Arsip | Serial Cinta RSS for this section

Perjalanan (1)


Hampir satu tahun aku meninggalkan kota ini, Jogja. Tempat dimana segala peristiwa menjadi nuansa penuh makna yang setiap orang ingin merasakan kembali hangatnya, nyamannya dan menariknya kota ini. Bekasi, Serang, Banjarmasin telah menjadi pelabuhan tinggalku selanjutnya setelah kota ini. Namun selalu ada ‘rasa’ untuk terus mengenang Jogja, atau paling tidak berinteraksi dengan kehidupan orang-orang yang masih tinggal di sana. Teman-temanku banyak yang masih tinggal di sana, entah untuk melanjutkan skripsinya, kerja atau masih harus berjuang merampungkan perjuangannya dalam  berlembar-lembar catatan skripsi.

Ada kerinduan, Ada harapan, Ada kenangan yang masih tersimpan dalam. Berbagai momentum-momentum berkesan yang pernah kulalui di sana membuatku ingin mengunjunginya kembali. Beberapa kali akupun singgah di sana, hanya sekedar melepas rindu.

==========

Perjalanan hidup setahun yang kualami selepas kehidupan kampus pun mulai menemui titik dimana kehadiran seorang pendamping menjadi sesuatu yang mulai kupikirkan. Istri. Ya… seorang yang akan menemaniku bersama untuk berproses terus menjadi baik dan menapaki tahapan selanjutnya dalam hidup ini. binaul usrah.

Teringat sebuah obrolan dimana dulu saat menjadi mahasiswa banyak teman-teman yang bercerita bagaimana perjalannya hingga menemukan sekeping hatinya dan berakhir dalam bingkai rumah tangga. Ada teman yang menyampaikan bahwa ia dijodohkan oleh orang tuanya, dipertemukan oleh MR nya, nembak langsung ke calon dengan diawali kode-kodean rahasia ataupun cinta lokasi saat KKN yang berakhir di pelaminan. Serta masih banyak lagi kisah teman-teman yang kemudian membuatku berpikir. Langkah apa yang harus kutempuh?

==========

2 Maret 2014.

Bismillah.. sent!

Assalamu’alaikum mas.. berikut biodata saya, mohon koreksi kalau ada yg tdk sesuai format :)”

kurang lebih begitulah isi pesan yang kusampaikan di badan email yang terkirim ke MR ku waktu itu. Singkat, hanya sebaris kalimat penuh harap akan terjawabnya segera emailku itu. Langsung ku sandingkan juga pesan singkat via whatsapp, hendak mengabari beliau bahwa email yang diminta sudah kukirimkan.

“Sudah saya kirim emailnya mas.”

“Oke akh Jupri, ana teruskan ke BK**S kampus. Semoga berkah dan diberkahi”

Sebetulnya, bisa saja aku kirimkan pesan lebih panjang, ...”semoga segera ada jawabannya. Hehe” . Tapi aku juga sadar bahwa sedang banyak juga yang berproses di sana, sehingga harus menunggu waktu yang tepat.

Hari berganti hari, minggu per minggu kian berlalu dan 4 bulan pun sudah kulewati dengan resah yang menderu. Dalam hati aku bertanya,“kok belum juga ada jawaban ya.”

Hampir 4 bulan itu aku tak mengontak MR, namun karena rasa penasaranku kian bertambah, kuberanikan diri untuk bertanya ke MR ku itu.“biasanya jawaban proposal itu berapa lama ya mas?”

Aku bertanya diplomatis, supaya tak terkesan mengejar-ngejar beliau. 

“punya antum sedang di syurokan.”

