Archive | Oktober 2020

berbagi


pagi ini diberikan kesempatan untuk berbagi kepada adik-adik di fakultas teknik untuk berbagi pengalaman orang yang lebih tua. yang lebih dahulu meninggalkan dunia kampus. ketika diminta untuk berbagi, saya langsung mengiyakan, agar aura dan semangat dunia kampus yang dulu pernah ada bisa hidup kembali. agar tak mudah tergerus oleh keegoisan zaman.

di kampus tempat memumpuk ideologi, pasca kampus berhadapan dengan realita. titik tengan antara idealisme yang tidak realisting dengan realisme yang terlalu pragmatis adalah optimisme. semangat perbaikan.

bias kebertahanan


Abraham Wald

Pada era perang Dunia kedua, Abraham Wald seorang matematikawan asal Hungaria ditugaskan oleh militer U.S untuk menganalis dampak kerusakan pesawat tempur selama perang. Wald terusir dari Hungaria saat invasi Nazi ke daerah tersebut, lalu ia mendedikasikan keilmuannya untuk membantu U.S melawat tentara sekutu Jerman. ia diminta untuk memberikan rekomendasi perbaikan agar pesawat-pesawat tempur U.S lebih handal saat tertembak peluru musuh.

titik lokasi tertembaknya pesawat

Pada awalnya militer berkesimpulan bahwa pada bagian pesawat yang sering tertembak itulah yang perlu diberikan lapisan pelindung agar bisa menahan serangan peluru. Namun, Wald Bersama timnya dari Columbia University, New York  kemudian membantah kesimpulan tersebut.

Menurutnya, logika yang dipakai oleh militer sebelumnya didasarkan pada observasi atas pesawat-pesawat yang tertembak dan kembali ke markas militer. Lalu bagaimana dengan pesawat yang tidak kembali? Pesawat yang diobservasi adalah pesawat yang kembali dengan selamat, itu berarti dengan ditembak pada bagian tersebut, tidak berpengaruh pada stabilitas pesawat. Wald berkesimpulan, justru pelindung/armor yang perlu ditambahkan adalah pada lokasi yang tidak terkena tembakan. Yaitu bagian mesin.

Kesalahan logika umum yang dibantah oleh Wald inilah yang kemudian dikenal dengan nama survivorship bias atau bias kebertahanan. Survivorship bias adalah kesalahan logika berpikir dimana seseorang hanya mengambil kesimpulan singkat atas sampel sampel yang dinilai berhasil dan pada saat yang bersamaan mengabaikan sampel gagal.

Sebagai contoh lain, ketika ada 2 anak berprestasi disebuah sekolah lalu pihak sekolah mempublikasikan secara massive kehebatan 2 anak tersebut – padahal ada ratusan siswa lain yang prestasinya dibawah rata-rata -, maka publik yang menilai akan beranggapan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah yang berprestasi. Orang akan percaya bahwa sekolah tersebut memberikan pelayanan pendidikan yang luar biasa baik.

Dalam bidang keuangan misalnya, studi tentang kinerja perusahaan hanya didasarkan pada perusahan-perusahaan yang masih ada (masih bertahan), tanpa menyentuh studi terhadap perusahaan yang sudah bangkrut/gulung tikar. Sehingga data yang diperoleh memiliki tendensi terhadap keberhasilan suatu perusahaan untuk bertahan, bukan pada sebab-sebab perusahaan gagal.

Bias kebertahanan ini menjadi salah satu pengingat bagi kita agar tidak mudah men-judge sebuah peristiwa atas yang nampaknya saja. Seringkali bias kebertahanan ini membuat kita sering terlena akan “keberhasilan yang dipublikasikan” tanpa mengetahui seberapa banyak faktor-faktor kegagalan yang telah berhasil diselesaikan permasalahannya.

#CatatanAkhirPekan  

Ozil


Tentang ozil. Yang diasingkan karena membela muslim uyghur. Yang diasingkan karena berfoto dengan erdogan. Yang diasingkan karena suqadnya takut dengan china. Yang diasingkan karena membela haknya.

al walaa – loyalitas. Hanya kepada Allah. Bukan kepada yang lain. Biarlah diasingkan di dunia. Namun dilindungi yang menguasai dunia. Asal Allah ridho.

charge


Bagi sebagian orang, tertinggal hp adalah suatu masalah besar dibanding ketinggalan dompet. Mungkin karena sebagian isi dompet sudah bisa digantikan dengan berbagai variasi e-wallet yang marak belakangan ini.

