Archive | September 2021

tiga doa


ada tiga do’a di awal hari ini:

agar tetap dalam keimanan.

agar tetap dalam keislaman.

agar tetap dalam keberkahan.

Yaa Rabb… kabulkanlah.

jauhkanlah hamba dari penghambaan terhadap makhluk.

22/09/21

kata tanpa suara


kata adalah setengah perwujudan hati..

ia menjadi pendamping bagi lisan yang kelu bicara, terjemah dari sekian rupa gemuruh yang kian mulai meluruh.

ia akan menjelma dalam kata-kata. dengan….. atau tanpa suara.

apa yang tertulis, merupakan apa yang sedang ia rasakan. apa yang diucapkan juga apa yang memang ingin ia sampaikan.

sayangnya, terkadang suara menjadi tersedak. terdiam…hening… tanpa sedikitpun mampu menggetar kesunyian.

Lalu, dengan apakah kau ungkapkan gemuruh yang kian mulai meluruh itu?

masih ada kata tanpa suara.

yang merona dalam bait-bait do’a….

20/09/21

bukti cinta.


Kalau bukan karena kata, tak mungkin dapat kugubah puisi… Kalau bukan karena cinta tak mungkin aku MASIH di sini…

Saya masih cinta, saya masih sayang. Dan akan selamanya cinta. Dan akan selamanya sayang. Biarlah serpihan kisah perjalanan ini menjadi saksi siapa yang benar-benar mencintainya dan siapa yang setengah hati atau pura-pura mencintai. Cinta itu bukan kepura-puraan, bukan kemanjaan, bukan mengharap balasan dari cinta yang diberikan. Tapi hanya ada satu kata cinta, memberi. Biarkan orang lain menilai cinta kita tak berarti, tapi kita sudah beri rasa hati yang dimiliki…

Cukup, Allah sajalah yang berhak menilai cinta kita. Kita sudah berusaha, penilaian Allah itulah yang paling adil dan menentramkan, bukan penilaian manusia yang semu dan kadang penuh ketidakadilan.

Cinta, hanya perlu pembuktian, bukan bermanis kata menutupi diri penuh keaiban.

19/09/21

tutup telinga


beberapa hari terakhir, ramai pemberitaan terkait seorang anak tokoh intelijen bersama seorang seleb mengolok-olok santri yang menutup telinga mereka ketika sedang antri vaksinasi. Santri itu merasa tidak nyaman dengan suara musik yang diperdengarkan.

mereka yang katanya mengasong kebebasan, justru mencibir kebebasan santri itu untuk bersikap. padahal, itu adalah hak santri jika tidak ingin mendengarkan musik. lepas dari perdebatan halal haram musik itu sendiri. santri-santri itu tidak meminta musik itu dimatikan, karena ada hak orang lain juga yang nyaman dengan suara musik itu. mereka hanya bersikap memprotect diri mereka sendiri, tanpa mengurangi hak orang lain.

tutup telinga. lebih jauh lagi bila dilihat dalam konteks yang lebih luas adalah sebuah bentuk perlawanan. melawan arogansi. tak ingin mendengarkan hal-hal tak berguna bagi dirinya. tak ingin ikut campur dengan ruang pembicaraan yang memang bukan haknya. Kita tidak bisa mengatur orang berbicara, tapi kita bisa mengatur apa yang pantas untuk kita dengar.

tutup telinga. adalah sebuah pesan, bahwa kita tak peduli lagi dengan apa yang mereka bicarakan, seperti mereka yang tak peduli apa yang kita rasakan.

daripada hanya mendengar kata dan pesan menyakitkan, yasudah tutup telinga saja, masih banyak untaian kata bermanfaat yang perlu kita dengarkan.

16/09/21

tong kosong pluralisme


Twit ter-epic pekan ini adalah:

“Semua agama benar, meskipun yg disebut ‘Tuhan’ perbedaannya jauh bgt, ibadahnya pun gak ada mirip2nya, apalagi detil2 ajarannya. Sementara org yg shalatnya sama dgn kita, shaumnya sama dgn kita, Tuhan & Nabinya pun sama, kalau gak mau dengarkan musik, pasti dia salah.” ~ @malakmalakmal

Kalau dilihat susunan katanya memang membingungkan, wajar sih, twitter cuma 140 karakter. Kadang perlu ekstra effort utk mengemas semua kosakata yang ingin dikeluarkan dalam satu twit.

Tapi, diluar konteks itu. Bagi yang sudah mengikuti tema terkait, akan lebih mudah memahami bahwa itu adalah sebuah pukulan telak bagi para pengasong pluralisme.

Mereka yang ngaku2 smart people, open minded, biasanya mengagung-agungkan sekularisme, pluralisme, liberalisme, cebongisme, nganuisme dan lain-lain. Memang tidak pernah adil dalam pikirannya. Mereka hanya menuruti hawa nafsu, asal beda. Asal bukan Islam.

Bilang semua agama sama, tapi giliran yang agama sama tapi pakai jenggot dibilang kadrun.

Bilang hormati minoritas, tapi uyghur dibantai bungkam.

