Arsip | menyusun puzzle RSS for this section

Rembulan tertutup awan


pada rembulan itu.. ada mata yang menatap penuh keceriaan.

melangitkan mimpi. melepas kepenatan.

di belahan bumi lain. dalam waktu yang sama. dengan rasa yang tak jauh berbeda.

Ya Rabb… jagalah.

Banjarmasin.14.Syawwal1435H

Jum’at Mubarak


Jum’at Mubarak. Kedatangannya memang selalu ditunggu tiap pekan. Bagaimana tidak, ada janji pancaran yang cahayanya bisa memancar dari kaki bumi hingga menuju ke atas langit. Hari yang padanya dijanjikan suatu waktu yang apabila termafaatkaan, maka akan diampuni dosanya antara dua waktu jum’at.

Dan pada pagi hari ini pun ada yang sudah mulai mengejar keutamaan itu. Mulai ‘mencicil’ agar satu surah al kahfi bisa khatam setidaknya sebelum waktu surya tenggelam di ufuk barat sora nanti. Namun, di sisi lain, masih ada yang disibukkan dengan kelalaiannya. Sibuk dalam lalai. Menghabiskan waktu pagi dalam selembaran selimut tebal dengan kelopak mata enggan terbuka lebar.

Ada yang mengeluh “….kesiangan” , namun ada yang sudah bisa mengatakan “…Alhamdulillah sudah khatam pagi ini” . Memang disatu waktu, kadang ada dua fragmen yang berbeda dan bertolak belakang. Manusia dengan keinginan dan kecenderungan masing-masing akan berupaya mengejar standar kehdupannya sendiri. Ada yang cukup bila dunia menjadi standar tertinggi capaian hasil kerjanya, namun juga masih banyak yang menjadikan ‘dunia’ setelah akhir dunia yang lebih abadi sebagai muara segala amalnya.

Kehidupan yang jelas merupakan sebuah tempat persinggahan sementara ini tentunya menjadi pengingat bagi para penghuninya agar ia mempersiapkan diri menjadi penyintas sukses dan mendapat gelar ”khairul bariyyah” (sebaik-baik makhluk) bukan  ”syarrul bariyyah” (seburuk-buruk makhluk). Al-Qur’an sudah mencatatkan bahwa memang tak bisa disamakan antara orang yang syukur nikmat dan yang kufur nikmat. Bahkan, al-Quran juga tidak menyetarakan antara orang shaleh dengan orang jahat (fasik). Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang taqwa. Maka, Islam punya konsep kesetaraan sendiri yang jelas berbeda dengan konsep kesetaraan kaum Pluralis Agama.

Semoga di pagi yang cerah ini dalam suasana jogja yang sehangat mentari pagi kita semua terhindar dari golongan orang-orang yang dibenci Allah. Yaitu Kikirnya orang-orang kaya, Takabburnya orang-orang miskin, Rakusnya para ulama, Minimnya rasa malu para wanita, Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta, Malasnya para pemuda, Kejinya para penguasa, Pengecutnya para tentara perang, Ujubnya para zahid, Riya’nya para ahli ibadah.

Ashbahna wa asbahal mulku lillahi walhamduillahi laa ilaha ilallahu wahdahu laa syariikalahu… lahul mulku walahul hamdu wahua ala kulli syaiin qadir.

laskar andromeda 17


inilah kelompok aneh… super aneh…

bayangpun, dalam waktu 7 bulan, 4 personelnya memberi #kabarbaik…

Dan kemudian piala bergilirpun begitu cepat berpindahnya:

1. -maaf sudah terisi- Madiun, Oktober 2011

2. -maaf terisi juga- Kertosono, Nopember 2011

3. -sorry akh bro ane duluan- Kuningan, Desember 2011

4. -yang sabar ya akhi ini bagian ane- Kebumen, April 2012

5.  (masih kosong)

6. (masih kosong)

7. (masih kosong)

8. (masih kosong)

9. (masih kosong)

10. (masih kosong)

11. (masih kosong)

12. (masih kosong)

hayoo tinggal pilih, rentang antara nomor 5 sampe nomor 12. sepertinya angka 8 itu bagus deh. biar cocok sama lambang padi emasnya. 😀

anak tiri


“anak tiri”

selalu dianggap tak penting dibanding yang lain.

selalu diakhirkan dalam tiap pertemuan rutin.

“anak tiri”

sekali menyapa, hanya sambil lalu saja.

sekedar formalitas penggugur rasa.

“anak tiri”

kala meminta lambat dipenuhi.

kala bersalah cepat dihukumi.

“anak tiri”

wujuudihi ka adaamihi…

Sleman, 4 April 2012

galau amanah


Adanya amanah, bukan untuk sekedar kita lihat berhasil atau tidak amanah itu diemban, akan tetapi tercela atau muliakah kita dalam mengemban amanah itu.

Setiap diri kita pasti akan selalu bertemu dengan yang namanya amanah, bahkan dalam waktu uang sekalipun, ada amanah yang sedang kita emban. Sebagai hamba Allah, itu amanah terberat.

