Itinerary di Tanah Suci


Senin, 14 Agustus 2023

14.00 WIB: Tiba di bandara Soekarno Hatta, sudah tampak beberapa jamaah paragonian yang sudah menunggu di titik kumpul. Sebagian besar merupakan jamaah dari Plant dan Head Office yang tinggal di sekitaran Jakarta. Sedangkan untuk Jamaah DC masih belum tiba karena masih melakukan manasik di Hotel

18.30 WIB: Pesawat Lion Air yang kami tumpangi mulai take off. Perjalanan dimulai

Selasa, 15 Agustus 2023

02.00 LT: Landing di Jeddah. Istirahat dulu di ruang tunggu sambil menunggu koper di masukkan ke dalam bis

03.00 LT: Perjalanan menuju Madinah. Disuguhkan makanan Al Baik. yang porsi ayamnya luar biasa gede banget. Makannya dicicil, karena saking banyaknya.

05.00 LT: Istirahat di Rest Area. Sholat Subuh. Disini banyak sopir-ropir truk yang ikut sholat subuh.

09.00 LT: Tiba di Madinah. Langsung turun di depan Hotel Daar El Naeem. Rombongan dibagi 2, jamaah akhwat diarahkan untuk prepare ke Raudhah, sedangkan jamaah ikhwan istirahat dan prepare makan siang.

12.27 LT: Sholat Zuhur di Masjid Nabawi

13.00 LT: Makan siang perdana di Hotel Daar El Naeem dan Arahan dari Ustadz Hidayat.

14.00-15.00 LT: Pencarian Koper. Maklum ratusan orang dengan Jenis koper sama persis, ditumpuk ddan tersebar di beberapa lantai. Butuh effort untuk menemukannya. Saya sendiri mencari hampir bilak balik ke bebearapa lantai sampai 1 jam.

15.54 LT: Prepare sholat Ashar di Masjid Nabawi

17.00 LT: Jamaah Ikhwan antri meunuju raudhah. Alhamdulillah meski antrian sangat panjang, kami sudah terdaftar dan bisa masuk ke raudhah. kurang lebih 10 menit sebelum waktu Maghrib akhirnya kami bisa masuk, dan karena waktunya terjeda Sholat, rombongan kami diizinkan untuk stay di raudah sampai selesai sholat Mghrib. Biasanya hanya diizinkan 10-15 menit.

18:56 LT: Sholat Maghrib Berjamaah

20:26 LT: Sholat Isya Berjamaah

Rabu, 16 Agustus 2023

03.00 LT: Bersiap Qiyamullail dan Sholat Subuh Berjamaah

07:00 LT: City Tour Madinah (Masjid Quba, Pasar Kurma, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, Masjid Khandaq)