Berbicara masalah smartphone ada 2 hal penting yang harus dimiliki. daya dan data. data atau kuota sudah jadi barang primer yang selalu dibutuhkan kapan dan dimanapun.

Pun juga dengan daya, sehebat apapun spec smartphone nya, sebesar apapun kuota yang tersimpan didalamnya, tak akan berfungsi bila benda tersebut mati. Kurang daya. Belum di-charge

Setelah dipakai beberapa waktu, digunakan berselancar di dunia maya, nelpon, sms, whatsapp, mengupdate aktivitas di media sosial, atau bermain game tentu akan semakin mempercepat daya baterainya melemah sehingga habis dengan lebih cepat. Karena itu, ia perlu di-charge.

Diisi kembali, digunakan kembali, turun kembali, mati. Dan seterusnya. Tentu kita tak ingin baterainya mati. Perlu terus diisi sebelum dayanya habis.

Begitu juga yang terjadi pada manusia. Setiap hari setiap waktu, iman nya bekerja keras untuk melawan hawa nafsu. Kebaikannya berpacu melawan keburukannya. Jika tak di “charge” secara rutin, maka imunitas sisi baik kita tak akan sanggup melawan berbagai aktivitas yang penuh kesia-siaan.

Banyak cara untuk melakukan “charging” pada diri kita; mendengarkan kajian, membaca buku, menghadiri majelis ilmu, berteman dengan orang-orang shalih dan sebagainya.

Kita tak pernah tahu ujian apa yang akan menghampiri kita, seberat dan sebesar apa, karena itu selalulah menyiapkan daya imunitas yang cukup untuk menghadapinya. Dengan terus berusaha menyibukkan diri dengan kebaikan.

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

sibuk


jika kita tak menyibukkan diri dalam kebaikan, niscaya kita akan disibukkan dalam keburukan. jika waktu tak diisi dengan hal manfaat, niscaya ia akan terisi dengan segala sesuatu yang sia-sia dan tak berguna.

dalam mengisi waktu hidup ini hanya ada 2 kemungkinan. baik atau buruk. manfaat atau sia-sia. tinggal kita pilih yang mana yang akan dikerjakan. sulit memang menjadikan seluruh waktu kita untuk terus baik, adakalanya khilaf/salah dikerjakan. adakalanya perbuatan yang melenakan waktu dikerjakan. Paling tidak, kita perlu berdo’a dan berusaha agar sepanjang waktu kita selalu diingatkan, untuk senantiasa berada dan berusaha dalam kebaikan.

dalam 1 jam misalnya, apakah telinga digunakan untuk mendengarkan hal manfaat, atau percakapan yang sia-sia. Anggap saja setengahnya digunakan untuk mendengarkan podcast-podcast pengembangan diri, tausiyah, atau ilmu-ilmu baru. itu sudah lebih baik dibandingkan sepanjang 1 jam tersebut hanya mendengarkan gosip atau syair-syair yang tidak menambah kapasitas pengetahuan atau mengetuk hati itu menjadi lebih baik.

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

beban


seseorang merasa terbebani bukan karena tugas itu berat, tapi karena ia tak merasa memiliki atas apa yang dikerjakannya dan tidak merasakan kepentingan atas hasil yang diperoleh.

Saat seseorang jatuh cinta, biasanya ia akan mengerjakan segala sesuatu agar orang yang dicintainya bahagia. Ia melakukan apa saja meski kadang diluar batas kemampuannya. Apapun yang diminta akan segera direspon. Dipenuhi permintaanya dengan semangat dan dilalui sebesar apapun hambatan yang akan menimpanya. Seberat atau sebesar apapun itu

Bekerja, beribadah dan melakukan rutinitas harian lainnya bisa menjadi sebuah kebahagian atau justru sebaliknya, menjadi beban. Bangun pagi, masuk kerja tepat waktu, mengerjakan tugas, bisa dilakukan dengan ringan maupun berat tergantung seberapa paham ia akan manfaat yang diperolehnya. Apakah itu untuk kepentingan orang lain, perusahaan atau untuk dirinya sendiri. Sedekah, sholat, tilawah dan beragam amal baik lainnya pun seperti itu. Apakah ia merasa manfaat ibadah tersebut untuk Allah atau untuk dirinya sendiri. Naik turunnya iman, rutin jarangnya amal sama sekali tidak mempengaruhi kebesaranNya. Justru manusialah yang sesungguhnya berkepentingan untuk merasakan manfaat dari amal kebaikannya.

Tidak ada tugas yang berat, yang ada adalah cinta yang belum cukup.

Cintalah yang menghilangkan beban. Cintalah pula yang menghilangkan keberatan. Jika seseorang sudah mencintai pekerjaanya, tenaga dan waktupun dikorbankan asal tugasnya selesai. Tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan.

