keranda di persimpangan akhir
subuh tadi, ketika melewati rumah-rumah warga, ada satu pemandangan yang membuat bulu kuduk saya merinding. seperangkat keranda jenazah teronggok di depan rumah warga, persis di pinggir jalan. merinding bukan karena iseng suasana masih gelap dan sepi, tapi bertanya-tanya: “untuk siapakah keranda itu?”
pada suatu hari nanti, bahkan mungkin amat dekat, keranda itu pasti akan digunakan untuk mengantar seorang manusia menuju tempat peristirahatan terakhirnya. bisa mereka yang berusia senja, atau bahkan anak muda seperti saya ini. karena kematian tak mengenal usia ketika menghampiri. ada waktu yang berbatas pada masa kita singgah di dunia.
ketika persinggahan itu hanya sementara, lalu kenapa saya dan banyak manusia ini sering terperdaya dunia, terlena dengan segala kenikmatan fananya. pun seharusnya saya menyadari bahwa tak lama lagi harus segera meninggalkan tempat ini. berusaha menjadi penyintas yang baik dalam gubuk persinggahan bernama dunia. berharap semoga masih ada waktu yang tersisa untuk memperbaiki khilaf yang selama ini sering dilakukan. berharap ada jalan hidayah dalam menapaki sesisa waktu yang ada ada, agar tak seperti ‘butiran debu’-nya Rija Abbas: “aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.”
kembali pulang. mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita perbuat. meninggalkan banyak catatan, entah kebaikan atau keburukan. di sisa waktu ini masih ada kesempatan untuk mempersembahkan yang terbaik. gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan kebaikan-kebaikan yang terus mengalir. Sudahkah kita mempersiapkan itu semuanya?
15.09.14
Komentar Terbaru