Termasuk juga amanah-amanah lembaga/organisasi/hizb atau lainnya, semuanya menuntut totalitas dan kesungguhan dalam menjalaninya.

Tentu banyak hambatan, banyak kegalauan yang menerpa kita dalam menjalani sebuah amanah, terlebih lagi bila konteks amanah itu menjadi bagian dari amanah-amanah orang lain. Ketika kita menjadi bagian dari sebuah komunitas dengan amanah yang sama, tentu pernah ada masa-masa dimana ada ketersinggungan dengan yang lain, merasa tidak cocok dengan amanah, merasa tidak mendapat partner yang se-frame, merasa sendiri dan lain sebagainya.

Namun yang pasti, jangan sampai amanah yang ada itu justru membuat ukhuwah antara saudara kita retak. Karena teralalu sibuknya dengan amanah hingga melupakan nilai-nilia ukhuwah antar sesama, mengabaikan hak-hak orang lain yang juga perlu dipenuhi.

Ibarat sedang membangun istana, jangan sampai puing-puing bangunannya merusak taman-taman di sekitar. Istana harus tetap dibangun, akan tetapi keindahan taman harus tetap dijaga.

Itulah amanah yang merusak ukhuwah. Benih-benih perpecahan dan kekecewaan biasanya muncul dari sebuah amanah, sehingga lagi-lagi disini amanah menguji kesungguhan kita dalam berdakwah, apakah dakwah yang kita lakukan selama ini hanya untuk amanah?

Amanah itulah yang sebenarnya akan membentuk diri kita nantinya. Semakin layak kapasitas seseorang, maka amanah yang akan diberikan pun akan semakin berat. Dan amanah itu pulalah yang akan menjaga kita dari kefuturan. Karena futur bisa saja terjadi bila tidak ada ruang-ruang kebaikan yang kita isi.

Oleh karenanya, bersemangatlah dalam menjalakan amanah yang sudah dipercayakan pada kita, biarlah amanah itu datang sendiri sesuai dengan kapasitas yang kita miliki. Jangan meminta datangnya amanah bila tidak ada perbaikan kapasitas diri, karena amanah bukan untuk diminta dan dicari tapi untuk dijalani.

lepaskan segalanya


oke, hari ini satu persatu beban yang selama 3 tahun melekat sudah mulai terlepas, memberikan amanah beberapa keadminan  kepada yang akan meneruskan, ug**m, ce**, aa* dan segala administrasi termasuk rekening lembaga ke adek2.

selamat pagi dunia, nantikan prestasi-prestasi membanggakan dari mereka yang melanjutkan estafet perjuangan ini…..

penokohan….


Satu kata yang saya takuti akhir-akhir ini adalah PENOKOHAN. entah mengapa saya merasa risih dengan kata-kata ini.

“kenapa sih mesti ada yang namanya penokohan?”, toh biarkan saja mengalir apa adanya, biarkan orang lain melihat kinerjanya bukan karena citra atau ketokohan yang dibuat-buat.

Pada akhirnya saya pun merasa canggung ketika hadir dalam sebuah event atau dijadikan sebagai pembicara ketika niat awalnya adalah untk ‘ditokohkan’.

argghhh…

lanjutan postingan di bawah… kisah kita berakhir di januari


berat bebanku meninggalkanmu
separuh nafas jiwaku sirna

bujan salahmu apa dayaku
mungkin benar cinta sejati
tak berpihak pada kita

reff: kasihku sampai di sini kisah kita
jangan tangisi keadaannya
bukan karena kita berbeda

dengarkan, dengarkan lagu-lagu ini
melodi rintihan hati ini
kisah kita berakhir di januari

selamat tinggal kisah sejatiku
ooo pergilah

pengen muter nasyid ini sepanjang malam ini…


Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau menghulurkan tanganmu
Membawaku ke daerah yang baru
Dan hidupku kini ceria

Reff:
Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ingatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu

Kenangan bersamamu
Takkanku lupa
Walau badai datang melanda
Walau bercerai jasad dan nyawa

Mengapa kita ditemukan
Dan akhirnya kita dipisahkan
Mungkinkah menguji kesetiaan
Kejujuran dan kemanisan iman
Tuhan berikan daku kekuatan

back to reff:

Mungkinkah kita terlupa
Tuhan ada janji-Nya
Bertemu berpisah kita
Ada rahmat dan kasih-Nya

Andai ini ujian
Terangilah kamar kesabaran
Pergilah gulita hadirlah cahaya

back to reff:

Diselamanya
(ending)

warna-warni #melingkar


Banyak teman yang bilanAg, kalau semagat membina itu justru mulai terasa ketika akhir-akhir masa kuliah. Selain ‘tuntutan’, motivasi untuk meninggalkan jejak-jeka manis sepanjang perjalanan masa kuliah pun menjadi salah satu penyebabnya.

tahun ini, saya menjumpai dua kelompok #melingkar dari dua prodi dan fakultas yang berbeda, yang satu dari prodi “TI” yang satu lagi dari fakultas “F”.