12:26 LT: Sholat Zuhur Berjamaah

15.54 LT: Sholat Asar Berjamaah

18.56: Sholat Magrib Berjamaah

20.26: Sholat Isya Berjamaah

Kamis, 17 Agustus 2023

03:00 LT: Bersiap Qiyamullail dan Sholat Subuh Berjamaah

06:00 LT: Pengajian di Pelataran Masjid Nabawi

12:26 LT: Sholat Zuhur Berjamaah

14.30 LT: Mengambil Miqot di Bir Ali

21.00 LT: Tiba di Hotel Grand Al Massa, Mekkah

23:00 LT: Prosesi Umroh

Jumat, 18 Agustus 2023

04.41 LT: Sholat Subuh Berjamaaah

12.25 LT: Sholat Jumat Berjamaah

15.48 LT: Sholat Asar Berjamaah

18.50 LT: Sholat Maghrib Berjamaah

20.20 LT: Sholat Isya Berjamaah

Sabtu, 19 Agustus 2023

03.00 LT: Bersiap Qiyamullail dan Sholat Subuh Berjamaah

07.30 LT: City Tor Mekkah (Jabal Tsur, Jabal Rahmah, Mina, Muzdalifah, Jabal Nur, Masjid Tan’im)

12.25 LT: Sholat Jumat Berjamaah

15.48 LT: Sholat Asar Berjamaah

18.49 LT: Sholat Maghrib Berjamaah

20.19 LT: Sholat Isya Berjamaah

Ahad, 20 Agustus 2023

02.30 LT: Bersiap Qiyamullail, Sholat Subuh berjamaah, dan Pengajian di Lantai 3 Masjidil Haram

07.30 LT: Thaif City Tour

Senin, 21 Agustus 2023

03.00 LT: Bersiap Qiyamullaiil, Sholat Subuh Berjamaah dan Thawaf Wada

12.24 LT: Sholat Zuhur Berjamaah

14.00 LT: Check Out Hotel Mekkah

14.30 LT: ZIarah Museum Wahyu

17.30 LT: Menuju Jeddah

19.30 LT: Tiba di Jeddah, Istirahat di Wisma Transit

22.30 LT: Menuju Jeddah International Airport

Selasa, 22 Agustus 2023

03.00 LT: Take Off Menuju Jakarta

17.10 WIB: Landing di Bandara Soekarno Hatta

17.00-19.00 WIB: Proses Menunggu Bagasi

19.00 WIB: Pulang Ke Bogor dengan Damri

21.00 WIB: Tiba di rumah Kembali. Alhamdulillah. Semoga bisa kembali ke Tanah Suci bersama keluarga. Aamin

Ruang Bicara


Terkadang, asumsi kita terhadap sesuatu itu telalu berlebihan. Menganggap rumit, kompleks, dan butuh effort besar untuk menghadapinya. Padahal sesederhana menghadirkan titik temu dalam ruang bicara yang egaliter itu bisa menyelesaikan sebagian permasalahan yang kita anggap kompleks.

Namun, mungkin ada sebagian orang yang energinya berlebih. Yang energinya tertuju pada hal-hal yang kurang esensial. Padahal, jika dialirkan ke perihal yang lain, tentu akan lebih bermanfaat.

#Esensi 1: Membuang Kesia-kesiaan


Esensialis adalah seseorang yang memiliki paradigma untuk mengerjakan sesuatu berdasarkan prioritas, mana yang saat ini lebih penting dan lebih bermanfaat untuk dikerjakan. Ada beberapa poin yang bisa diterapkan bagi seorang esensialis.

  1. Tidak Menyibukkan diri dalam perkara ‘remeh’. Pastikan sebelum ini kita sudah mampu mengkategorisasi mana pekerjaan penting dan pekerjaan remeh. Dengan Eishenhower Matrix, kita dapat mulai menganalisis pembagian aktivitas runtun menjadi 4 diagram: Pentin-Mendesak, Penting-Tidak Mendesak, Tidak Penting – Mendesak, Tidak Penting-Tidak Mendesak.
  2. Membuang Noise (Kebisingan). Fokus pada hal-hal yang menjadi aktifitas utama. Persoalan gimmick atau aktivitas lain yang fungsinya sebagai pelengkap bisa diabaikan, terutama jika hal-hal tersebut menjadi tidak relevan lagi untuk dilakukan
  3. Mencari yang lebih sedikit tapi lebih baik. Selalu berprinsip bahwa kesederhanaan lebih utama ketimbang kompleksitas. Dengan kesederhanaan proses maupun alur berpikir namun mampu menghasilkan karya besar berdampak, itu lebih baik ketimbang berpikir kompleks namun tak seorangpun mampu tergerak dengan ide-idenya.
  4. Membiasakan untuk berhenti sejenak, lalu bertanya: “Apakah ini adalah investasi waktu yang paling tepat?”. Tidak semua undangan meeting memerlukan kehadiran kita. Tidak semua email masuk menuntut perhatian kita. Tidak semua pembicaraan membutuhkan fokus kita. Pilihlah mana yang bisa kita optimalkan agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah pernah berkata, “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memisahkanmu dari dunia dan penduduknya.” (Al Fawaid hal 44).

Manusia Zhalim


Adakalanya kita dihadapkan pada situasi dimana kita terlalu dalam berharap kepada manusia. Di masa itulah sebenarnya awal mula kehancuran itu berasal. Ketika ketakutan, pengharapan, dan tepuktangan bersatu atas landasan keinginan untuk dianggap sebagai bagian dari pemujaan terhadap manusia.

Padahal, manusia bukan tempat untuk berharap itu semua, bukan tempat dimana kita menggantungkan harapan dan ketakutan. Kita semua sama, hanya tunduk dan patuh pada Sang Pencipta. Tak ada yang berhak untuk dijadikan tempat berharap selainNya. Jika itu terjadi, maka bersiaplah untuk menelan pahitnya kekecewaan.

Ada manusia yang zhalim, memperlakukan orang lain tanpa kesetaraan. Ada manusia yang sombong, merasa dirinya berkuasa untuk menentukan nasib orang lain. Yang demikian itu hanyalah seonggok manusia tanpa adab. Ia lupa akan hakikat penciptaannya. Ia lupa bahwa kehadirannya di dunia ini seharusnya menjadi penyambung ke Maha Adil -an Nya.

Manusia-manusia sombong yang berbangga atas pencapaian pribadinya, lalu mengkerdilkan orang lain, Manusia-manusia zhalim yang merangkul satu pihak tapi memukul pihak lain, hanya akan menjadi benalu peradaban yang merusak. Mungkin saat ini ia tertawa bahwa kelakuannya membuat sedih orang lain, mungkin ia saat ini terbahak mendengarkan rintihan orang lain. Namun ketahuilah, roda zaman terus berputar. Dan kita tak akan ditanya pada seberapa besar kesuksesan kita di dunia, melainkan seberapa banyak orang yang kita perlakukan adil atau bahkan menzhaliminya.