Padahal aku tak bertanya tentang emailku, tapi beliau menjawab langsung mengarah ke pertanyaan tersirat yang aku ajukan. hehe

============

bersambung…….

seperempat abad


hari ini, saya (konon katanya) memasuki usia yang ke-25.
sudah 24 tahun berlalu, melewati beragam kepingan puzzle kehidupan. di usia yang ke-24 kemarin Allah memberikan sebuah anugerah yang hingga saat ini masih terus dan akan terus ku syukuri. Sebuah anugerah terindah dipertemukan dengan seorang wanita shalihah, Shiva Ulya Azizah. Semoga berkah terus ya sayang. 🙂
24 Tahun (by: Ebith beat A)
24 tahun…………yaa robanna
Hamba di dunia……yaa robanna
Hamba banyak dosa…yaa robanna
Hamba mohon ampunMelupakan satu kewajiban kita
Didunia yang telah tertulisakan
Dalam agama dalam keluarga
Banyak tergiur oleh fantasy duniaRajin mencapai cita
Ada yang jadi artis yang jadi pejabat
Tapi kenapa kita suka lupa
Terhadap kewajiban kita semua
Yang jadi artis banyak
Yang tidak hafal hadist
Yang jadi pejabat banyak
Yang ninggalain sholat

Ga jadi malu tetap begitu
Padahal itu semua hanyalah
Tipu muslihat biar kita dilaknat
Banyak ninggalin sholat, puasa
Apalagi dzikir cuma sekelebat

Allah subahanahuwataa’la
Memerintahkan kepada kita
Semua makhluknya didunia
Berusaha mencukupi kebutuhan
Manafkahi keluarga dari zaman
Nabi adam mencari siti hawa
Dan rasulullah bergerak
Dibidang niaga namun sebenarnya
Kita jangan lupa terhadap
Kewajiban kita semua

Jangan lupa sholat
Jangan lupa zakat
Jangan lupa dzikir

Sekarang mari kita evaluasi diri
Apa kekurangan kita didunia
Kita perbaiki ya……. buat bekal
Nanti dialam kekal

Keputusan untuk mencintai


komik

Cinta kadang memerlukan jeda. Dengan waktu agar hadirkan rindu, dengan jarak agar kuatkan harap. Namun cinta tak kenal masa. Ketika ia sudah diputuskan untuk hadir membawa harapan dan menepis segala keraguan, ia tak boleh hilang, tak boleh mundur, tak boleh berkurang… bahkan dalam sepi sekalipun.

Syukur dan sabar…. adalah dua kata yang terpatri mengiringi perjalanan ini. Lima bulan meniti tapak-tapak kesungguhan untuk hadirkan sebuah keberanian. Keberanian untuk membuat satu komitmen. Mencintai. Keberanian untuk menanggung konsekuensi logis dari keputusan untuk mencintai itu. Keberanian yang dimulai dalam sebuah sebuah perjanjian yang kokoh (miitsaaqan ghaliiza) dihadapan semesta yang menjadi saksi. Dan setelah itu, hari demi hari akan dilalui sebagai realisasi atas komitmen yang telah diucapkan.

Betul apa kata Anis Matta dalam buku serial cintanya, Para pecinta sejati tak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai. Mereka akan segera membuat rencana untuk memberi. Ketika kita sudah memutuskan untuk mencintai, maka cinta itu telah berubah. Dari sekedar rasa, kini menjadi tindakan nyata untuk memberi.

Banjarmasin.30.11.14

menanti satu purnama untuk merenda kisah bersama

Mohon Do’a Restu :)


 

shiva-jupri-08

aku tak kuasa menolak.. bila engkaulah yang telah dipilihkan Nya untukku.

Jupri Supriadi & Shiva Ulya Azizah

 

Merindu Jiwa


Jiwa-jiwa itu sedang merindu

Menjalani hari dengan selaksa harapan

Menghias waktu bercengkrama riang dengan sang karib

Sesekali sepi itu datang, sang jiwa kerontang merindu

 

Jiwa-jiwa itu sedang merindu

Sesekali ingin mengetuk-ngetuk pintu Lauh Mahfudz

Biar saja melodi waktu yang mengaturnya

Untuk sebuah pertemuan..berujung barakah

 

Jiwa-jiwa itu sedang merindu

Yang kini keduanya sedang sibuk menyamakan gontai

Alunannya tengah berdesir menuju hempasan suatu muara

Ia akan tergenapkan..jika sang jiwa telah mengiyakan amanah

 