Tiga pekan perjalanan ternyata telah memberikan beragam warna yang begitu mengasyikkan bila dibandingkan tahun2 sebelumnya. mulai dari begitu bersemangatnya anak-anak “TI” untuk ikut #melingkar sampai begitu kritisnya anak-anak fakultas “F” yang selalu mempertanyakan tentang konsep-konsep dasar beragama. memang, dua kelompok ini punya karakteristik berbeda, anak-anak “TI” cenderung lebih nrimo  setiap materi tanpa menggugat detail istilah atau maksudnya, arrtinya selama sesuai dengan pemahaman mereka, ya mereka langsung menerimanya. Beda dengan anak-anak dari fakultas “F”yang bisa sampai 2 jam untuk berdiskusi hanya berkutat pada istilah-istilah. mulai mempertanyakan konsep ‘keadilan’ Tuhan, atau hidayah dan dlalalah, atau kontekstual dan orisinalitas al-qur’an sebagai sebuah wahyu, juga masalah rumit seputar surga neraka, yang subhanallah, membutuhkan kepahaman ilmu yang luas untuk menimpali setiap diskusi-diskusi yang mereka lontarkan.

terlepas dari itu, kelompok #melingkar tahun ini lebih berwwarna dan lebih dinamis, semoga ALLAH memberikan kemudahan bagi saya untuk bisa menjadi   teman akrab mereka dan merekapun bisa menerima apa yang saya sampaikan. terutama yang dari fakultas “F” ini.. 🙂

 

minimal, selalu ada do’a-doa yang terselip untuk mereka,, karena mereka adalah kuncup yang siap untuk berkembang.

‘GALAU’


Galau…

kata ini sepertinya sudah ada sejak zaman nenek moyang kita, :), toh di Kamus Besar Bahasa Indonesia sudah ada definisinya.

ber·ga·lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran);
ke·ga·lau·an n sifat (keadaan hal) galau

ada beberapa sinonim dari kata galau, diantaranya: pakau, nanar, cemas, resah dan was-was.

kalau asal mula yang ini saya kurang tahu, coba kita tanyakan saja pada rumput yang bergoyang #eh.

Sedangkan, istilah glau yang saya maksud disini adalah ‘galau’. Pake tanda petik.

Pertama kali, saya mendengar istilah ‘galau’ ini dari seorang dosen Fisika Medik yang mengatakan: “Kalian ini jangan ‘galau’ karena dapet nilai sisir (baca: E), termodinamika itu menyenangkan.”  atau  seorang teman yang berkata “eh, gue lagi galau nih mikirin si ehm ehm..”

Saat itu, saya menangkapnya istilah galau yang ia sampaikan, bukan galau biasa, karena saaat itu istilah galau sedang mulai populer.

adalagi yang mendefinisikan ‘galau’ itu adalah sifat seseroang saat sedang ehm ehm dengan seseorang. bisa kita lihat dati status-status facebook-nya atau kicauan twitter-nya yang sedang ‘menggalau’, atau mereka yang sedang SNSD (Siap Nikah Siap Dilamar) #eaaa.

Menurut pak Jamil definisi galau itu banyak. Galau itu heboh sendiri. Galau itu bingung antara berbagai pilihan. Galau itu gelisah yang sangat parah. Galau itu bingung sendiri dan gak jelas maunya apa. Galau berkepanjangan bisa membuat hidup kacau. Galau tak baik dipelihara terlalu lama, sebab itu berbahaya bagi hidup Anda.

Bagaimana agar tidak galau? Saya menyarankan beberapa hal.

Pertama, tetapkan impian hidup. Prestasi terbaik apa yang akan Anda raih di kehidupan dunia ini? Jejak apa yang akan Anda tinggalkan di semesta yang membuat Anda dikenang generasi berikutnya? Kebaikan apa yang akan Anda persembahkan kepada-Nya sehingga Anda layak meminta surga-Nya? Fokuskan hidup Anda untuk mewujudkan impian yang telah Anda tetapkan.

Kedua, menjauh dari informasi negatif. Pastikan hanya menonton acara televisi yang berkualitas, bukan acara gosip atau berita-berita yang “mengotori” pikiran dan hati. Bila aktif di twitter pastikan follow orang-orang yang menyebarkan kebaikan bukan yang “menularkan” kegalauan.

Ketiga, pastikan ucapan dan tindakan Anda selalu positif. Ucapan dan tindakan bukan hanya saat bicara langsung kepada orang termasuk saat membuat status di dunia maya (Facebook, twitter dll). Sebab saat Anda berucap atau bertindak negatif kemudian mendapat respon, saat itulah hal negatif itu semakin heboh. Tanpa Anda sadari, hal negatif itu kemudian “meracuni” pikiran dan hati Anda, membuat Anda gelisah dan semakin galau.

Keempat, bergaulah dengan orang yang positif. Carilah komunitas-komunitas yang positif dan sesuai dengan profesi Anda. Ingatlah, 10 tahun yang akan datang tergantung dengan siapa Anda bergaul dan bersahabat saat ini. Bila saat ini Anda bergaul akrab dengan orang yang galau, 10 tahun yang akan datang hidup Andapun bisa galau dan kacau.

