childfree
terlalu banyak perdebatan tentang childfree, ada yang mendukung dan menolak. kalau saya pribadi;
- Ngapain sih diumbar-umbar ke publik, kalau memang keputusannya tidak ingin punya anak, ya sah-sah aja. ga ada yang melarang. Negara juga ga melarang kalau warganya ga punya anak, dalam agama juga sepengetahuan saya ga dosa kalau ga punya anak. Beberapa ulama malah ada yang memutuskan tidak menikah.
- Ini bukan dukung-mendukung atau tolak-menolak. saya sendiri tidak menyalahkan mereka yang mengambil keputusan childfree. bebas. tapi tidak juga mendukung “kampanye” ini. kenapa dibilang kampanye, ya sangat begitu massifnya pembicaraan ini, sampai dibikin vlog dan podcast berjilid-jilid.
- Kalian tuh yang influencer, manfaatkan amanah sebagai “orang terkenal dan berpengaruh” untuk mengampanyekan kebaikan-kebaikan. masih banyak kok issue-issue yang perlu diangkat. ketimbang cuma bilang, “gue childfree” loh.
- Ya kalau ada yang nanya, “kenapa ga punya anak” atau “kenapa ga mau punya anak.” bilang aja belum saatnya. Yang nanya-nanya juga kebangetan sih. Ngapain juga nanya privacy orang, seperti nanya pekerjaan, anak, status menikah, IP, wkwk dll. Ga usah terlalu kepo tentang privacy orang lain. Ntar yang ditanya malah defence.
- Yang childfree udah diem-diem aja. Ga usah pamer.
- Yang punya anak juga jaga batasan, jangan pamer banyak anak. Ga usah nanya macem-macem kepada keluarga yang belum atau tidak mau punya anak.
Yuk banyakin istighfar!
amanah
kemarin, sebelum berangkat kerja, saya berpesan kepada izzan,
“Zan, nanti sore tolong siram lagi tanaman nya ya.”
“Jam berapa pak?”
“Jam 4 ya.”
Awalnya hanya iseng-iseng minta tolong izzan, kasihan juga kalau disuruh nyiram rumput dan tanaman. masih kecil, usia 5 tahun sudah diminta mengerjakan pekerjaan orang tua.
Siangnya saat mau mau beranjak waktu tidur siang, diajak ibunya untuk segera tidur. tapi dia berseloroh,
“Nanti kalau izzan ga kebangung gimana?, kan disuruh siram tanaman bapak jam 4”
Masya Allah… sebuah pesan yang amat dalam dari Izzan, untuk tetap menjaga amanah yang telah dititipkan Allah pada kita. Amanah berupa pekerjaan, harta, kepercayaan, keluarga, ilmu dan masih banyak lainnya. Amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, diniatkan dengan seikhlas-ikhlasnya dan dikerjakan dengan setulus-tulusnya.
31.08.21
menyempatkan
dari beberapa kali kejadian yang pernah saya alami, berikut beberapa tingkatan seseorang dalam merespon sebuah chat.
1. Super Fast Response. Ketika di chat pasti lagi on. Selalu langsung dibalas.
2. Fast Response. Setiap kali dichat pasti cepat balasnya. Ga lebih dari 10 menit. Dan biasanya kalaupun lebih, ybs memang sedang sibuk. Setelah kesibukannya mereda, langsung direspon.
3. Slow Response. Batasan minimalnya 10 menit dan ga cuma sekali dua kali Tapi selalu. Beda kalau misalnya hanya sesekali saja.
4. Super Slow Response. Ngechat jam 7, balasnya 6 jam kemudian. Masa iya sih zaman kyk gini, orang bisa bertahan tidak membuka hp lebih dari 1 jam. Paling ngga buka notif, darimana aja chat yang masuk.
5. Ga Niat bales. Dichat kapan, balasnya kapan-kapan. Padahal di grup lain muncul dengan sangat cepat. Sempat2nya instastory. Tergantung siapa yang chat itu yang akan dibalas.
Jadi, kalau chat kamu dianggurin suueperr lama, itu bisa jadi bukan karena yang bersangkutan sedang sibuk. Bisa jadi kamu memang tidak begitu penting baginya.
Suuzhon? Bukan. Kalau sesekali, bolehlah mengesampingkan suuzhon, tapi kalau selalu lama ketika balas chat kamu, ya itu berarti kedatangan chatmu tak begitu diharapkan.
Sekian.
KAU GURU MURABBI SEJATI
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami.
Suratan takdir Yang Maha Esa Telah menetapkan.
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan.
Engkaulah guru murabbi sejati.
Tulus ikhlasmu, luhur budimu, bagai tiada pengganti.
Senyum tawamu juga katamu, menyuburkan hati.
Memori indah saat bersama terus bersemadi.
Engkaulah guru murabbi sejati.
Sudah ditakdirkan kau pergi dulu.
Di saat kau masih diperlukan.
Tuhan lebih menyayangi dirimu.
Akur pasrah pada kehendak Yang Esa.
Ya Allah, tempatkannya di tempat yang mulia.
Tempat yang Dikau janjikan nikmat untuk hambaMu.
Oh guruku akan ku teruskan perjuangan ini.
Walau ku tahu kau tiada di sisi.
Perjuangan itu masih jauh beribu batu.
Selagi roh masih di jasad mesti diteruskan.
Sedih rasa hati ini mengenangkan dikau.