Jiwa-jiwa itu sedang merindu,

merindu untuk tergenapkan

Untai doa tiada keluh mengalir..beharap..melukis asa

Tangan-tangan itu menengadah..mengiba kesempurnaan dien

 

Ia akan datang, pasti akan datang

Membawa cahaya bintang di jelaga hati

Mengukir pualam mega pada desah jiwa

 

Ia akan datang dan pasti akan datang

Diiringi kepakan sayap para malaikat suci yang mengangkasa pada Arasy

Memberitahu pada penduduk langit

Bahwa sang Fulan telah menemukan serpihan jiwa

Sang Khalik pun tersenyum, menghendaki derajat sang Fulan meninggi dihadapanNYA

Memberi ruang padanya untuk mengokohkan pilar-pilar bersyurga

 

sumber: http://kolikolifamily.blogspot.com/2013/08/merindu-jiwa.html

Kajian AQL Islamic Center: Ust. Bendri Jaisyurrahman @ajobendri


Temanya tak saya tuliskan di judul, langsung nikmati saja ilmunya dengan mendengarkannya.

Karena ia sebuah cinta


Karena ia sebuah cinta. ia senantiasa bergetar..
meskipun tak ada lagi yang mau mendengar.

Karena ia sebuah cinta. ia senantiasa melihat dan merasa..
meskipun tertatap buta dalam terang dan gulita.

Karena ia sebuah cinta. ia datang untuk menguji..
bukan untuk menyiksa dan menyakiti.

Karena ia sebuah cinta. ia senantiasa berusaha..
tak pernah ada kata memaksa, meski lelah datang mendera.

Karena ia sebuah cinta. ia senantiasa menarik..
meskipun tak ada satupun orang yang melirik.

Karena ia sebuah cinta. ia datang menghampiri dengan hati..
dengan cinta, kerja dan harmoni.

Karena ia sebuah cinta. ia selalu hadir dalam pancar sinar mata..
meskipun tak sempat terucap dalam kata..

Karena ia sebuah cinta. ia mencoba untuk selalu memenangi..
bukan hanya berjanji, setelah itu mengingkari.

Karena ia sebuah cinta. ia hadir karena ketentuan..
bukan karena permintaan.

Karena ia sebuah cinta. ia hadir dengan pengorbanan dan kesetiaan..
bukan dengan kekayaan dan kebendaan.

Karena ia sebuah cinta…

 

Catatan Akhir Pekan #1


Hmm.. ternyata bulan ini harus membagi waktu akhir pekan untuk agenda-agenda “reunian”. Ada banyak undangan yang datang, entah itu dari teman kampus, maupun teman-teman SMA. Meski, Sebagian besar dari mereka sudah tak pernah bertemu saya lagi hampir setahun bahkan sudah ada yang sejak lulus SMA belum pernah ketemuan lagi.

Pernikahan. Itulah undangan terbanyak yang datang kepada saya. (ya iyalah masa ada juga undangan khitanan yang nyasar). Ya kali aja ada undangan yang lain, undangan wisuda, undangan seminar apa kek. 🙂

Tapi bersyukur, ternyata mereka adalah orang-orang hebat yang sudah siap untuk memasuki jenjang kehidupan yang kalau kata Hasan Al Banna, memasuki tahap binaul usrah. Sedangkan kita, (eh saya ding) masih pada tahap islahun nafs.. itupun belum kelar-kelar 😦

Mereka sudah selesai pada tahap pertama dan siap mengemban amanah untuk menyempurnakan separuh lagi diennya. Begitu besar keutamaan menikah hingga Rasullah mengatakan bahwa menikah itu separuh agama. Woow.. berarti saya belum separuh-separuhnya acan 😦