Berikut ini ciri-ciri penderita ‘galau’ ;

  1. Resah dan Mengeluh
    Inti dari status di social media adalah keluhan pribadinya tentang kehidupannya sehari-hari, biasanya dipengaruhi oleh mood yang sedang buruk.
  2. Self-Centered
    Semua pembicaraannya lebih banyak tentang dia, dia dan dia. Memuji diri sendiri yang berlebihan.
  3. Membiarkan masalah pribadi diumbar ke publik
    Yang seperti ini lama-lama bikin ill feel dan risih celakanya kalau sampai menyebut nama
  4. Membuat banyak status dalam waktu singkat
    Saking aktifnya di dunia maya, dia bisa update status dalam hitungan menit untuk menunjukkan betapa eksisnya dia dan betapa dia butuh teman curhat.
  5. Aktif di banyak social media
    Facebook saja tidak cukup, dia akan membuat akun di Twitter, Plurk, Yahoo atau sejenisnya, pokoknya yang bisa buat update status untuk mengabarkan ke dunia tentang perasaannya. Biar ga repot, biasanya dia menggunakan sistem feed dimana cukup update status dari satu social media dan secara otomatis akan terkirim ke beberapa akun social media.

nah, ternyata meskipun kehebohan ‘galau’ baru terdengar setahun belakangan ini, sebuah tim nasyid bernama “Suara Persaudaraan” telah mempopulerkan lagu ini dalam sebuah almbum berjudul “bara dalam tadzkiyah,’ yang duluncurkan pada tahun 1996.  Salah satu nasyid nya berjudul GALAU. Berikut ini kutipan nasyidnya.

“Di sebuah terminal bus antar kota, seorang laki-laki dengan wajah berlinangan air mata memandangi anaknya  dan melepasnya dengan bus yang menuju sebuah kota pelajar nan dingin di belahan timur pulau jawa. Sang bapak sedih, kecewa, lantaran  perubahan yang terjadi pada anak gadisnya. Kerudung anaknya yang menutup penuh aurat, membuatnya cemas  sang gadis jauh dari jodohnya. Sehingga ia merasa perlu menekan, agar kerudung yang  menutup kecantikan anaknya terlucuti kembali .berkali-kali kakak sang gadis meyakinkan bapaknya, bahwa jodoh adalah ketentuan Allah. Tidaklah pantas seorang wanita memamerkan keindahan tubuhnya hanya untuk memicingkan laki-laki yang belum tentu menjadi suaminya. Termenung kakak sang gadis menerawang biru di langit jingga. Mulutnya bergumam:”

Sungguh lama nian ku terkubang di dalam ujian
Saat terakhir tiada kunjung datang
Ku terpekur dalam bimbang

Ku harapkan kepada Tuhan
Akan datangnya seorang kawan
Mendampinginya di medan juang
Menepis segala rintangan menghadang

Sabarlah adikku sayang
Pertolongan Allah pasti kan datang
Dari arah yang tak terkirakan
Sabar dalam penantian

Percayalah kepada Tuhan
Semua adalah hanya ujian
Pembukti iman dan ketaqwaan
Penopang cinta dan ketabahan

Lihatlah di ufuk timur
Goresan fajar mulai membentang
Matahari pagi kan bersinar
Ibaratkan janji Tuhan

Sungguh lama nian, ku terkubang di dalam ujian
Saat terakhir tiada kunjung datang
Ku terrpekur dalam bimbang

Kuharapkan kepada Tuhan
Akan datangnya seorang kawan
MendampinginyaDi medan juang
Menepis segala rintangan menghadang

Sabarlah, adikku sayang
Pertolongan Allah pasti kan datang
Dari arah yang tak terkirakan
Sabar dalam penantian

Percayalah kepada Tuhan
Semua adalah hanya ujian
Pembukti iman dan ketaqwaan
Penopang cinta dan ketabahan

Lihatlah di ufuk timur
Goresan fajar mulai membentang
Matahari pagi kan bersinar
Ibaratkan janji Tuhan

Ibaratkan janji Tuhan

lalu berlanjut ke nasyid selanjutnya yang berjudul “hasrat hatiku”,

Apabila telah tiba masaku,
Untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan Allah berikan
Insya Allah janjiku segera kutunaikan

Tapi bila kuraba dalam hati,
Datang seruntun pertanyaan silih berganti
Adakah semua kulakukan terlalu dini
Berdegup jantung di dada, kendalikan diri

Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang pukang,
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya

Akhirnya aku segera tersadar,
Hanya pada Allah lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar

*tuh, galau itu jangan pada manusia, ‘menggalau’ lah pada yang bisa menyembuhkan kegalauan itu. GALAU: God Always Love All of U

“Barangsiapa yg ditimpa oleh kefakiran, kemudian dia mengadukannya kpd manusia, maka kefakirannya tdk akan ditolak darinya. Dan barangsiapa yg ditimpa oleh kefakiran, kmudian dia mengadukannya kpd Allah SWT, maka sungguh tlah mndekati kepastian bhw Allah SWT memberikannya rizqi baik didunia maupun di akhirat.”(hadis Abu Daud ra)

campur aduk 11-11-11


Rabu pagi, 9/11/11, saya pergi ke stasiun Lempuyangan buat beli tiket. tiket apa? yang pasti bukan tiket pesawat lah :).

sesampainya di stasiun…..

ooo antrian panjang, “biasalah..” pikir saya dalam hati. tapi melihat orang-orang di depan pada bawa kertas, jadi aneh juga ya… “udah antri dulu aja.”

sesampainya di depan loket, “tiket ke jakarta satu mbak.” 