18/12/23

Al Kahfi Time


Dalam Al-Kahfi tersembunyi kisah indah, Dari gua yang gelap hingga cahaya yang nyata.

Ashabul Kahfi, tujuh hati yang tulus, Iman tak tergoyahkan, taklukkan dunia hiruk-pikuk.

Ayat demi ayat, kisahnya terbentang, Tentang keberanian, kesetiaan, dan cinta yang tulus. Dalam lembar-lembar, pelajaran terukir, Untuk yang mencari, petunjuk pun terpampang.

Lapang Dada


Di antara kezhaliman,

Di lembayung malam kezhaliman bersembunyi, Lapangkan dadamu, oh pejuang yang tulus hati. Dalam rembulan keberanian, kau berdiri teguh, Menentang gelombang ketidakadilan yang berlalu.

Dada yang luas bagai padang yang tak terhingga, Tempat perjuangan mekar, kau terangi dengan cahaya. Dalam gelapnya dunia, kau bawa sinar harapan, Menyemai keberanian, mengusir ketakutan.

Kezhaliman datang, mencoba merenggut kedamaian, Namun lapangkan dadamu, biarkan hati berkumandang. Teriakan keadilan menggema di relung kalbu, Sebagai melodi keberanian, menari di kisah hidupmu.

Dalam serangan kezhaliman yang bergelombang, Lapangkan dadamu, tempat perlawanan tumbuh. Kau tak sendiri, bersama mereka yang tegar, Bersatu melawan kezhaliman, menang bersama-sama.

Jelang Malam


Ada kebiasaan baru izzan jelang tidurnya. Sudah 1 bulan terakhir ini ia selalu membawa buku Shirah Nabawiyah ketika akan tidur. Biasanya ia baca sendiri, dan kadang minta dibacakan dengan keras.

Tak jarang, di tengah-tengah membacakan buku untuknya, ia langsung tertidur. Dan malam tadi, saya tak sempat membacakan buku untuknya karena ada upa online. Selesai kegiatan, ia sudah tertidur di samping buku yang dibaca.

Suatu ketika, saya menawarkan padanya untuk diputarkan dongeng, namun ia menolak. Lebih menarik membaca atau mendengarkan shirah dibandingkan dengan dongeng. Buku-buku shirah yang ia bacapun beragam, mulai dari kisa Rasulullah, Sahabat, Nabi-nabi terdahulu sampai beberapa para pejuang Muslim.

Kabar untuk Zhalimiin


Kami kabarkan untuk zhalimiin, “Kami baik-baik saja, dan bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya”.

Ada yang terbaik telah disiapkan untukmu


Mengapa manusia sering gelisah? Tak pernah tenang menghadapi perjalanan hidup yang sedang ia jalani?
Mengapa manusia tak pernah bersyukur atas segala keputusan dan peristiwa yang mewarnai garis kehidupannya?
Mengapa, ia yang katanya makhluk paling sempurna tak juga mengerti bahwa ada begitu banyak sekali hikmah yang diturunkanNya bersama beragam bentuk skenarioNya?

Mungkin, ada satu penghalang mereka seperti itu. Mereka?? Ah jangan-jangan aku juga. Aku yang sering tidak bersyukur, aku yang sering mengeluh, aku yang sering tidak puas, aku….. yang dhaif dan banyak dosa ini…… Seringkali tak mampu membaca makna di setiap tanda-tanda kekuasaanNya.

Dulu…. Dulu… sekali. Ada seorang remaja yang sangat memimpikan melanjutkan sekolah di SMA terbaik di kota seberang. Nilai ujiannya sudah sangat cukup. Uang? Meski tak mampu membiayai sendiri, ada orang yang berbaik hati menawarkan, “sudah daftar dulu saja, nanti masalah biaya kami yang mencarikan.” Namun, takdir berbicara lain… akhirnya remaja itu ‘hanya’ bisa melanjutkan SMA di ‘sekolah kampung’.

Hati kecilnya bertanya, “Mengapa aku tak diizinkan untuk sekolah di sana?”

Dalam keheningan ada sayup-sayup suara menyentuh bilik hati, “ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.”
Benarkah?? Entahlah… Hari demi hari berlalu. Melewati beragam peristiwa yang mewarnai perjalanan hidupnya. Selang satu tahun kemudian, pertanyaan pertama itu terjawab. Oh… rupanya benar apa yang ia dengar sayup-sayup di bilik hati kala itu, “ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.”