Memang benar kata orang. Masa muda adalah masa dimana seseorang itu bagaikan raja, namun jika ia terlalu lama melewati masa muda dengan membujang, ia menjadi seorang hamba yang patut dikasihani. Begitupun sebaliknya, ketika seseorang menikah, ia seolah menjadi budak pada awal pernikahannnya, menjadi tidak bebas hidupnya. Namun lambat laut ia akan merasa diperlakukan bak raja atau ratu oleh pasangannya. Tidak lagi merasa kesepian dan kepedihan yang berlarut karena ada seseorang yang setia mendampingi dan menjadi sandaran hatinya.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, “Ada 3 golongan yang pasti ditolong Allah, yaitu budak mukatab (budak yang ingin memerdekakan diri dengan cara bekerja keras) yang ingin melunasi hutangnya, orang yang menikah demi menjaga diri dari perbuatan maksiat, dan para pejuang di jalan Allah. “ (HR. Tirmidzi, Masa’i dan Ibnu Majah)

Alangkah agung hadits di atas yang telah menyetarakan pernikahan dengan berjuang di jalan Allah dan memerdekakan budak. Nah, terus bagi mereka yang belum mampu atau belum siap (mereka??? :D) silahkan baca hadits berikut ini:

Wahai Kaum muda, barangsiapa diantara kalian punya kemampuan untuk menikah maka menikahlah. Karena hal itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan kalian. Sedangkan barangsiapa belum mampu maka hendaknya ia berpuasa, dan puasa itu adalah perisai baginya. (HR. Bukhari Muslim)

Yup, begitulah cara Allah menjaga hambanya agar tidak terjerumus pada kemaksiatan. Bagi mereka yang belum yakin sesegera mungkin maka dianjurkan untuk berpuasa. Bukankah puasa itu indah pada saat berbuka nanti? 🙂

Kenapa kita harus menjaga diri?

Karena seseorang yang mampu menjaga kesucian sampai memasuki jenjang pernikahan akan menghormati istrinya sebagai teman hidupnya, sebagai ibu dari anak-anaknya. Ia akan melihat cinta sebagai anugerah yang abadi. Di lain pihak, sang istri memandang kesucian ini sebagai tanda keikhlasan sehingga ia selalu bergantung dan setia kepada suaminya hingga akhir hayat.

Terakhir, sebuah penutup dari Ibnu mas’ud: sekalipun usiaku tinggal 10 hari, aku lebih suka menikah agar diriku tidak membujang ketika bertemu Allah. #uhukkk

Kota Sarang Pejuang

Bekasi, 17 Agustus 2013

Merdeka!!!!

Pesan Terakhir Untuk Rembulan


Rembulannya begitu indah. Ia meninggi di atas sana. Kata para astronot butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa menjejakkan kaki di sana. Paling tidak harus bisa melewati lapisan atmosfer super panas dan bertarung dalam perjalanan menghindari serpihan-serpihan meteor yang sewaktu-waktu bisa mengancam.

Tapi, kini kulihat rembulan indah itu ada di sebuah sudut kolam, sama indahnya. Dan kupikir, aku tak seperti astronot penjelajah bulan yang harus mempersiapkan ini-itu untuk bisa mendekatinya. Ternyata rembulan itu datang meghampiri. Lama-lama ia semakin tampak indah, ditemani sekawanan gemintang yang kerlip cahayanya mengelilingi sang rembulan. Aku hampiri, rembulan itu mulai bergetar. Semakin dekat, kucoba menyentuhnya di atas riak permukaan. Getarannya semakin besar. Cintakah ia?

Dan, tiba-tiba ketika aku mulai menyentuhnya, sang rembulan bergetar hebat, gelombang air kemudian merusak bentuknya, tak lagi bulat, tak lagi indah. Bentukya tak lagi berarturan. Marahakan ia?….

Ternyata keinginanku untuk mendekati sang rembulan ternyata justru merusak dirinya. Lalu kubiarkan ia kembali ke wujud semula. Menjadi bulat, indah dan bersinar kembali menghiasi permukaan kolam.

“Sejak saat itu, kuputuskan untuk mencintai rembulan dari kejauhan saja, tanpa mendekatinya. Biarlah ia tetap bersinar dan tak terluka oleh kehadiran kita. Biarlah kita merindunya, ia akan selalu datang menyapa menghiasi langit bumi dikala gulitanya.”

Bayangan? itu semu. Tak perlu kita perlu berharap pada segala sesuatu yang semu dan fana. Ia akan hilang seketika. Mencintai bayangan berarti mencintai ke-semu-an, dan berharap pada sesuatu yang tak pasti. Karenanya, meminta, mencinta, berharap dan mendekatlah pada Yang Maha Abadi.