Selain itu, ada satu hal yang membuat pekerjaan akan terasa lebih ringan, yaitu rasa memiliki atas pekerjaan tersebut. Ia paham betul mengapa harus dikerjakan. Apa dampaknya jika diabaikan dan apa resikonya jika tak diselesaikan. Why factor ini penting untuk dipahami lebih dulu sebelum mengerjakan segala sesuatu.

Mencintai dan memahami. Adalah kata kunci untuk menjadikan beban seolah-olah hanya riak-riak kecil yang menemani setiap perjalanan kita. Ia ada, tampak nyata. Namun tak boleh menjadi penghambat bagi kita untuk terus melangkah. Bukan justru jatuh, mengeluh dan berhenti.

Beban yang menggunung, tugas yang menumpuk, amanah yang besar akan bisa dilalui dan diselesaikan dengan baik sepanjang kita meyakini bahwa para pemikul beban akan merengkuh manisnya perjuangan dari waktu, tenaga dan pikiran yang telah dikorbankan.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (Q.S 2:286)

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

cemas


Kita boleh mempersiapkan segala sesuatu tentang masa depan, bahkan harus. Namun tidak perlu terlalu khawatir berlebihan tentang apa yang akan terjadi.

Kecemasan itu muncul jika angan-angan terlalu panjang tanpa melibatkan kuasaNya. Takut apa yang akan terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Cemas berlebihan jika mimpi-mimpinya tidak tercapai.

Ada 3 periode waktu dalam kehidupan kita, pertama masa lalu. waktu yang tidak akan pernah kembali lagi. ia sudah menjadi catatan sejarah yang telah dilalui, bisa penuh suka maupun bercampur duka. penting memang belajar dari masa lalu namun tidak perlu meratapi apa yang sudah terjadi. kita hanya perlu belajar memperbaiki kesalahan di masa lalu agar tidak terulang.

kedua, masa kini. inilah waktu tempat kita berada. disinilah semua ide dan harapan diwujudkan. apa yang kita nikmati hari ini adalah sekumpulan usaha yang dikerjakan di masa lalu. sedangkan yang dikerjakan hari ini adalah sekumpulan bekal untuk menata masa depan. kita hanya berusaha.

ketiga, masa depan. waktu yang belum tentu kapan dan berapa lama kita bisa merasakannya. nanti adalah masa depan. esok adalah masa depan. serta bulan dan tahun berikutnya adalah masa depan. kita tak pernah tahu sampai titik mana masa yang akan ditemui.

Salah satu cara menghadapi masa depan adalah dengan berbuat terbaik di masa kini. Rezeki sudah diatur, jodoh sudah diatur, usiapun sudah ditetapkan. Melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar kita adalah cara terbaik menjalani masa kini, dan mempersiapkan masa depan. Tanpa kecemasan. Tanpa Kekhawatiran. Allah yang menjamin.

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

(sengaja) tak terasa


diselamatkan dengan tidak ketinggalan dompet.

diselamatkan tidak nyerempet kendaraan lain.

diselamatkan tidak kepeleset saat jalan.

dihindarkan dari kemacetan.

diselamatkan saat ambil air minum dan tidak tumpah.

hmm… itu baru dari sisi aktivitas yang zhahir.

belum lagi dari sisi yang bathin, . dihindarkan dari ghibah, kata-kata kotor, zhalim, ucapan sia-sia, dan lain sebagainya. yang tidak mungkin bisa diselesaikan hitungannya satu persatu.

betapa banyak nikmat yang tidak terlihat sebenarnya selalu menghampiri kita. namun pandangan mata selama ini hanya tertuju pada kejadian yang terjadi saja. keburukan yang tidak jadi datang, tak dirasakan sebagai nikmat. karena itu, seringkali yang disebut nikmat adalah hanya yang terlihat dan dirasa, seperti mendapat hadiah, mendapat penghargaan, bonus, punya rumah, kendaraan, dan lain-lain.

sementara, nikmat yang jauh lebih banyak seringkali tak terlihat bahkan tak dianggap. terhindar dari bahaya juga tak syukuri. berjalan dengan normal misalnya, mungkin akan terlihat biasa-biasa saja tak ada yang istimewa. namun sesungguhnya begitu banyak pertolongan-pertolongan yang Dia berikan sepanjang perjalanan sehingga sampai ke tempat tujuan tanpa hambatan. Dialah yang mengatur, memberi nikmat, senantiasa dalam kesibukan menyanyangi hamba-hambaNya.

kulla yaumin huwa fii sya’n

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

jalani


ada seorang anak kecil yang sedang dimandikan orang tuanya. ia menangis. teriak-teriak. kedinginan. takut.

sang orang tuapun tetap pada keputusannya. ia harus memandikan anak kecil itu yang sudah lusuh. kotor. bau.

namun, anak kecil itu menolak. meronta. mengaduh. kabur. ingin bermain lagi.

dibiarkannya memang. sementara.

lalu, anak itu diajak lagi ke kamar mandi. dimandikan kembali agar bersih. ia kembali menolak. kabur. dan bermain lagi.