Ia tak hanya diberikan sekolah terbaik di kota itu, tapi Madrasah terbaik negeri ini. Madrasah peringkat pertama di negeri ini. Madrasah kebanggaan umat dan bangsa yang konon katanya didirikan oleh bapak presiden yang jenius itu.

Ah, rupanya ia masih belum sadar. Ia masih melamun. Mencerna. Apakah ini jalan yang sudah ditetapkan baginya. Jalan yang mengantarkannya pada sebuah takdir lain yang menjadi jawaban atas kegelisahannya kala gagal masuk SMA impian. Ia menyadari, bahwa kegagalannya dulu merupakan penundaan atas jalan hidup yang lebih baik dariNya.

Jalan Allah memang yang terbaik. Skenario Allah merupakan yang sempurna. Manusia sering tidak bersyukur dan mengambil hikmah di setiap jalan hidup yang dialami. Padahal, di setiap guguran daun dan tetes hujan pun mengandung pesan-pesan tersirat yang menjadi pelajaran manusia. Saat kita gagal meraih mimpi, saat kita gagal menggapai cita, yakinlah bahwa kegagalan itu merupakan keberhasilan kita melewati proses dengan baik, justru ketika kita tak mau berusaha, ketika kita tak mau berproses, itulah kegagalan yang sebenarnya.

Ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang baru akan kita temui jawabannya suatu saat nanti. Entah sebulan, setahun, dua tahun, bahkan bertahun-tahun….. Sikap kita sebagai hambaNya diuji saat mendapati takdir yang menurut kita kurang baik. Gagal masuk SMA impian, Gagal masuk PTN impian, Gagal diterima Perusahaan impian, Gagal mendapat Beasiswa, Gagal menang lomba, Gagal lulus tepat waktu dan kegagalan-kegagalan lainnya. Lagi-lagi… mungkin itu definisi kegagalan yang kita artikan sendiri. Allah Maha Mengetahui atas semua masa depan kita. Dia yang telah mengatur jalan hidup ini. Berbuatlah yang terbaik, maka kita pun akan diberikan yang terbaik pula.

Di setiap ‘kegagalan-kegagalan’ itu selalu tersimpan makna “ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.”
Saat kamu gagal masuk SMA Impian, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat kamu gagal masuk PTN Impian, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat kamu gagal diterima kerja di perusahaan impian, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat kamu gagal mendapat beasiswa studi lanjut, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat kelulusanmu tertunda hingga berbulan-bulan, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat amanahmu membuatmu harus berbagi pikiran antara kampus dan oganisasi, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Saat… Saat setiap peristiwa yang menyapamu tak sesuai keinginan, ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.
Pun… saya berpesan pada hati ini bahwa ada yang terbaik yang telah disiapkan untukmu.

Hati-hati ya Pak


“Hati-hati ya Pak”

Suara lirih itu terdengar dari kejauhan saat ia hendak menaiki tangga. Aku yang sudah bersiap untuk berangkatpun tiba-tiba terenyuh. terharu.

Ucapan tulus nan lembut ini terdengar dari anak kecil berusia 7 tahun yang tiba-tiba mengalir dari bibirnya, Suara yang belum pernah terbayangkan keluar dari anak kecil ini. Ia yang kini sudah beranjak besar. Ia yang kin sudah mulai mandiri mengerjakan aktivitas apapun tanpa bantuan orang tuanya.

Sehat-sehat selalu ya nak.

aneka dukungan untuk Palestina


ada kepala negara yang lantang bersuara untuk kemerdekaan Palestina.

ada artis, public figure dengan jutaaan follower juga tak ragu membagikan momen dukungannya terhadapa Palestina.

ada pengusaha, dengan omset milyaran tak takut bisnisnya terpengaruh karena menujukkan keberpihakan pada Palestina.

ada politisi, tak takut partainya dicap radikal karena mendukung perjuangan Palestina.

ada tokoh agama, yang memang sudah seharusnya berdiri paling depan menyadarkan ummat untuk menolong Palestina.

ada pejabat pemerintahan, karyawan, buruh, professional yang tak takut media sosialnya dipenuhi berita tentang Palestina.

ada rakyat biasa yang tak punya pengaruh apa-apa, juga tak henti-hentinya memberi dukungan dengan share via media sosial.

ada rakyat biasa yang tak punya ide apapun, tak sekreatif yang lain, namun ia masih minimal me-like postingan-postingan tentang dukungan terhadap Palestina.

namun, dan juga ada rakyat yang biasa, merasa luar biasa, tak tersentuh hatinya untuk sekedar memberi dukungan dengan minimalis, bahkan justru sebaliknya, mencibir dalam hati, “buat apa orang-orang fanatik ini sok-sokan bersuara tentang Palestina?”.