 

 

Kemang, 7 Syawwal 1434 H

Pesan Cinta Katak Pada Rembulan


Dahulu kala, ada seekor katak yang senantiasa memandangi indahnya rembulan. Tiap malam, bahkan dalam rintik hujan pun, sang katak selalu setia menunggu kehadiran rembulan. Gelisah rasa sang katak ketika tak ditemuinya rembulan utuh, hanya sebagian bahkan sebagian kecil saja.

Tiap malam, mereka bercengkerama, hingga pada suatu ketika rembulan hadir mendekati sang katak. Ia yang dulu hanya ditatapnya dari kejauhan, hadir lebih dekat. Bahkan dekat sekali. Sang katak tak menduga sebelumnya. Rembulan terlihat begitu indah di dekatnya. Di atas kolam tempatnya biasa berenang.

Katak yang semula ada di pinggir kolam, mulai mendekati rembulan. Bergetarlah bulatan sempurnanya. Ia menjawab cinta sang katak? Ah, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Katak kemudian mendekat lagi, ia ingin menyentuh rembulan yang dicintainya. Getaranpun semakin hebat. Terjawabkah cintanya? Belum… Sampai suatu saat katak hendak melompat langsung ke tengah-tengah kolam untuk mendekati rembulan. Tanpa dinyana, hancurlah bentuk rembulan itu. Tak bulat utuh.

Katakpun menyesal, bahwa cintanya pada rembulan seharusnya hanya tersampaikan dari jauh saja. Semakin mendekat, ia justru semakin merusak sang rembulan.

Ya, cukup dari jauh saja…

Pesanggrahan-Jakarta, 6 Syawwal 1434 H

menyampaikan rasa…


“……maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis. 

Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang Maha Menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik.”

_tereLiye

Random se random-randomnya..


saat sedang mengerjakan revisi skripsi, tiba-tiba ada sms masuk,

 

“btw, kapan nikah kak?”  | #Jleb, ini anak frontal banget ya -__-”

“emangnya kenapa?”

“mau ngejodohin kakak sama temenku.” | ini lagi, malah tambah frontal

 

zZzzz…. ini akhirnya jadi malah ngeblog bukan malah nyelesein revisi.  Ditanyain sesuatu yang bahkan belum ada rencana dalam waktu dekat ini. Tapi, kalau dipikir-pikir, pertanyaan itu emang bener juga ya. Sekarang pembebanan amanah bukan lagi hanya memikirkan ‘dunia’ yg selama ini mungkin sempit, tapi harus segera beralih pada amanah yang jauh lebih besar.

Waktu yang semakin merangkak meninggalkan masa kini juga harus disikapi dengan persiapan yang lebih matang untuk menatap masa depan. Iya sih, saat ini memang saya pun belum kepikiran ke arah sana, tapi seharusnya kan sudah ada persiapan dari sekarang.

 

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. 94:7)

Press Release


Engkau boleh kagum pada seseorang, engkau boleh suka padanya, tapi simpan rasa cintamu hanya untuk dia yang nantinya akan benar-benar menjadi pendamping hidupmu selamanya.

Allah penyimpan segala misteri, kita tak pernah tahu apa kehendaknya nanti. boleh jadi ia akan mempertemukan kita dengan seseorang yang sama sekali belum pernah kita mengenal namanya, belum pernah bertemu dengannya.

Karenanya, minta, harap dan mohonlah CintaNya, agar ia mempertemukan dengan setetes cinta di dunia ini pada seseorang dan waktu yang tepat.

Jika kerja itu sebuah cinta…


Suatu hari ada sahabat saya yang mengatakan “lebih baik bekerja dalam hening, daripada memberi harap lalu mengecewakan.”  Tidak perlu berbanyak kata atas pekerjaan yang sedang kita kerjakan, cukup lakukan saja dengan sungguh-sungguh, perlahan tapi pasti dan selesai pada saat yang tepat.