Masih terasa kau bersama kami.
Moga amanlah dan bahagia dikau di sana.
Setangkai doa juga Fatihah terus ku kirimkan.
Moga di sana kau bersama para solihin.
Engkaulah guru murabbi sejati.
Lagu & Lirik : Munif Ahmad
*mendengarkan lagu ini seketika teringat para murabbi yang telah mendahului. berjuang melawan wabah hingga akhir hayatnya.
TOP 4 MY ENEMY (wkwk)
Berikut ini karakteristik/sifat yang sangat sangat tidak saya sukai:
- Songong; Levelnya lebih tinggi dari sombong wkwk.. kalau punya kapasitas lalu sombong, okelah gpp. Songong itu modal pencitraan lalu gegayaan. Modal menjilat lalu pamer kehebatan.
- Zhalim; Jelas ya. orang yang memperlakukan sesuatu tidak pada tempatnya. Ini biasanya punya dendam pribadi.
- Khianat, bermuka dua; Di depan baik, mengangkat. Di belakang menjatuhkan. Juga mengabaikan amanah yang sudah dipercayakan.
- Caper, penjilat; ga usah didefinisikan ini mah ya. mual.
Empat itu aja.. sudah cukup kok. Jadi kalau anda punya salah satu sifat ini, siap2 ya akan saya jauhi, wkwk. Saya doakan kita semua terhindar dari sifat ini.
Rabbana zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriin.
ingat, saya ga pernah benci sama orangnya, yang saya benci hanya kelakuannya/sifatnya saja. kalau ia sudah berubah, sirna sudah semua kenangan buruknya.
selamat jalan bang arief
salah satu tokoh yang inspiring bagi saya telah berpulang, beberapa pekan lalu. ia berjuang melawan ganasnya covid-19.
Bang Arief, panggilan akrabnya yang baru saya dengar beberapa bulan terakhir. Dulu, di medio 2018, saat romantisme aktivisme kampus sedang tumbuh subur, beliaulah yang menurut saya punya style berbeda dalam menanamkan nilai-nilai aktivismen kepada mahasiswa. Dengan gaya pakaiannya nya yang seolah enggan dipanggil ustadz, di suatu sore di Masjid Fakultas Kehutanan UGM beliau menyampaikan terkait nilai-nilai yang harusnya dimiliki oleh para aktivis kampus.
Kompetensi. kata kunci yang selalu digaungkan. Inilah nilai jual yang dimiliki seorang aktivis. Kompeten dalam bidang keilmuannya masing-masing, kompeten dalam organisasi, kompeten dalam beramal. Bagi saya, cara penyampaian, gaya yang dipilih sangat menarik bagi gen millenial yang mulai banyak memasuki dunia kampus. Tetap profesional namun punya nilai dalam diri mereka.
Selang beberapa tahun, di pertengahan 2012 saya lagi, lagi berksempatan mendengarkan nasihat nya yang begitu berapi-api. Tapi kali ini bukan sebagai peserta, saya hanya mendengar dari kejauhan di bawah pelataran rindang depan KPFT. Saat itu sedang diadakan orientasi mahasiswa baru angkatan 2012, sedangkan saya berstatus mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi.
Sambil mengerjakan penulisan skripsi, sayup-sayup terdengar sebuah perkataan yang sampai saat ini masih saya ingat. kurang lebih “Tidak ada dalilnya, kualitas yang bagus harus diapologikan dengan kuantitas yang sedikit.”
Sebuah kalimat yang singkat namun sangat bermakna ditengah-tengah kondisi mulai memudarnya ghirah saat itu. Kumpulan orang-orang baik tidak harus sedikit. Kurang lebih begitu pemahaman sederhananya.
Kini, spirit perjuangan beliau telah banyak menginspirasi anak didik beliau. baik anak didik langsung maupun yang hanya mendengar dan melihat dari media daring. Jasad boleh pergi, tapi inspirasi akan terus menjadi pengingat saat diri ini mulai memudar kembali semangatnya.
Loyalis vs Oportunis
Dalam tiap institusi, pasti ada 2 tipe orang seperti ini:
Loyalis:
- Ga mau mengungkit-ungkit kontribusinya untuk institusi tempat di mana ia berada
- Tidak menafikan bahwa kerja memang untuk cari uang, tapi mindestnya gaji bukan segalanya, ada gaji dari Allah yang Maha Besar yang melebihi segalanta.
- Tidak melulu menanyakan apa yang didapat, karena kalau sudah hak, pasti ada jalannya sendiri untuk mendatangi
- Jam kerja ya untuk kerja. bukan untuk kepentingan pribadi, apalagi mengorganize bisnis pribadi saat jam kerja yang dibayar orang lain.
Oportunis:
- Selalu berkata, perusahaan ini maju karena saya.
- Obrolannya hanya seputar gaji dan gaji.
- Nambah lagi obrolannya tentang bonus, bonus, klaim, tunjangan dan lain-lain yang bisa diperas dari perusahaaan.
- Saat jam kerja, malah jualan online. menggunakan relasi untuk kepentingan bisnis prbadi.
ada-ada aja sih, tapi ya manusia memang unik. semoga tempat kita dijauhkan dari orang-orang oportunis. Nagih hak mulu, tapi kewajiban sering diabaikan. Celakanya kalau oportunis itu justru malah dapat privilige lebih.
Komentar Terbaru