Archive | Januari 2023

#DSDS 11: Abaikan


Jangan pernah sisakan ruang di hati untuk menerima pujian. Karena ketika kamu bahagia telah dipuji, puas telah dihormati dan berbangga dengan diri sendiri, dititik itulah tempat paling sakit bila kamu jatuh atau dijatuhkan.

Jakarta, 20/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 10: Belajar


Usia tak menghalangi sesorang untuk terus belajar.
Ada banyak manfaat membaca, sekecil-kecilnya manfaat membaca adalah kita tahu bahwa kita sedang dibohongi atau tidak.

#DiangkatSetinggitinggiya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 9: Martabak


Martabak adalah salah satu makanan yang populer dan pedagangnya tersebar dimana-mana. Kita akan menjumpai tukang martabak ini mulai ramai membuka lapak jelang sore hari. Tak hanya di jalan besar, bahkan di gang sempit pun biasanya bertebaran tukang martabak ini

Ada 2 jenis martabak yang banyak kita jumpai, yaitu martabak manis dan martabak telur. Martabak manis biasanya hanya adonan dengan banyak gula, disertai topping yang beragam. Sedangkan martabak telur komponen utamanya ya telur itu sendiri.

Sebentar-sebentar… Kenapa martabak yang dibuat dari telur disebut martabak telur, sedangkan martabak yang isinya banyak gula disebut martabak manis? Bukan martabak gula?…

Ah barangkali kita tak adil dalam mengingat dan menamainya. Gula yang jadi komponen utamanya tak disebut. Malangnya lagi, ia hanya disebut ketika seseorang sudah sakit parah karena mengonsumsinya. Sakit gula. Bukan sakit manis.

Manusia juga begitu, sering yang diingat hanya yang jelek-jeleknya saja. Jika ada hal baik padanya dilupakan, sedangkan jika ada hal buruk sudah pasti cocok untuk di framing padanya.

Lalu.. kamu tim mana? Martabak Telur atau Martabak Gula #eh manis?

Depok, 18/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 8: Kacamata


Ada sekelompok manusia yang sudah memiliki kacamata sendiri dalam melihat sekelilingnya. Kacamata ‘baik’ dipakai untuk melihat satu hal, kacamata ‘buruk’ dipakai untuk hal lain.

Mirisnya adalah ketika ada seseorang sudah diframing buruk oleh kacamata itu, maka segala apapun hal baik yang dikerjakan, akan dianggap buruk oleh si pemakai kacamata. Dan sebaiknya, seseorang akan selalu dianggap baik tanpa cela, jika si pemakai kacamata menggunakan kacamata berbeda.

Tapi… Itu kan kacamata manusia, abaikan saja lah ya. Karena yang perlu kita perbaiki adalah diri kita dalam pandanganNya, bukan dalam pandangan manusia. Apalagi manusianya sudah tidak adil menggunakan kacamata penilaiannya.

Jakarta, 18/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 7: Sibuk


Waktu adalah kumpulan peristiwa. Padanya ada masa dimana kebaikan terkumpul, juga sebaliknya. Penggunaan waktu pula yang membedakan produktivitas seseorang. Ada yang hari-harinya disibukkan dengan urusan kerjaan, keluarga, bisnis, pendidikan dan lainnya.

Waktu kita memang terbatas, tidak sebanyak rincian yang masuk dalam daftar keinginan-keinginan kita. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa, “tanggung jawab kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia.” Jika ingin semuanya tercapai, ya gunakanlah semua waktu yang ada untuk hal-hal yang mendukung keinginan tersebut.

Tapi? Apakah dunia ini hanya untuk mengejar daftar keinginan kita yang banyak itu?

Ada orang yang sibuk bekerja sampai lupa keluarga, ada orang yang sibuk bekerja sampai lupa ibadah. Bahkan saking sibuknya bahkan dia lupa kesibukannya sebetulnya tak berdampak apa-apa. Hanya sibuk menyibukkan diri tanpa ada dampak kebaikan yang diberi.

Lihatlah kembali kesibukan kita. Apakah memang sangat sibuk atau sibuk yang dibuat-buat, sampai lupa menyapa teman dan keluarga. Sampai lupa atasan menyapa bawahannya.

Jakarta, 16/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 6: Tikung


Saat berkendara, tentu kita sering menjumpai banyak tikungan. Ada yang sudut kelokannya tidak berbahaya sampai pada yang paling ekstrim dengan bentuk hampir memutar di tanjakan.

Beragam kelakuan pengendara pun bisa kita lihat ketika melewati sebuah tikungan, ada yang hati – hati menjaga jarak di belakang kendaraan lain. Juga ada yang terobsesi untuk bisa segera menyalip bahkan dalam posisi di tikungan.

Di beberapa road race pun, memang tikungan menjadi salah satu titik favorit untuk menyalip lawan didepannya. Karena disitulah potensi paling besar untuk bisa memanfaatkan kelemahan lawan. Berbeda dengan di track lurus, dimana semua peserta balap sedang dalam kondisi sekencang-kencangnya memacu kendaraan.

Mungkin, itu yang menginspirasi sebagian orang untuk menyalip dalam tikungan (baca: menikung). Entah itu adalah sebuah ‘road race’ atau sekedar perjalanan biasa di jalan raya.