Lalu, gimana klo seandainya tak ada yang menghargai kerja kita?”  Seorang pekerja memang akan mempunyai keinginan akan balasan terhadap pekerjaannya, setiap peluh yang menetes dan hentakan nafas yang mengembang menjadi bukti akan kuatnya usaha sang pekerja. Pagi hingga sore kemudian berlanjut sampai malam, bagi seorang pekerja sejati, hidup ini  harus penuh karya. Bukan kemudian bermalas-malasan atas waktu kosong yang tersedia.

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah [9]: 105)”

Pada intinya setiap kerja yang kita lakukan kembal pada diri sendiri, seperti kita berteriak di antara tebing sebuah jurang, ia akan memantulkan kembali teriakan kita, bahkan tak hanya satu kali, bisa berulang-ulang dengan frekuensi yang lebih tinggi. Setiap kerja yang kita lakukan pasti akan ada imbalannya.  Rasa kecewa, marah, kesal mungkin terlintas daam benak jiwa sang pekerja ika tak bisa mendapat imbalan secepatnya.

Tapi bukan itu yang seharusnya di harapkan. Saat ini kita bekerja, bukan mengiba. Saat ini kita berkarya, bukan meminta. Seorang pekerja sejati tak berharap senandung pujian atas pretasi yang membanggakan. Ia juga tak hiraukan cacian yang kadang menyakitkan.

Dan, cinta itu juga sebuah kerja kan? . Memberi apa yang kita miliki, berarti memberi apa yang kita cintai kepada yang kita cintai pula. Bukan hanya benda berbentuk materi yang kita berikan, tapi cinta sejati itu lebih banyak memberi yang tak terlihat oleh kasat mata. Ia memberi do’a dalam kejauhan, ia memberi semangat dalam kesempitan, ia memberi motivasi untuk bangkit saat kita dalam ketejatuhan. Namun, sang pecinta tak suka berjanji, apalagi memberi harap yang tak pasti , kecuali ia sudah melewati tapak-tapak selanjutnya dari cinta. Hidup ini bukan sekedar mengerjakan apa yang kita cintai, tapi juga berusaha untuk mencintai apa yang kita kerjaka, kini dan nanti.

Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. (Anis Matta)

Depok,  29 Juni 2012

06.30 WIB

#JumatSemangat

Serial Cinta: Seni Memperhatikan


Kalau intinya cinta adalah memberi, maka pemberian pertama seorang pencinta sejati adalah perhatian. Kalau kamu mencintai seseorang, kamu harus memberi perhatian penuh kepada orang itu. Perhatian yang lahir dari lubuk hati paling dalam, dari keinginan yang tulus untuk memberikan apa saja yang diperlukan orang yang kamu cintai untuk menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya.
Perhatian adalah pemberian jiwa: semacam penampakan emosi yang kuat dari keinginan baik kepada orang yang kita cintai. Tidak semua orang memiliki kesiapan mental untuk memperhatikan. Tidak juga semua orang yang memiliki kesiapan mental memiliki kemampuan untuk terus memperhatikan.

Memperhatikan adalah kondisi di mana kamu keluar dari dalam dirimu menuju orang lain yang ada di luar dirimu. Hati dan pikiranmu sepenuhnya tertuju kepada orang yang kamu cintai. Itu tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mereka yang bisa keluar dari dalam dirinya adalah orang-orang yang sudah terbebas secara psikologis. Yaitu bebas dari kebutuhan untuk diperhatikan. Mereka independen secara emosional: kenyamanan psikologis tidak bersumber dari perhatian orang lain terhadap dirinya. Dan itulah musykilnya. Sebab sebagian orang besar lebih banyak terkungkung dalam dirinya sendiri. Mereka tidak bebas secara mental. Mereka lebih suka diperhatikan daripada memperhatikan. Itu sebabnya mereka selalu gagal mencintai.

Itulah kekuatan para pencinta sejati: bahwa mereka adalah pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang-orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh. Mereka berusaha secara terus-menerus untuk memahami latar belakang kehidupan sang kekasih, menyelidiki seluk beluk persoalan hatinya, mencoba menemukan karakter jiwanya, mendefinisikan harapan-harapan dan mimpi-mimpinya, dan mengetahui kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai kepada harapan-harapannya.