“oo maaf mas tiketnya yg hari ini sudah terpesan semua, adanya untuk tanggal 16.”

hah??!!! ini kok nggak kyk biasanya. masa’ progo cepet banget abisnya.

Dan,, Ya Allah setelah tanya ke satpamnya, ternyata mulai tgl 1 oktober kemain ada peraturan baru yg melarang adanya penumpang berdiri alias, satu kursi emang dijatah untuk sati orang. itu berarti, kereta progo yang biasany bejube tiap kali pemberangkatan, harus legowo mengurangi jumlah penumpangnya.

Progo… abis

Senja utama…abis

Gaya Baru Malam…. abis juga.

Duh, padahal rencananya sore nanti abis uts KWU sy langsung brgkt ke jakarta, ngurus KP sekaligus pulang kampung.

hanya ada satu loket yang masih menjual tiket untuk hari-H, yaitu gajah Wong, apa itu?

g tau juga, saya aja baru denger kali ini. ternyata itu kereta baru jurusan jogja-jakarta. kelas Ekonomi tapi ber-AC…. (hho boleh dicoba nih)

dan setelah melihat harganya, ngelus-ngelus dada, 130 ribu. 4 kali lipat harga progo.

tapi tak apalah, daripada sore ini sy gak jadi berangkat.

rencana saya kan rabu sore ini berangkat, nyampe jakarta kamis pagi, kamis ke BPPT buat ngurus KP, jumat sore langsung balik ke jogja supaya sabtu paginya bisa ke Kertosono ke acara walimahan temen.

tiket sudah terbeli, uts pun sudah selesai. tiba-tiba ada sms dr pembina KP di BPPT,

“saya baru adda di kantor senin besok, pekan ini sedang ada dinas di luar kota.”

nah lo, ini sih salah saya juga, kenapa tadi ga sms beliau dulu sebelum beli tiket.

alhasil, kalau mau ketemu beliau ya senin depan. sebenernya bisa aja sih rabu sore tetep berangkat dan baru balik ke jogja senin sore tgl 14. tapi ya itu, saya udah ada janjian sama tmn2 #lingkaran untuk brgkt ke walimahan tmn sabtu pagi tgl 12. kalau maksa ttp brgkt ke jakarta, berarti ga ikut ke walimahan tmn. padahal sy udah ngebatalin acara MPKD kampus,,,,

ya sudahlah, tiketnya akhirnya saya kembalikan lagi meski uang yg kembali nggak utuh lagi.

sy ikhlaskan, biarin deh, ke jakartanya pekan depan aja asal bisa ke walimahan tmn. kamis malemnya ada sms,

“kita berangkat ke kertosono jadinya jumat pagi ya, soalnya resepsinya hari jumat, rencana awal hari sabtu g jadi.”

aneh kan,, 🙂 ya bgitulah. tuh kan coba saya tetep brgkt ke jakarta, pasti gak akan kekejar untuk balik ke jogja untuk terus dilanjutkan ke kertosono.

ini kehendakNya yang pertama

oke, jumat pagi akhirnya berangkat ke kertosono naik sancaka. pikir saya, oh iya, nanti dari kertosono naek keret yg langsung ke jakarta aja untk pulang. kan walimahnya maju jadi hari jumat, berarti sabtu sy bisa sampe jakarta dan seninnya bisa ketemu pembimbing KP. ide bagus tuh (mikirnya gitu.., tapi…..)

tapi….. setelah sampe kertosono. sebelum ke tempat walimah, sy mampir ke loketnya dulu dan nyari2 tiket ke jakarta, dan… HABIS SEMUA UNTUK HARI INI. baik itu ekonomi, bisnis, maupun eksekutif…..

sempat terpikir, yasudahlah naik bis saja nanti….

(ditempat walimahan,,,, ceritanya di skip  he2)

pulang dari kertosono naek sri tanjung (coba itung, udah berapa nama kereta yg saya sebut? 🙂 ) dan dalam perjalanan pulang ada sms masuk

“saya sampai ahad besok sedang ada di Jogja, nanti bisa ketemuan kalau ada waktu yang cocok,”

Alhamdulillah….. ternyata si bapaknya itu tugas dinas ke Jogja, dan saya punya kesempatan ketemu langsung tanpa harus ke BPPT.

coba bayangkan kalao tadi sy ngebet pengen jumatt sore ke jakarta naek bis, dan udah perjalanan di bis dapet sms gitu, pasti nangis darah (nggak juga sihh :))

yg pasti, ini kehendakNya yang kedua.