Kadangkala, kita tak begitu mengerti apa maksud yang menimpa pada diri kita. Bisa jadi, apa yang terjadi itu merupakan kumpulan ujian-ujian yang bertujuan baik. Ujian yang sebetulnya untuk membersihkan kita dari kotornya hati dan lusuhnya jiwa.

karena itu, jalani setiap ujian yang menghampiri. Agar segera bersih dan suci kembali. Jauh dari kerak-kerak dosa yang lama menyelimuti.

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

Terlalu banyak janji


Terlalu banyak janji.

Mungkin. Setidaknya sebagai manusia, setiap hari kita selalu memohon aneka macam pinta. Mengharap mendapat satu, dua atau tiga rengkuhan nikmat dalam seketika.

Kita berjanji untuk mensyukurinya tatkala nikmat itu telah didapat. Takkan berniat untuk mengaburkan nikmat itu atau malah menjadi kufur.

Banyak janji yang terucap.

Bila aku dapat ini, maka aku akan seperti ini dan lebih rajin melakukan itu. Banyak sekali lontaran kata-kata manis terucap dari mulut kita.

Sudah ter-emulsi-kan dengan manisnya madu kata-kata ketika berharap dan meminta.

#CHSI #CatatanHarianSelepasIsya

Transformasi


Kita bisa membuat rencana apapun, pada akhirnya Allah yang menentukan jalannya.

Jika saat ini kita ditugaskan disebuah unit pekerjaan, ada satu hal yang harus selalu kita pahami, yaitu memahami keadaan, situasi dan tantangan-tantangan yang ada di unit tersebut. Memahami dengan melakukan analisa SWOT merupakan salahsatu metode untuk mengetahui keadaan unit dimana kita ditempatkan dan apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya. Selain itu, ada banyak metode yang bisa dilakukan, misal analisis fishbone, RCPS (Root Cause Problem Solving), dan lain-lain.

beberapa pertanyaan mendasar harus terjawab setelah melakukan analisa tersebut, diantaranya untuk apa kita berada di tempat tersebut, apa pesan terbesar yang diharapkan oleh penugas kepada kita. kenapa bisa ditempatkan disitu? dan lain sebagainya.

ingat, bahwa jika kita ditugasi disebuah unit yang tidak terlalu baik kondisinya, bisa jadi ada harapan dari pemberi tugas untuk kita yang memperbaikinya. dengan cara apa? tentu cara yang berbeda dengan yang sudah dilakukan sebelumnya. karena, untuk mendapatkan hasil berbeda, harus dilakukan dengan cara yang berbeda pula.

jangan mengatakan “saya akan meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh pendahulu saya” namun berkatalah “saya akan melakukan perbaikan atas yang sudah dilakukan oleh pendahulu saya“.

Setiap mendapat penugasan, tugas pertama yang harus dilakukan seorang leader adalah melakukan transformasi, melakukan perubahan. Kenapa kita harus bertransformasi?

Pertama, lingkungan kerja berubah setiap waktu. setiap mas ada tantangan dan masalahnya sendiri. masalah hari ini tentu akan berbeda bahkan bertambah dikemudian hari. jika tak ada antisipasi dan solusi atas masalah-masalah yang muncul, bisa dipastikan hari-hari akan dilewati dengan tumpukan masalah menggunung yang menyita banyak waktu untuk diselesaikan.

Kedua, Dibutuhkan cara berbeda untuk menghasilkan yang berbeda. Seperti kata einstein, “hanya orang gila yang berharap hasil berbeda dengan mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama”

Ketiga, selalu ada ruang perbaikan yang memungkinkan untuk terus memperbaiki keadaan.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11)

Yang survive bukan yang paling pintar, bukan paling besar, bukan paling kuat. Namun yang bisa survive adalah yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang berubah. Karena itu melakukan transformasi atau perubahan adalah sebuah keniscayaan. Kapanpun dan dimanapun kita berada.

The largest room in the world is room for improvement.

tinggalkan


Ketika yang dilihat..