tak sepatahpun dukungan terucap via lisannya.

tak secuplik story-nya membagikan dukungan hanya karena takut dianggap fanatik oleh teman circlenya.

tak sedetikpun reels dukungan melintas di feedsnya hanya karena takut tak estetik lagi, lebih baik dan lebih indah membanjiri feedsnya dengan pencapaian pribadi.

bahkan, tak satupun postingan di media sosial yang di-like.

berat… sungguh teramat berat menggerakkan jemarinya.

gengsi… tak mau dianggap sebarisan dengan orang-orang yang dianggapnya fanatik dan kampungan.

mungkin di IG nya? tidak. justru penuh dengan foto estetis dengan pencapaian kehidupannya.

di twitter/X? juga tak ada, hanya retweet dukungan untuk klub bola kesayangan.

di tik tok? tidak juga. isinya penuh dengan tingkah gemas anak kesayangan dan keluarga harmonisnya.

hmm… barangkali di tempat lain?

atau mungkin di dalam hati mereka mendukung Palestina? mungkin,…. semoga saja.


Ya Rabb, jauhkan kami dari kebebalan dan kesombongan. Tempatkan kami di barisan hamba-hambaMu yang Engkau Kasihi.

Jauhkan kami dari ketakutan hilangnya penghargaan, pujian dan nikmat dunia hingga tak berani bersikap mendukung Palestina.

5/11/2023

Getar Kerinduan


“Aku bermimpi melihat saudaraku, Ahmad Hathibah sedang bermain bola. Lalu aku melihat kakinya terluka. Aku segera terbangun dan merasa cemas mengingat mimpi yang baru saja kualami. Istriku yang pada saat itu juga terbangun menyarankan agar aku menulis surat kepadanya, menanyakan tentang kesehatannya dan mendoakan agar dia dalam keadaan sehat wal afiat.” Ungkap Abbas As sisi dalam Fii Qafilah Ikhwan.

Mendengar saran dari istrinya tersebut, Abbas As Sisi segera menulis surat kepada Ahmad Hathibah. Ia telah mengenal Ahmad hathibah sejak mereka berdua berada dalam penjara rezim pemerintah Mesir pada tahun 1949. Pertama kali, ia melihatnya di pintu penjara Armeidan Mesir. Setelah beberapa kali bertemu dan berinteraksi, ikatan ukhuwah diantara mereka mulai terjalin. Saat itu penjara-penjara Mesir memang menjadi ruang tamasya jiwa bagi para anggota Ikhwanul Muslimin. Di sanalah jiwa mereka diuji dan diistirahatkan sejenak untuk mendaki lagi keterjalan dan liku jalan dakwah.

Setelah Abbas As Sisi keluar dari penjara, demikian pula Ahmad Hathibah, mereka tetap berinteraksi melalui surat. Ahmad Hathibah juga mengirimi Abbas As Sisi foto-foto Ikhwan yang dipenjara pada kasus yang sama dengannya. Saat itu Abbas As Sisi tinggal di Asiyuth. Sementara Ahmad Hathibah tinggal di Cairo. Jarak yang cukup jauh dari keduanya. Namun, jarak yang memisahkan itu tak menyurutkan Abbas As Sisi untuk sesekali datang berkunjung ke kediaman Ahmad Hathibah. Ini berlangsung hingga Ahmad Hathibah melanjutkan studinya di Fakultas Kelautan.

Mendapat surat dari Abbas As Sisi, Air mata Ahmad Hathibah tak dapat tertahankan. Derai airmata mengalir membasahi wajahnya saat ia membaca keseluruhan isi surat itu. Pasalnya Ahmad Hathibah menerima surat itu saat berada di rumah sakit Angkatan Laut di Iskandariyah. Ia pun memperlihatkan surat yang diterimanya itu kepada kepada kawan-kawan yang menjenguknya. Mereka pun sangat terkejut serta kagum akan ukhuwah yang terjalin di antara dua ikhwan ini. Dua hati saling menyatu karena cinta kepada Allah.

Jiwa atau ruh itu, yang kata Rasulullah, adalah sebagian dari tentara-tentara Allah akan menyatu dan menguatkan barisan dalam medan perjuangan. Namun bila diantara kedua jiwa itu tidak saling mengenal dan memahami, maka yang terjadi adalah perpecahan dan saling ketersinggungan. Adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh dari Abbas As Sisi tatkala mampu merasakan kondisi yang dialami oleh saudaranya di belahan bumi lain.

Terpisah jarak bukan berarti getaran jiwa tak mampu menembus keterbatasan itu. Ia sudah membuktikan, bahwa jiwa yang terikat oleh ikatan ukhuwah tak akan terpisah oleh jarak. Bahwa hati-hati yang telah menyatu karena Allah akan merasakan manisnya sebuah persaudaraan.