Para pemerhati yang serius biasanya lebih suka mendengar daripada didengarkan. Mereka memiliki kesabaran yang cukup untuk mendengar dalam waktu yang lama. Kesabaran itulah yang membuat orang betah dan nyaman menumpahkan isi hatinya kepada mereka. Tapi kesabaran itu pula yang memberi mereka peluang untuk menyerap lebih banyak informasi tentang sang kekasih yang mereka cintai.

Tapi di sini juga disimpan sesuatu yang teramat agung dari rahasia cinta. Rahasia tentang pesona jiwa para pencinta. Kalau kamu terbiasa memperhatikan kekasih hatimu, secara perlahan-lahan dan tanpa ia sadari ia akan tergantung dengan perhatianmu. Secara psikologis ia akan sangat menikmati saat-saat diperhatikan itu. Bila suatu saat perhatian itu hilang, ia akan merasakan kehilangan yang sangat. Perhatian itu niscaya akan menyiksa jiwanya dengan rindu saat kamu tidak berada di sisinya. Mungkin ia tidak mengatakannya. Tapi ia pasti merasakannya.

~ Anis Matta ~

Cinta tak berbalas…


Sai’d ibn Abdullah ibn Rasyid mengisahkan -seperti yang ditulis oleh  Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam kitab Raudhatul Muhibbin– bahwa ada seorang gadis yang jatuh cinta kepada seorang pemuda yang terkenal dan sangat cerdas. Awalnya, ia mencintai pemuda tersebut dalam hening, namun akhirya ia memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang terpatri dalam hatinya kepada pemuda itu.

Diabaikan. Ya. Pemuda tersebut ternyata menunjukkan sikap biasa saja terhadap gadis itu karena tak muncul getar-getar cinta dalam hatinya, hingga akhirnya sang gadis merasa sangat kecewa dan terpukul hatinya. Kekecewaannya berlarut-larut hingga mengantarkan diri sang gadis dalam kondisi sakit berkepanjangan. Makin hari, sakitnya bertambah parah hingga sang ibu tak rela melihat putrinya tersebut.

Ibu gadis itu lalu mendatangi pemuda tadi lalu memnitanya untuk menjenguk barang sebentar saja. Mungkin kehadiran pemuda itu bisa sedikit mengobati sakit dan sedih sang gadis.

“Penyakit putriku sudah semakin parah, sudilah jika kamu menjenguknya.”

si pemuda tadi ternyata masih enggan untuk menemui sang gadis,

kembalilah kepada putrimu dan aku titipkan salam padanya ‘bagaimana keadaanmu sekarang’?”

maka, pesan sang pemuda tadi disampaikan kepada gadis itu.

“Ia bertanya kepadaku tentang penyakitku? Padahal dialah yang menjadi penyebab sakitku.   Aneh.” kata sang gadis kesal ketika ibunya menyampaikan salam itu.

Lalu, si ibu untuk kedua kalinya mendatang pemuda itu, hingga akhirnya pemuda tersebut bersedia untuk menemui sang gadis.

Kabar tersebut lalu disampaikan kepada putrinya, hingga membuat putrinya menangis tersedu. Bukan karena tak gembira, tapi ia kecewa kenapa baru saat ini pemuda itu menemuinya, disaat raganya sudah semakin tak berdaya.

Dia membuatku jauh meskipun dekat dan bisa bersua dengannya

Hatinya baru terbuka saat aku tiada berdaya

Aku tak sudi mendatangi tempat orang yang membunuhku

Biarkan aku mati dengan memikul derita yang pilu

Tak lama setelah itu, sang gadis menemui ajalnya, dalam keadaan menaruh segenggam cinta tak berbalas dari pemuda itu.

Memang, cinta telah membuat sang pecinta rela mengorbankan dirinya dan menaruh harap pada yang dicintainya. Bahkan jiwanya pun rela terkorbankan untuk menanti sebuah kata cinta yang dicintainya.