Ketika yang dibaca..

Ketika yang dibicarakan..

Ketika yang didengar..

Ketika yang dilakukan..

ketika.. ketika tak (lagi) membuat semakin dekat kepada-Nya..

Mengapa tak ditinggalkan saja?

tulus


mencari-cari makna sebenarnya dari ketulusan?

tak semudah searching di google…

memang, ada banyak deretan kata yang tertuang…

Pengorbanan lah, Kesungguhan lah.. ini itu lah…

semuanya bermuara pada keikhlasan nurani.

Ya.… karena dengan keikhlasan hati dan nurani itu

ada rahasia besar tegaknya imperium di 2/3 dunia ini selama berabad-abad lamanya.

Sejarahpun telah menuliskannya dalam lembar-lembar yang menjadi saksi bisu peradaban.

Ketulusan abadi tak kan tergoyah oleh materi duniawi. Ia akan menghantarkan kita pada kesucian hati, sehingga  naungan kasih sayangNya takkan berhenti mengiringi langkah-langkah kita dan memberi angin kesejukan dalam setiap hembusan nafas kita….

dimanakah nurani ketulusan itu sekarang??

ujian


tak ada yang salah dari ujian. yang salah mungkin cara kita menghadapi ujian tersebut.

atas semua peristiwa, keadaan yang menimpa. semua sudah digariskan. ada maksud dan tujuan dari berbagai rangkaian peristiwa yang menimpa itu, agar kita menjadi lebih kuat. lulus. dan siap-siap menghadapi yang lebih berat lagi.

hidup ini kumpulan ujian-ujian yang entah sampai kapan kita hadapi. yang pasti, selama masih ada waktu, ada cara untuk mengetuk hati yang mulai kelam untuk dibersihkan. yaitu dengan ujian.

lulus dari satu fase, berlanjut ke fase berikutnya. yang penting Allah ridha dengan cara kita melewati ujian itu.

gejolak


jika tak ada ombak cukup besar, laut tak sampai jauh membasahi daratan.

jika tak ada ledakan yang besar, getarannya takkan membuat dinding-dinding kaca retak berantakan.

tak jarang, kata-kata mulai keluar dari hati, saat ada yang mengetuk pintu itu. dengan hentakan, dorongan, atau bahkan dengan bisikan.

gejolak.

itulah yang bisa membuat luapan isi hati tak mampu disimpan, hanya satu yang bisa dilakukan. keluarkan. biar semua lega. agar gejolak itu tak lantas membanjiri mata.

adukan. pasrahkan. ikhlaskan.

kepadaNya kita menyembah. dan kepadaNya pula kita memohon pertolongan.

BWCC, Bintaro. 02-10-20 19.30

tumbuh dan bermanfaat


Memiliki kapasitas. Adalah sebuah tahapan awal bagi seseorang untuk memberikan pengaruhnya pada orang lain. Memiliki harta. Adalah sebuah tahapan awal bagi seseorang untuk berbagi kepada orang lain. Pun begitu juga yang terjadi pada sebuah perusahaan.

Bertumbuh lalu memberikan Manfaat. Itulah filosofi umum yang diyakini sebagian perusahaan.

Namun, berbeda dengan Paragon. Untuk sampai pada cita-cita mulianya “memberikan manfaat bagi paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan” tak harus menjadi sempurna dulu. Tak harus besar dulu. Tak harus tinggi dulu.

Mungkin, ini mirip dengan filosofi sedekah, tak harus kaya dulu untuk bisa memberi. Dengan menyisihkan sebagian harta, maka Allah akan ganti berkali-kali lipat.

Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Bermanfaat …. Lalu kita akan tumbuh. Itulah sebagian penggalan kata yang pernah saya dapatkan dari Pak Harman dalam sebuah arahannya beberapa waktu silam.

Paragon mengajari kita untuk mengoptimalkan segala daya upaya yang dimiliki untuk kebaikan perusahaan. Tak peduli dimana posisi kita, tak melihat besar atau kecil kontribusi kita. Selama memberikan manfaat dan terus menerus memperbaiki kinerja, itu adalah usaha paragonian untuk terus mengumpulkan daya yang dimiliki agar tempatnya bernaung saat ini menjadi terus besar dan berkembang.

Dengan semangat memperbaiki diri dari lingkup kerja terkecil, konsisten untuk melakukan improvement dan inovasi serta meluruskan niat semulia-mulianya, sebaik-baiknya. 

Dimulai dengan niat yang baik, dikerjakan dengan proses yang baik, insya Allah hasil akhirnya akan baik pula.

#Paragon35