===============================================

ada satu pelajaran yg bisa saya ambil, PERTAMA, kalau mau ketemu seseorang janjian dulu, he2…

KEDUA, hikmah perjalanan Jogja-Kertosono hari ini:  ketika kita sedang mengejar ‘sesuatu’ nun jauh disana, berusaha untuk dapet ‘sesuatu’ yg belum kita miliki, bisa jadi justru ALLAH sedang mendekatkan ‘sesuatu’ itu kepada kita, dan ada dekat sekali dengan kita saat ini…..

‘sesuatu’ itu bisa anda ganti apa aja dehh. you know lah.. 🙂

dilema kaderisasi


“Nggak ada dalilnya, kualitas yang bagus harus diapologikan dengan kuantitas yang sedikit.”

Dengan penuh semangat, pak Arief Munandar -yang tak mau bila kami panggil ustadz- memberikan closing statement dalam sebuah acara PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru) Fakultas Teknik. Saya yang sebenarnya bukan panitia, apalagi peserta, alhamdulillah sempat mendengarkan sayup-sayup nasehat beliau dari kejauhan dibawah pohon rindang samping KPFT.

Waktu itu, sambil menunggu rombongan KKN berangkat ke Kulonprogo, saya sempatkan untuk sekedar melihat wajah-wajah baru yang akan menggantikan wajah-wajah lama -seperti saya- ini. Entah kenapa, sebuah statement yang singkat tapi begitu dalam hingga selalu saya ingat sampai saat ini. Beliau mengatakan bahwa “Nggak ada dalilnya, kualitas yang bagus harus diapologikan dengan kuantitas yang sedikit.”

sering ada yang bertanya,

“kok peserta trainingnya sedikit?.”

“memang hanya orang-orang pilihan saja yang punya kesempatan untuk hadir.”

“kok yang daftar lembaga ini sedikit?”

“memang hanya mahasiswa militan saja yang akan terjaring masuk.”

Kuantitas memang bukan segalanya, toh ummat nabi Nuh bisa dihitung dengan jari, tapi menjadi generasi terbaik pada masanya. Hal lain yang mungkin jadi apologi adalah kekalahan ummat Islam dalam Perang Uhud meski dalam kuantitas yang banyak.

Bukan dari perspektif itu yang ingin saya bandingkan, memang sunnatullah nya, orang-orang yang akan memperjuangkan kebaikan ini tidak banyak. Jumlahnya masih relatif sedikit bila dibandingkan dengan musuh-musuh kebaikan. Coba bandingkan acara kajian di kampus dengan konser band akhir tahun!

Perspektif yang ingin saya sampaikan adalah, jangan sampai justru kita sendirilah yang menjadi penyebab minimnya kuantitas para penggerak dakwah di kampus. Kalau mereka berguguran, biarlah proses seleksi alam yang menuntutnya, bukan karena kesalahan atau ketidakseriusan kita mencetak wajah-wajah baru penerus dakwah kampus.

misal, dalam sebuah LDK (Lembaga Dakwah Kampus) menginginkan agar yang masuk ke dalam lembaganya adalah mahasiswa yang benar-benar militan dan memiliki keinginan kuat untuk menjadi penggerak dakwah kampus, paling tidak mereka yang tarbawi-nya sudah sehat sejak SMA. Lalu tim kaderisasi lembaga dakwah tersebut kemudian menetapkan, open recruitmet hanya dibuka selama 2 hari dari jam sekian sampai jam sekian.

“kenapa singkat banget? padahal potensi mahasiswa baru di kampus ini cukup besar?”

“yah, itu sebagai bentuk seleksi awal kita supaya yang masuk ke lembaga ini benar-benar mahasiswa yang serius untuk menjadi anggota lembaga ini, bukan mereka yang asal-asalan hanya untuk memenuhi CV.”

iyakah seperti itu? lalu bagaimana dengan mereka (red: mahasiswa baru) yang di SMA nya belum kenal sama sekali apa itu dakwah? mereka yang di SMA nya nggak kenal dengan mentoring dan kajian-kajian keislaman?.

Padahal, mungkin dia baru kenal istilah dakwah ketika di kampus. dan ketika ingin mendaftar belum sempat mengambil form pendaftaran. Lalu ia bergumam,

“ah, ribet banget sih daftarnya, harus di jam-jam yang ada kelas kuliah. mesti ngisi ini itu lagi.”

Bagi mereka, yang memang suda terbina di SMA, mungkin tak ada masalah. Mereka akan punya keinginan kuat untuk mendaftar karena mereka tau urgensinya bergabung dengan sebuah lembaga dakwah. Akan tetapi coba lihat, mereka yang belum begitu tahu urgensinya dakwah, yang ingin coba-coba masuk LDK, mereka lalu beranggapan tak ada ruginya bila telat mendaftar dan tidak jadi anggota LDK tersebut dan ia pun tidak tahu apa sih urgensinya dakwah (kata-kata yang mungkin baru didengarnya di kampus).

Filter, yang kita buat diawal telah menghambat kesempatan seseorang untuk menjadi bagian dari penggerak dakwah ini. Padahal bisa jadi mereka yang terhambat itu memiliki potensi yang besar dikemudian hari untuk menjadi pendukung dan pelaku utama dakwah kampus ini.

