dalam labirin waktu asy-syifa
enam bulan tinggal di RS Sardjito,
mengamati, merasakan, menangkap aura di tiap hilir mudik berlarian.
ada keluh, ada resah ada harap-harap cemas. menanti kabar bagaimanakah kondisi yang tercinta dalam lorong-lorong kecil di sudut rumah sakit.
ada tetes darah, infus yang mengalir, hingga bau menyengat obat-obat mengalir bersama angin menelusuri tiap kamar-kamar berjajar.
mungkin tak kuasa mata-mata sayu itu mengeluarkan airmatanya, atau dari bibir mungil itu tak lega bila tak mengeluarkan isak tangis membahana. cukuplah pemandangan sehari-hari itu menjadi saksi bahwa memang rumah sakit ini telah menjadi bagian dalam hidup saya. enam bulan menjadi penghuni sardjito telah memberi warna tersendiri. mengingatkan selalu akan kematian yang suatu saat dengan tiba-tiba akan kita alami.
begitu mulianya para dokter itu, dengan pakaian kebesaran putih-dan semoga menunjukkan kesucian hatinya- untuk menolog sesama, sayapun tak kuasa untuk terus berucap “subhanallah”.
atas setiap perjuangan mereka, atas setiap senyum dan kehangatan dalam memberi pelayan terbaik di rumah sakit ini.
dan sore ini, dalam jebakan hujan sore, pasca uts biofisika, saya kembali menelusuri lorong-lorong itu. hendak bertenduh, namun dalam gemericik hujan yang terus membasahi bumi ini, tersingkap memori beberapa tahun lalu. kenangan di asy-syifa dengan berjuta kata untuk melukiskannya.
Komentar Terbaru