Bahkan, seringkali segumpal kerinduan itu meradang sangat kuat ketika dua orang sahabat yang terpisah jarak dan bertahun-tahun tak pernah bertemu. Bukan karena tak ada getar jiwa di dalam hatinya, akan tetapi ada sinyal yang selalu terkirimkan kepada sahabatnya itu. Sinyal itu bernama kerinduan. Rindu yang teramat sangat, akan membangkitkan kembali getaran jiwa seseorang, sehingga bila dua orang sahabat mampu merasakan getaran kerinduan dalam jarak yang cukup jauh, mereka memiliki tangkapan frekuensi yang sama. Dua hatinya memancarkan getaran dan menerimanya dengan fase gelombang yang sama. Seorang dosen saya pernah mengatakan bahwa gelombang itu akan mengalami interferensi atau penguatan bila ia bertemu dalam fase yang sama.

Seseorang bisa memancarkan getar kerinduan bila ada sesuatu yang mengalami perubahan kondisi dibandingkan kondisi biasanya. Kondisi itu bisa berupa sakit, sedih, suka,duka, harap dan cinta. Dan yang bisa merasakan getaran kerinduan itu adalah mereka-mereka yang memiliki sinyal frekuensi kerinduan yang sama.

Getar kerinduan, sebuah rasa yang merupakan anugerah dariNya. Mampu merasakan, menginterpretasi dan menyikapi sebuah kondisi dalam sebuah perasaan yang hanya bisa dirasakan dan diketahui antara dua insan dan RabbNya. Jiwa-jiwa yang saling mencinta dan merindu karena Allah akan tetap merasakan bahwa ternyata jarak takkan mampu menjadi penghalang untuk tersampaikannya sinyal dan getar kerinduan itu. Ia meyakini bahwa biarpun tanpa ada kata yang terucap mengalir dari bibirnya, getar kerinduan itu akan tetap tersampaikan kepada hati yang lain nun jauh disana. Dan yakinlah, bahwa Allah telah menjadikan getar kerinduan itu sebagai anugerah sekaligus uujian bagi manusia agar mampu menjaganya dalam wilayah penghambaan kepadaNya. Bahwa suatu saat rindu itu tak harus selalu bergetar, karena akan ada suatu masa dimana rindu itu telah terobati dengan pertemuan yang sudah Allah gariksan.

“dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Anfal: 63)

Sesungguhnya engkau tahu, bahwa hati ini t’lah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu.
Bertemu dalam ketaatan, bersatu daam perjuangan
Menegakkan syari’at dalam kehidupan.

Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Terangilah dengan cahayaMu yang tiada pernah padam.
Ya Rabbi bimbinglah kami.

Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman.
Dan indahnya tawakkal padaMu.
Hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalanMu.
Ya Rabbi,,, bimbinglah kami.

mari ‘bekerja ringan’ part 2


Mungkin ada yang salah paham terkait terminologi ini. bukan… bukan bermaksud mengajak kita semua untuk tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha. melainkan, kita perlu bekerja lebih cerdas, sehingga yang tadinya perlu bersusah payah dengan kerja keras, sekarang ia tak perlu lagi mencapainya dengan effort luar biasa. dengan iterasi proses perbaikan yang dilakukan, suatu pekerjaan yang tadinya butuh waktu 5 jam, dikompres menjadi 1 jam, dikompres lagi menjadi 15 menit, lalu di kompress lagi menjadi 1 menit. mungkin terdengar mustahil? tapi itulah kenyataan. di zaman yang serba canggih ini, kita bisa mengautomasi proses yang berlapis-lapis menjadi lebih sederhana. di situlah makna ‘bekerja ringan’ yang dimaksud.

Dengan demikian, yang awalnya kita tidak bisa menghafal quran karena kesibukan kerja, yang awalnya tidak sempat membaca buku karena pulang malam terlalu lelah, yang awalnya tidak sempat dhuha karena padatnya aktivitas pagi dan lain sebagainya… bisa kita lakukan dengan menyederhanakan atau ‘membuat ringan’ pekerjaan-pekerjaan duniawi yang biasa kita lakukan.

mari ‘bekerja ringan’


kita cenderung memilih jalan paling mudah, usaha paling ringan dan langkah yang tidak terlalu panjang. namun berharap hasil yang sama optimalnya dengan jalan yang sukar, usaha yang berat dan langkah yang panjang.