Alhasil, jangan heran bila sering muncul keluhan,

“kok, yang menjadi tokoh-tokoh penting di lembaga kebanyakan anak-anak ‘transfer’ ya?”

Wajar….

karena yang diincar pertama kali, yang diperhatikan terus menerus, yang diharapkan menjadi penggerak dakwah kampus adalah anak-anak ‘transfer’ , sehingga mengesampingkan potensi lain yang sebenarnya jauh lebih besar. Lalu men-judge, mereka yang telat daftar di LDK, mereka yang nggak ikut wawancara, mereka yang nggak mengembalikan form adalah calon-calon anggota yang tidak miitan, sehingga tidak layak untuk menjadi anggota lembaga ini.

Padahal, inilah tantangannya, tidak hanya sekedar mendapat input yang bagus, akan tetapi sebuah sistem kaderisasi harus bisa menghasilkan ouput yang bagus dengan input yang beragam.


———

“……yasudah, terima saja yang mendaftar, biar alur kaderisasi yang akan menyeleksi mereka. karena kita butuh kualitas juga kuantitas “

iapun berlalu meninggalkan rapat itu….

Kamis, 3 Nopember 2011

06.00 WIB

Menjelang Ujian TenSor

kuasa


Kita menang bukan karena kita berkuasa tapi karena kebenaran menjadi nyata. (Anis Matta)

kuasa, kadang menjadi ujian kesombongan. membuat diri kita lupa darimana kuasa itu datang. atau oleh siapa saja kuasa itu diperjuangkan.

oleh siapa SAJA, bukan oleh siapa-siapa. kita merebut kuasa itu bukan untuk kemenangan pribadi, bukan untuk popularitas diri sendiri, bukan untuk citra bahwa kita begitu berjaya dihadapan mereka.

kita berkuasa untuk memudahkan kalimatullah tegak di muka bumi ini, kita berkuasa untuk memudahkan dakwah tersebar luas dihamparan dunia ini.

lalu, apa artinya kuasa bila justru dakwah semakin sulit. apa artinya kuasa bila justru jalan-jalan kebaikan menjadi terhambat.

kita telah memperjuangkan kuasa itu, tapi kini luluh dengan kesombongan. tak ada bedanya antara kita berkuasa atau tidak. karena kini kuasa telah dijadikan tujuan, bukan lagi sarana.

astaghfirullahal ‘adzhiim…

 

dalam labirin waktu asy-syifa


enam bulan tinggal di RS Sardjito, 

mengamati, merasakan, menangkap aura di tiap hilir mudik berlarian.

ada keluh, ada resah ada harap-harap cemas. menanti kabar bagaimanakah kondisi yang tercinta dalam lorong-lorong kecil di sudut rumah sakit.

ada tetes darah, infus yang mengalir, hingga bau menyengat obat-obat mengalir bersama angin menelusuri tiap kamar-kamar berjajar.

mungkin tak kuasa mata-mata sayu itu mengeluarkan airmatanya, atau dari bibir mungil itu tak lega bila tak mengeluarkan isak tangis membahana. cukuplah pemandangan sehari-hari itu menjadi saksi bahwa memang rumah sakit ini telah menjadi bagian dalam hidup saya. enam bulan menjadi penghuni sardjito telah memberi warna tersendiri. mengingatkan selalu akan kematian yang suatu saat dengan tiba-tiba akan kita alami. 

begitu mulianya para dokter itu, dengan pakaian kebesaran putih-dan semoga menunjukkan kesucian hatinya- untuk menolog sesama, sayapun tak kuasa untuk terus berucap “subhanallah”.  

atas setiap perjuangan mereka, atas setiap senyum dan kehangatan dalam memberi pelayan terbaik di rumah sakit ini.

dan sore ini, dalam jebakan hujan sore, pasca uts biofisika, saya kembali menelusuri lorong-lorong itu. hendak bertenduh, namun dalam gemericik hujan yang terus membasahi bumi ini, tersingkap memori beberapa tahun lalu. kenangan di asy-syifa dengan berjuta kata untuk melukiskannya.

menulis: jalan kearifan


ketika menulis adalah jalan kearifan, kalimat demi kalimat adalah semangat.

ketika menulis adalah jalan kearifan, bahkan bergembirapun punya alasan.

ketika menulis adalah jalan kearifan, sekecil apapun fakta selalu punya makna.

ketika menulis adalah jalan kearifan, kata-kata senantiasa jadi tanggung jawab.

ketika menulis adalah jalan kearifan, berbagi ide berarti berbagi tanggung jawab.

~Tarbawi~

kerontang


dua puluh satu tahun berlalu,

dua ratus empat puuh sembilan bulan telah lewat,

dalam pergesaran minggu, dan perputaran roda-roda jam hingga detak menit yang terus berputar..,

adakah karya yang sudah diperbuat. ataukah hanya menyesai setiap takdir yang telah dilewati?

