhenti berharap hanya karena takut kecewa.
Yang di atas itu, konteksnya jika ada hubungannya dg manusia. Berharap si A demikian, si B berubah sikap, si C bisa ini itu.
Namun, Jika berharap pada Allah pasti tak akan kecewa, karena setiap takdir yg menyapa kita itu adalah kehendak yg terbaik dariNya.
kalo dikecewain berkali kali gimana tuh?
Kebangetan….
yang kebangetan siapa mas? ๐
kalo gitu wajar dong misal jadinya berhenti berharap? ๐
Dua2nya kebangetan… yg dikecewain juga… masa’ gk mau belajar dari kekecewaan yg pertama.. harus jd korban kekecewaan berkali-kali
*ini drtd ngomongin ttg apa sih?
berharap sm manusia emg kaya gitu konsekuensi nya kan?hahah
*embuh mas aku yo bingung hahaha*
Yaudah, pokoknya berharap sewajarnya….Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. .
yoi mas …