effortless. adalah sebuah seni untuk mencapai hasil yang sama optimalnya namun dengan mengeluarkan daya serendah-rendahnya. effortless, bukan berarti tanpa upaya, bukan berarti malas-malasan, bukan berarti tak berproses. Namun, ia adalah seni untuk mengaliha\kan beban energi kita untuk fokus pada hal yang lebih esensial dalam hidup ini, yang perlu dikejar dengan usaha lebih sungguh-sungguh.

bekerja keras, berbeda dengan kerja sungguh-sungguh. bisa jadi ada diantara mereka yang sama-sama sungguh-sungguh untuk meraih nilai 10, namun yang satu perlu usaha siang malam, sementara yang lainnya hanya perlu usaha di siang hari, bukan ‘kerja keras’ tapi ‘kerja ringan’. sementara malam harinya bisa ia gunakan untuk mengerjakan aktivitas lain yang lebih bermanfaat.

terlalu lelah


ada sebagian anggapan bahwa seseorang baru dianggap sukses bila telah lelah bekerja sehari semalam, berangkat sebelum terbit matahari, pulang setelah malam temaram.

ada juga yang mengatakan bahwa seseorang tidak dianggap bekerja bila tak sepanjang waktunya didedikasikan untuk urusan bisnis dan pekerjaan, waktu akhir pekannya tak digunakan untuk terbang perjalanan dinas keluar kota. di saat bersamaan hal tersebut justru menggadaikan waktunya bersama keluarga, mengabsenkan diri dalam undangan-undangan kerabat dan teman-teman. padahal itu ada circle pertama kita yang menguatkan disaat diri mulai rapuh, membangkitkan disaat semangat mulai patah.

kita terlalu lelah, sampai lupa bahwa kelelahan itu telah mengorbankan banyak orang termasuk diri kita sendiri.

Ikut Rencana Allah


Terkadang kita mengeluh, apa yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan.

Terkadang kita resah, apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan kenyataan,

Terkadang kita marah, apa yang di rencanakan tak sesuai dengan yang dihasilkan.

Mungkin lebih tepatnya bukan terkadang, tetapi sering.

Seringnya sikap kita yang gagal memahami bahwa ada renca terbaik yang Allah siapkan untuk kita. Bahkan, seringpula waktu yang di jadwalkan pun bisa begitu indah transisinya. Allah sebaik-baik pembuat rencana. Tinggal kita yang mau ikut atau tidak dengan rencanaNya.

Jakarta, 24 Juli 2023

07:15

Kasih dan Sayang


Kasih dan Sayang itu memiliki makna berbeda.  Tidak semua orang yang di ‘kasih’ itu diikuti dengan rasa sayang. Misalnya ketika memberi sesuatu ke orang lain dengan terpaksa. Sejatinya dikasih tapi tak diiringi dengan rasa sayang.
Namun berbeda dengan makna sayang. Ketika seseorang sudah ada rasa sayang, misal orang tua pada anaknya, biasanya segala ya diminta akan dikasih. Kalaupun tidak dikasih, penolakannya itu adalah wujud rasa sayangnya.

Alangkah beruntungnya kita jika mendapat dua-duanya sekaligus. Terutama jika mendapat kasih dan sayang dari Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Stasiun Sukabumi. 08.07.23

#DSDS : Sebuah Episodik


#DSDS adalah sebuah rangkaian peristiwa, rangkaian hikmah, rangkaian kontemplasi dimana hidup ini berjalan menyusuri setiap lorong-lorong waktu. Adakalanya gelap sunyi tak bersuara, pun juga adakalanya terang bercahaya. Hidup yang kita jalani terkadang naik-turun melewati berbagai rintangan, melewati badai dari segala penjuru yang menghempas.

Setiap manusia punya badainya masing-masing. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, keluarga, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain. Semuanya adalah ujian yang perlu dihadapi dengan tegar. Salahsatu ujian hidup yang mungkin dialami banyak orang adalah melekatnya dunia yang terlalu erat pada hatinya. Menganggap setiap pencapain dunia adalah sesuatu yang harus dikejar melebihi pencapaian akhirat.

Kita juga hidup berinteraksi dengan banyak manusia. Manusia yang pada hakikatnya banyak salah dan khilaf. Tidak semua mengerti bagaimana bersikap seharusnya memperlakukan manusia lain. Ketika dirimu sedang dipuji, diakui dan dihargai, segeralah untuk sadar bahwa semua pemberian itu hanyalah semu. Karena bisa jadi engkau akan di jatuhkan, dihinakan oleh orang lain, bukan oleh orang yang berbeda, melainkan oleh orang yang sebelumnya pernah mengangkat dan memujimu. Engkau akan dibuang dan disingkirkan, bukan oleh orang yang berbeda, melainkan oleh orang yang sama pernah merangkul dan mendekatimu.