TIDAK!!!!

tidak boleh ada kata berhenti untuk terus  berkarya, tidak boleh ada kata mundur dalam berjuang. Baik di dalam ataupun di luar sistem. tetaplah berkarya…baik tanpa jadi sesuatu apapun atau menjadi apapun tetaplah berkarya,

manusia punya penilaian, begitupun Allah, pasti DIA akan memberikan penilaian atas kerja-kerja yang telah kita lakukan. Meski mungkin dimata manusia secara zhahir tak terlihat, tetaplah berkarya dalam diam. Adakalanya kita mesti mengesampingkan pandangan manusia. Seburuk apapun orang lain menilai, yakinlah bila kita selalu dekat dengan Al-Qur’an dan petunjuk-Nya, Allah akan memberikan peilaian pula pada kita.

 

masing-masing kita punya pendirian, dan manusia juga bisa salah. apalagi bila hatinya sedang kering kerontang.

 

pertengkaran kecil


sedih membaca milis dimana pertengkaran ini sedang terjadi,,, bukan pertengkaran biasa, bukan pertengkaran anak kecil. Tapi pertengkaran antara kita yang sudah mendeklarasikan atau dideklarasikan sebagai ‘aktivis’.

Sedih bila kuingat tengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini

Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini

Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu

akan kemana nasib negeri ini, bila dalam lingkup kecil saja sudah muncul benih-benih pertengkaran, kemana akan dibawa ‘dakwah’ sehari-hari diusung bila kata-kata kotor terucap melintasi lisan ini.

mungkin, saat ini kita sok bijak menghakimi para qiyadah di parlemen yang menurut kita sudah berubah, para ustadz yang sudah mulai bergaya hedon, para ustad yang di mata publik terpecah menjadi beberapa faksi. Tapi lihat sendiri saat ini, lihat kondisi ke dalam. Mereka yang dulu dalam binaannya sangat militan saja masih meemungkinkan untuk terjadi ‘pertengkaran kecil’, apalagi mereka yang hidup saat ini, yang masih dikampus saja sudah bertengkar. lalu, bagaimana nasib negeri ini nanti?

Road to success


Baru sekali gagal, itu wajar….teruslah berusaha karena proses menuju kegemilangan tidak serta merta di dapat secara instan.

Akhirnya, setelah melakukan beberapa tahap seleksi, keluarlah pengu

muman itu. Yah, meski tidak tercantum dalam 3 besar tapi alhamdulillah tulisan sy masuk 10 besar dari 150 essay yang masuk.

Kalau disebut gagal, sebenarnya tidak juga. Ini kali pertama saya mengikuti lomba essay, dan Alhamdulillah di kali pertamanya ini essay sya langsung masuk final dan dipresentasikan di museum benteng Vredeburg Jum’at kemarin.

Keberhasilan dan kegagalan kadang menjadi parameter bagi kita untuk menapaki langkah selanjutnya. Ada yang begitu kecewa ketika gagal meraih suatu impian, tapi ada juga yang justru semakin bersemangat membuktikan bahwa ia bisa bangkit dari kegagalan. Karena ia yakin, bahwa keberhasilan itu akan dicapai dengan rentetan kegagalan di awalnya. Entah itu sekali, dua kali atau bahkan sampai pulah kali. Bukankah Einstein juga gagal ratusan kali, hingga pada percobaannya yang ke-seribu ia berhasil..

Tetap konsisten. Itu kuncinya. Pada postingan sebelumnya juga saya tulis mengenai konsistensi untuk mencapai ssuatu keberhasilan. sekarang, mulailah untuk terus menempakapasitas diri, karena apa yang kita miliki, insya ALLAH akan berbanding urus dengan apa yang kita dapatkan. Ketika kapasitas diri kita layak untuk merai suatu capaian, maka tak ada yang akan bisa menghalangi kebrkahan dari angit atas setiap usaha yang kita lakukan….

wallahu a’lam

Jiwa-jiwa permaafan


Jiwa-jiwa permaafan.

 

Loyalitas, sebuah kata yang menjadi penggerak beribu massa tumpah ruahmamadati sepanjang jalan malioboro. Tua muda, dari kalangan rakyat manapun membuktikan ikrar seia mereka pada sang raja. Memang, mobilisasi paling efektif bukan pada ta’limat ataupun qoror. Akan tetapi berdasarkan pada loyalitas yang tersimpul dalam ikatan ukhuwah. Mampu tergerak dan menggerakan. Memenuhi setiap kebutuahn medan-medan perjuangan.

Tentu, bagi setiap jiwa-jiwa permaafan takkan bisa seperti mereka. Bukti loyalitas dan kesetiaan yang terangkum indah dalam sebuah kerja nyata. Mampu merangkai ide-ide menjadi sebuah karya. Mampu membuktikan cinta dalam sebentuk kerja.

Jiwa-jiwa permaafan akan mudah kalah dengan kemalasannya dalam berkarya, memenuhi tugas sebagai abdi kuasa. Jiwa-jiwa yang lemah tak berdaya dengan nafsu yang ingin selalu terpenuhi.

 

—-Yogyakarta, 24 Oktober 2011—-