Cinta itu -kata Tsumamah ibn Asyras- adalah teman duduk yang menyenangkan. Cinta yang meluap-luap (al ‘isyq) adalah pendamping yang lemah lembut, dan pemegang kekuasaan. Jalannya begitu lembut, mazhabnya begitu absurd, dan hukum-hukumnya terus mengalir.

Bila cinta tak berbalas, biarkan cinta itu terbang mengangkasa menemukan cinta yang takkan pernah membuat kita kecewa.

Sleman, 5 Juni 2012

12.20 WIB

*maaf sodara-sodara sy lagi gak galau, cuma lgi pengen nulis tema ini aja. hoho

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak…


Salman Al Farisi sudah saatnya untuk menggenapkan dien-nya. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Ada keingininan untuk mengungkapkan perasaan dan meminang gadis tersebut.

Ah, rupanya ia tak berani datang sendirian. Ia pun menjadikan Abu Darda, sahabat karibnya untuk menjadi “juru bicara” kepada orang tua gadis tersebut.

“Perkenalkan Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman yang berasal dari Parsi. ”

Salman tetap terdiam, menahan gejolak yang ada di hatinya.

Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, bahkan ia diberi kehormatan sebagai ahlul bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda,” ucap Abu Darda’ menyampaikan maksud dan tujuan.

“Adalah kehormatan bagi kami menerima kedatangan anda, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.

Gadis itu pun meminta sang ibu untuk menyampaikan isi hatinya.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini, dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”


“Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya.

Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’.

”Allahu Akbar!” ujar Salman mencoba meluapkan isi hatinya.

”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian,” lanjutnya tanpa ragu.

Luar biasa, ketegaran hati Salman hingga ia mengikhlaskan gadis yang dicintainya di pinang oleh sahabat karibnya sendiri. Bahkan, ia ikhlas menghibahkan seluruh mahar pernikahan yang telah ia bawa bersama Abu Darda.

Ketika kutahu bahwa dia tidak mencintaiku

Dan bahwa cintanya tak pernah tertuju padaku

Maka kuberharap dia tambatkan cintanya kepada yang selain aku

Agar dia merasakan kehangatan cinta dan bersikap lembut padaku.

(Hasan Ibn Hani’ dalam Kitab Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaaqiin)

ada yang terbaik yang telah disiapkan oleh-Nya


ada yang beda dengan #melingkar malam ini. seorang mutarabbi baru yang menyampaikan kegundahan dan kegalauan yang ia hadapi, sampai pada sutu kesimpulan:

kita memang bisa kagum pada seseorang, tapi janganlah terlalu berharap bahwa ia adalah pasangan yang disiapkan ALLAH untuk kita. bisa jadi yang saat ini kita kagumi, bukan merupakan pilihan terbaik, masih ada yang terbaik dan lebih terjaga lagi yang sudah ALLAH pilihkan untuk kita. dan waktu yang akan mengantarkan  hingga kita sudah dianggap siap dan pantas untuk dipertemukan dengannya. oleh karenanya, bila saat ini memang belum menemukan yang cocok, ber husnuzhzhanlah bahwa ada yang lebih baik lagi nantinya, hanya saja ALLAH memberikan kita jeda waktu untuk bersiap dan memantaskan diri.

Warna Warna Cinta (brothers)



 

Mereka berkata
Hidup perlukan cinta
Agar sejahtera aman dan bahagia
Andai tiada atau pudar warnanya
Meranalah jiwa gelaplah dunia

Warna-warna cinta
Yang terlukis di hatimu
Semat pada senyuman dan tangismu
Agar mewarnai
Jiwamu yang tulus
Seperti sang pelangi selepas gerimis

Mereka berkata
Cinta itu merah
Mengalir bersama titisan yang sempurna
Cinta berharga bila sudah tiada
Menjadi sejarah yang mungkin kan di lupa

Apa warna cinta
Bila hidup sengketa
Kabur warnanya

Warna-warna cinta
Yang terlukis di hatimu
Semat pada senyuman dan tangismu
Agar mewarnai jiwamu yang tulus
Seperti sang pelangi selepas gerimis
Uuuuu? selepas gerimis