Sadari bahwa ini adalah dunia. Tempat manusia mengumpulkan amal-amal terbaiknya. bukan untuk mengejar dosa sebanyak-banyak.

Jakarta, 06-07-23

#DSDS 12: Harap


Berharap pada manusia adalah patah hati yang direncakan. Karenanya, jangan pernah sisakan ruang sedikitpun di hati untuk tempat berharap pada manusia. Jika dirimu sedang diangkat, dipuji, dihormati, anggaplah semua itu sebagai proses yang biasa saja. bukan karena kamu hebat, menyenangkan atau berharga bagi mereka.

Jika manusia berjanji, jangan terlalu menganggap janji itu pasti akan terlaksana, sediakan ruang untuk berlapang dada yang seluas-luasnya untuk menerima kenyataan, bahwa janji yang tak ditepati itu takkan bisa menyakiti kita. Tidak perlu ber-euphoria dengan pengakuan manusia, apalagi sampai lupa diri mengorbankan ingatan pada Sang Pencipta. Manusia itu kecil, sekecil komitmennya untuk menepati janji.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (al-Insyirah: 8)

Jakarta 06-07-23

Putuskan dalam kondisi ruhiyah terbaik


Antara emosi dan nurani. Kadang kejernihan berpikir seseorang dipengaruhi oleh kondisi hatinya. Apakah kala itu sedang emosi ataukah memang benar-benar keputusannya itu berdasarkan nurani. Nurani yang mampu menembus segala sekat-sekat kerancuan persepsi manusia.

Benar kata ustadz Salim, “Adakah yang lebih bening dari suara hati, kala ia menegur kita tanpa suara. Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari beragam kesalahan dan alpa.”

Hari demi hari hidup pasti tidak akan luput dari masalah, entah itu masalah yang kecil ataupun yang besar. Tingkat antisipasi dan kejernihan berpikir serta kelugasan dalam bertindak juga berbeda. Kadang ada masalah besar yang bagi orang lain itu merupakan masalah kecil. Kadang juga ada masalah kecil yang efeknya dirasakan besar oleh orang lain. Tentunya hal tersebut merupakan efek dari kedewasaan berpikir seseorang. Dewasa itu bukan hanya dilihat dari sisi usia saja, akan tetapi bagaimana persepsi dan cara pandang manusia terhadap hidup dan kehidupan ini juga mempengaruhi seberapa jauh ia mampu mengatasi permasalahan tersebut.

Adakalanya keputusan-keputusan yang cepat dibutuhkan untuk menanggulangi efek dari masalah yang menimpa kita. Namun, cepat saja ternyata tidak cukup, harus ada ketepatan prioritas penyelesaian masalah tersebut. Ada seorang sahabat yang pernah berkata kepada saya, kalau kita diminta untuk memilih antara dua pilihan dalam menyelesaikan masalah, apakah diselesaikan dengan cepat atau tepat, ia akan memilih menyelesaikan dengan cepat. Kenapa???

Karena jika solusi yang ia hadirkan belum tepat, ia masih memiliki waktu untuk memperbaikinya dan mencari solusi lain atas permasalahan tersebut

Lalu, seberapa tepatkah langkah kita dalam mengambil keputusan? Bisa jadi apa yang kita anggap benar dan tepat itu ternyata berdampak buruk di kemudian hari bahkan akan menambah masalah-masalah sampingan berikutnya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu..” (QS. Al-Baqarah: 216)

Sebaik-baik keputusan adalah keputusan yang diambil saat kondisi ruhiyah kita berada pada posisi terbaik. Dengan amalan-amalan istimewa dan senantiasa men-tarbiyah ruhani, jasadi dan fikriyah secara kontinyu, insya Allah itulah kondisi dimana ruhiyah kita berada pada posisi terbaik. Saat semua amalan dilaksanakan dengan ikhlas, saat tidak ada maksiat yang kita lakukan, saat tidak ada tanggungan masalah akibat perbuatan buruk kita pada orang lain, saat tidak ada orang yang merasa kecewa atas janji-janji kita, saat shalat Dhuha menjadi amalan rutin pagi hari, saat zikir-zikir pagi dan petang senantiasa membasahi bibir kita, saat tidak ada waktu shalat yang kita abaikan, saat tak ada orang yang terzhalimi akibat lisan dan perbuatan kita, saat tak ada rasa iri dengki yang menjadi karat-karat hati, saat qiyamulail menjadi penghangat malam-malam dingin kita, saat lantunan ayat-ayat suci menjadi peneduh hati nan menentramkan, saat itulah dimana kondisi ruhiyah kita berada pada kondisi terbaik.

Saat kondisi ruhiyah kita berada pada kondisi terbaik, insya Allah segala keputusan yang kita ambil merupakan keputusan yang terbaik.