Salut buat mereka yang berani menikung, tak peduli dengan ‘keselamatan’ orang lain. Teruskan saja. Terus tikung. Sampai puas.

Jakarta, 16/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 5: Jatuh


Adakah anak kecil yang langsung bisa tegap berjalan tanpa terjatuh?

Adakah anak kecil yang langsung bisa bersepeda dengan seimbang, tanpa sekalipun terjatuh?

Adakah anak kecil yang langsung bisa menyuap nasi, tanpa pernah ada sebutirpun yang terjatuh?

Semua kebiasaan perlu proses. Semua keberhasilan perlu perjuangan. Semua kesuksesan perlu pengorbanan. Terkadang jatuh, lalu bangkit. Terkadang jatuh semakin dalam, lalu bangkit semakin menjulang.

Dan di titik itulah kita akan menyadari bahwa jatuh itu adalah sebuah fase, dimana kita akan semakin tegar dan kuat setelahnya.

Bogor, 14/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 4: Hidup


hidup adalah kumpulan peristiwa. lembaran berjuta cerita yang tak usang dimakan usia.

adakalanya sedih dan gembira. adakalanya tertawa dan kecewa. adakalanya dipercaya dan disia-sia.

adakalanya dibutuhkan dan dibuang. adakalanya dipuji dan dicaci. adakalanya disanjung dan dirundung.

semua berlalu, berputar melewati masanya masing-masing. tiap episode diperankan oleh kumpulan manusia.

tentu… semua yang telah terjadi sudah menjadi takdir. masa depan adalah kesempatan untuk terus memperbaiki hidup dan kehidupan ini lebih baik. dengan atau tanpa pemeran lama.

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 3: Respon


Salah satu esensi dari kehidupan ini adalah bagaimana kita merespon segala sesuatu yang terjadi. Ada yang diberi rezeki yang sama, namun berbeda cara mensyukurinya. Ada yang diberi kecerdasan yang setara, namun berbeda kebermanfaatannya. Semua tergantung bagaimana dia merespon pemberian dariNya.

Begitupun tentang ujian, sesungguhnya tidak ada soal yang susah ataupun yang mudah. Yang membedakan adalah cara kita menjawab semua soal tersebut. Perkara sulit dan mudah adalah tentang cara menjawabnya.

Saat diberi ujian, ada yang tegar dan kuat menghadapi, juga ada yang mudah patah tersungkur meratapi. Padahal ujiannya sama. Beratnya sama. Waktunya pun sama. Lagi-lagi cara merespon kitalah yang menjadi pembeda.

Bogor. 14/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 2: Kapok


Tidak ada kapok dalam berbuat baik. Baik dihargai maupun tidak dihargai oleh manusia.

Tetapi.. tak ada salahnya juga mengalihkan kebaikan itu untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Bukan mereka yang hanya mengambil saripati manfaat lalu membuah sisa kulit pengorbanannya.

Ada manusia yang suka mendompleng, memeras habis kemampuan orang lain, namun setelah itu ia akui sebagai karyanya sendiri.

Ini bukan pengharapan pengakuan, tetapi menempatkan keadilan dalam bersikap. Adil menilai dan memposisikan sesuatu sesuai dengan yang seharusnya.

Jakarta, 13/01/23

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

#DSDS 1: Pujian


Orang-orang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka ada padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu karena apa-apa yang benar benar engkau ketahui pada dirimu. (Al Hikam)

Kita mendapat pujian dari manusia tersebab 2 hal:

  1. Karena Allah memberi sesuatu yang membuat kita dipuji. Entah itu kecerdasan, harta, fisik dan lain-lain. Padahal, setiap yang manusia puji, sesungguhnya itu pasti karunia/nikmat yang datang dari Allah.
  2. Karena Allah menutupi aib/dosa/ keburukan kita. Tertutupnya aib itu membuat orang lain berprasangka baik terhadap kita.

Kita yang lebih tahu siapa diri kita sebenarnya dibandingkan orang lain. Karena itu, tak perlu terlena dengan pujian orang, tak perlu berbangga dengan baik sangka manusia. Jikapun ada yang memuji, kembalikan semuanya kepada Allah, karena sejatinya kita tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa tanpa pertolonganNya.

Berhati-hatilah jika ada keinginan untuk dipuji, karena banyak manusia terperdaya dengan prasangka orang lain. Nafsu untuk selalu dipuji membuat manusia membagus-baguskan topeng kepribadiannya yang membuat diri penuh dengan kebohongan.

Ingin terlihat pintar, itu menderita.

Ingin terlihat kaya, itu menderita.

Ingin terlihat baik, itu menderita.

Karenanya, jangan ingin kelihatan sebagai orang yang baik, tapi berusahalah untuk menjadi orang yang baik. Orang lain mau menghargai atau tidak, itu urusan mereka.

Lalu, bagaimana kalau kita tidak dipuji orang?

Wilayah kita bukan memikirkan sikap orang terhadap kita, tapi pikirkanlah sikap kita kepada Allah. Apakah Allah suka atau tidak dengan kita perbuatan kita?

#DiangkatSetinggitingginya

#DibantingSesakitsakitnya

Jakarta, 11/01/2023