Bilang semua orang bebas berpendapat, sekalinya ada yg berbeda langsung buzzer2 cebong smart people langsung menghujat.

Fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.

15/09/21

kenyamanan


kemarin, melintas sebuah kalimat di twitland, isinya kurang lebih seperti ini:

“Dalam ilmu tasawuf, kemapanan itu harus ada yang ngritik, tapi bukan niat benci. Tapi agar kita tidak nyaman dengan makhluk. Dengan itu kita akan kembali kepada Allah SWT. Makanya di dunia kamu akan sakit dengan gesekan sosial, kenapa? karena ketika kamu tidak nyaman dengan makhluk, kamu akan kembali berharap hanya kepada-Nya. Dan hanya berharap ridha-Nya.” – Gus Baha

memang, salah satu sebab kita mendekat kepada Allah, diantara jalannya adalah “ketidaknyamanan” dengan makhluk.

Ketika dikhianati mahkluk, kita langsung teringat bahwa ada zat yang tidak pernah mengkhianati kita. Ia amat sayang pada kita.

Ketika diperlakukan tidak adil, kita langsung teringat, bahwa ada zat Yang Maha Adil.

Ketika makhluk pilih kasih, ada zat yang tak pernah pilih kasih.

Ketika di didepan makhluk penuh topeng pencitraan, ada tempat mengadu dimana topeng-topeng pencitraan tak berlaku.

begitulah, ketidaknyamanan terhadap makhluk bisa menjadi jalan mendekat padaNya, sebaliknya semakin nyaman dengan makhluk, semakin ingin dipuji makhluk, semakin ingin dihargai makhluk, semakin tebar pesona ke makhluk, semakin ingin dihormati makhluk…. maka kita akan lupa kemana tempat semua itu akan dikembalikan.

14/09/21

proses


Manusia boleh menilai. Manusia boleh men-judge. Manusia boleh menghakimi. Manusia boleh berasumsi.

Namun, sebaik-baik penilaian dan seadil-adil penghakiman, adalah penilaian dari Allah.

Allah yang Tahu prosesmu. Allah pula yang berhak menilaimu.

07.09.21 03.30 WIB

munajat


Kebaikan-kebaikan yang Allah berikan pada kita, jauh melebihi do’a-do’a yang dipanjatkan.

Bahkan, sesuatu yang tidak dimintapun, Allah berikan pada kita. Karena ia Maha Tahu mana yang kita butuhkan. Meski tak pernah meminta.

04/09/21

para pengikut setan


saat ini sedang ramai pemberitaan. komika yang doyan menista Islam, kini iapun dihinakan.

terlalu banyak hujatan dan ujaran kebencian. tapi tak satupun digubris aparat berwenang.

kini, narkoba menjadi jalan. ditangkap saat sabu ia gunakan. ternyata iapun ada kelainan.

tapi… para pendukungnya bak pemuja setan. tetap saja bilang ia hanya jadi korban. memang, mereka sudah satu kolam. satu frekuensi satu kepribadian. sama-sama jadi antek kebathilan.

tugas kita saat ini adalah menguatkan iman, agar anak cucu kita tak ikut-ikutan. ajaran setan yang sudah banyak di elu-elu kan.

tambahkan doa dalam tiap sujud malam. agar kita dijauhkan dari kesesatan. jauh dari para penghina islam. baik dianya maupun para pendukungnya yang malu dan terang-terangan.

03.09.21

Tes Kepribadian


Beberapa hari lalu, saya mengikuti sebuah tes yang direkomendasikan dari kantor. Cukup sederhana, kita hanya diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan secara daring. Ada 2 website yang digunakan, yaitu: crystalknows.com & truity.com. Seperti biasa, umumnya tes-tes tersebut hanya sebagai tools untuk lebih mengenali kepribadian kita. Tidak 100% betul semua memang, namun paling tidak menjadi gambaran awal seperti apa potensi yang kita miliki.

Dari sekitar 100-an orang yang mengikuti tes, sudah bisa ditebak, hasilnya sangat beragam. Tidak ada hasil pengukuran yang sangat dominan. Ini menjukkan bahwa setiap orang itu unik. Hatta, dalam sebuah organisasi yang homogen pun pasti ada perbedaan antara satu individu dengan yang lainnya.

Dari situ saya memahami, bahwa setiap orang punya keunikan, punya potensi, punya kelebihan masing-masing. Karena itu, pentingnya humility atau kerendahan hati. Sebaik apapun yang kita bisa, tidak boleh menganggap diri paling baik, secerdas apapun pengetahuan kita, tak boleh tinggi hati. Karena akan ada satu sisi dimana disitulah letak kelemahan dan kekurangan kita sementara orang lain lebih unggul.

Tim yang baik bukan sekedar mengumpulkan semua orang hebat dalam satu tempat, melainkan mereka yang saling melengkapi setiap celah kekurangannya untuk bisa bergerak maju bersama. Menghilangkan ego, dendam pribadi, kesombongan dan lain-lain yang menganggap orang lain rendah dan gagal dalam melaksanakan kerjanya.

4/9/2021